Bab 15

7.6K 226 2
                                    

Teimakasih buat 2k pembaca
Terimakasih juga buat yang udah vote

Selamat membaca

***
Malam sudah berganti. Terik matahari memasuki sela-sela jendela kaca. Cahaya matahari membuat arland membuka matanya. Ia meraba kasur di sampingnya. Kasur tersebut sudah dingin, arland langsung mendudukkan tubuhnya. Ia berlari keluar kamar dengan keadaan acak-acakan. Ia berlari menuruni tangga. Ia baru bisa bernafas lega ketika melihat istrinya duduk di meja makan, sepertinya istrinya baru selesai sarapan. Arland mendekat, dan mencium kening istrinya. Belly mendengus, apa-apaan suaminya sudah tidak menjelaskan apa yang terjadi semalam, lalu pulang sudah larut malam dan paginya malah mencium keningnya seperti tidak terjadi apa-apa.

Belly mendengus lagi. Lalu memutuskan untuk pergi dari sana. Tapi sebelum ia melangkah, tubuhnya di dekap dari belakang. Arland yang bisa membaca raut wajah masam istrinya langsung mengambil langkah. Karena kalau tidak, akan semakin panjang masalah ini, pikirnya.

"Sayang, aku tau kamu marah padaku. Aku akan menjelaskan semuanya ya."

Belly berbalik dan menghadap suaminya. Tapi masih enggan untuk menatap wajah suaminya. Akhirnya arland mengusap pipi istrinya.

"Sayang, hey. Nanti aku jelaskan, yang  penting ini bukan seperti yang kamu fikirkan. Aku mau mandi dulu sebentar. Kamu tunggu aku di meja makan, nanti temankan aku sarapan. Lalu aku akan menceritakan semuanya."

"Hm." akhirnya belly mengeluarkan suaranya juga. Betapa leganya arland meskipun hanya itu saja yang dikatakan oleh istrinya. Arland memeluk istrinya sebentar, lalu beralih kekamar mereka untuk menyelesaikan rutinitas paginya.

Setelah beberapa menit, arland kembali ke ruang makan. Ia langsung mencium pipi istrinya. Kemudian duduk di sebelah Belly untuk menyantap sarapannya.

Sekarang mereka sedang duduk di balkon kamar mereka. Terdapat sofa dan meja kecil disana. Diatas meja terdapat susu untuk belly dan kopi untuk arland. Setelah hening beberapa saat, akhirnya arland menceritakan kenapa ia ingin bertemu dengan sabrina. Ia hanya ingin menyampaikan pada sabrina untuk kembali tinggal bersama keluarganya.

"Kamu kesana malam sekali ar."

"iya sayang, aku sedikit lembur. Jadi sebelum pulang aku sempatkan kesana sebentar. Aku takut lupa menyampaikannya padanya. Maafkan aku ya sayang." arlang memeluk belly dari samping seraya mengelus perut istrinya.

"Kamu tau, jika aku tidak datang kesana maka akan terjadi hal yang sangat diinginkan oleh wanita itu."

Arland mengernyit heran. " Hal apa yang kamu maksud?". Arland duduk tegak menghadap belly.

"dia menyiapkan sesuatu yang sangat besar untukmu."

"...".

"Ia menyiapkan tempat tidur yang penuh dengan bunga diatasnya, kamar dengan cahaya temaram, dan aroma yang sangat menggoda. Ah, iya bukan itu saja, ia juga menyiapkan sesuatu."

'masih ada lagi'. Batin arland yang masih mendengarkan istrinya dengan seksama.

"Ia berpakaian yang tidak senonoh. Ia setengah telanjang arland. Bagaimana kalau bukan aku yang datang duluan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya." belly mengusap keningnya yang terasa sakit karena mengingat kejadian semalam.

"makasih sayangku. Kalau bukan karena kamu, aku akan terjebak disana." Arland berlutut didepan belly dan menenggelamkan wajahnya di kedua tangan belly. Lalu Arland seperti mengingat sesuatu.


"Sayang. Lalu kenapa kamu ada disana tadi malam?."

"ah, itu...". Belly mulai menceritakan bagaimana Sabrina mengirim pesan hingga berakhir ia yang datang.

"sayang, kamu taukan itu berbahaya. Bagaimana jika ia melakukan sesuatu padamu?". Belly yang mendengar itu pun seperti mau menangis. Airmatanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Melihat itu, arland langsung memeluknya.

"maafkan aku sayang. Aku tidak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padamu." belly hanya mengangguk dipelukan suaminya. Ia berjanji tidak akan membahayakan bayi mereka lagi.

***
Sabrina sedang merenung di kamar apartemen arland. Ia belum pergi dari sana. Ia masih memikirkan rencananya selanjutnya. Lalu Ponselnya berdering, tertera nama mamanya disana. Dengan enggan ia mengangