bab 8

10.1K 384 6
                                    

Arland terpaksa pergi dari apartemen belly. Ia diusir dari sana. Belly tidak ingin lagi melihat wajahnya. Ia hanya akan bertemu dengan istrinya ketika sidang perceraiannya.

Sebulan kemudian

Belly kembali ke rutinitasnya. Ia kembali bekerja. Ia sebisa mungkin akan menghindar jika bertemu dengan Arland. Ia tidak ingin berharap lagi pada suaminya itu.

Ting

Suara lift yang terbuka mengalihkan fikirannya. Ia masuk dan menekan tombol lantai pada lift. Ketika lift akan tertutup, tiba-tiba sebuah tangan menahan lift. Belly kaget, saking cintanya pada Arland ia sampai hafal bagaimana tangan suaminya itu. Lift terbuka kembali. Arland masuk, tetapi diikuti oleh sosok perempuan, siapa lagi kalau bukan sabrina.

Perasaan belly langsung tidak enak. Emosinya tiba-tiba naik. Ia ingin menjambak rambut wanita ular ini yang sedang tersenyum mengejek padanya.

"oh Belly, minggu depan sidang perceraian kalian kan?".
Kalian harus berceraikan, karna Arland hanya mencintaiku. Ia hanya menjadikanmu alat supaya ibunya tidak menjodohkannya lagi." sabrina berkata sambil menyeringai pada belly.

Arland, ia tidak menyangka jika waktu berjalan begitu cepat. Seminggu lagi ia akan melepaskan istrinya. Akan kah ia sanggup nantinya, ntahlah ia tak tau.

"Kamu harus menyelesaikan semuanya ya sayang." lanjut Sabrina dengn tangan yang merangkul lengan Arland.

Arland yang terhanyut dalam lamunannya tak tau jika belly sedang menahan emosinya.

Tiba-tiba, ntah bagaimana tangan belly sudah berada di rambut sabrina dan membuat perempuan itu terpekik.

Belly menarik rambutnya kuat, seakan kulit kepalanya akan terlepas dan membuat kepala perempuan itu mendongak padanya.

"Kau, dengarkan baik-baik. Aku juga tidak ingin lagi menjadi istrinya. Jadi kau boleh memilikinya. Tapi jika aku melihat senyum mengejekmu lagi padaku, aku gak akan segan-segan menarik rambutmu sampai botak." Belly melepaskab jambakannya dengan mendorong sabrina kearah Arland. Dengan sigap Arland menahan tubuh Sabrina. Cih.

"Drama murahan." Belly keluar dari lift dengan emosi. Kenapa ia tidak bisa menahan dirinya tadi. Tidak biasanya ia begini.

Arland yang melihat kejadian Barusan terpaku. Ia melepaskan tubuh sabrina. Ia melihat punggung istrinya semakin jauh. Ntah Bagaimana caranya agar ia bisa membuat belly kembali padanya.

Ia keluar dari lift dan masuk keruangannya diikuti oleh Sabrina. Ia heran apa perempuan ini tidak ada kegiatan lain, kenapa mengekorinya keruangannya. Sabrina mendekat kearah meja arland, ia duduk di meja arland dengan arland yang duduk dikursinya.

"Sayang, kapan kita akan menikah?".

"?". Arland mengernyit heran.

"kan minggu depan kamu udah jadi duda." Sabrina berkata sambil membelai lengan Arland.

"Kita tidak akan menikah."

Duar

Sabrina kaget, ia sampai berdiri dari duduknya karna kaget.

"Ke-napa?".

"Aku ingin menikahimu, karena kamu hamil saat itu."

"maksudmu, karna aku sudah kehilangan anakku, kamu tidak jadu menikahiku, begitu?".

"Hm".

"Jangan bercanda Arland, tenangkan fikiran kamu, kita akan bicara lagi nanti." Sabrina berdiri dan meninggalkan ruangan Arland. Ia tidak akan melepaskan Arland. Ia harus jadi istri Arland, Karena ia sudah diusir oleh kedua orang tuanya. Jika ia tidak bersama Arland ia tidak akan bisa lagi menikmati hidup enak seperti sekarang ini. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus menyingkirkan Belly, agar hanya ia yang bisa mendapatkan semuanya.

**
Belly keluar dari kamar mandi kamarnya dalam keadaab pucat. Ia memuntahkan semua isi perutnya. Ia sangat lemas sekarang. Ia juga tadi tidak makan siang, ia langsung makan malam saja tadi.

Ia akan menelfon mario untuk membawanya kerumah sakit. Ponselnya berdering sebelum ia sempat menelfon Mario. Tertera nama suaminya disana. Dengan malas ia mengangkatnya.

"Halo".

"sayang, ada apa dengan suaramu, kamu sakit?".

"tidak".

"jangan bohong, aku akan segera kesana."

"ja-..". Telefonnya terputus. Ia meringkuk di kasurnya. Ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk merutuki suaminya.

Pintu kamarnya terbuka, terlihat suaminya bediri disana. Arland mendekat dan langsung membopong istrinya. Ia akan membawa istrinya kerumah sakit terdekat, karena ia tak tau cara merawat orang sakit.

Sesampainta dirumah sakit belly langsung di periksa oleh dokter. Arland dengan gusar menunggu diluar ruang pemeriksaanya. Beberapa saat kemudian dokter keluar, Arland langsung menghampiri nya dan bertanya bagaimana keadaan istrinya.

"Keadaan istri anda sudah membaik, tapi ia tidak bisa berfikir terlalu berat dan mengurangi aktifitas yang berat juga."

"Lalu tebus obat dan vit. Nya, sebaiknya juga minun susu agar ibu dan bayinya lebih kuat."

Deg

"Dokter, anda bilang apa barusan?".
"istri saya hamil?"

"oh, anda belum tau ya, ia istri anda hamil, Selamat ya pak. Anda juga boleh konsultasi langsung dengan dokter kandungan untuk memperjelas apa saja yang harus anda lakukan nantinya. Saya permisi pak."

"Terima kasih dokter".

Arland sangat bahagia, ia langsung pergi untuk menebus obat dan membelikan susu khusus ibu hamil untuk belly. Arland memasuki kamar inap istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di samping brankar. Ia membelai rambut istrinya. Ia juga mencium tangan istrinya sampai-sampai ia tak sadar jika ia sudah menangis dan membasahi tanga istrinya.

Belly membuka matanya, ia melihat suaminya yang menangis sambil mencium tangannya.

"Kamu kenapa, aku belum mati. Jadi kenapa menangis?". Arland mengangkat wajahnya. Ia tersenyum haru dan membuat belly jadi takut suaminya kesurupan.

"k-kamu kesurupan, ha?"

"sayang, terimakasih". Belly mengernyit heran. Ada apa dengab suaminya ini.

"ayo minum susunya dulu". Belly hanya menuruti suaminya.

"aku mau kemar mandi".

"ayo, aku Bantu".

Belly lagi-lagi menuruti suaminya. Setelah dari kamar mandi, belly melihat bungkusan kotak di atas meja yang ada ruangan rawatnya. Apa itu susu pasien sebelumnya. Lalu ia teringat tadi ia minum susu yang di berikan Arland. Ah. Gak mungkin pikirnya.

"Arland, itu milik siapa?"

"yang mana?". Arland bertanya dan belly menunjuk ke arah meja.

"oo, itu bungkus susu yang kamu minum tadi."

Deg

"Arland jangan bercanda."

"iya sayang, aku gak bercanda, terimakasih sayang." Arland mendekat dan memeluk istrinya.

Belly masih tak menyangka. Bagaimana dengan perceraian mereka fikirnya.

***
Bersambung

Aku bakal usahain fokus tamatin ini yaa

See you

Bye-bye

Belly's WorldTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon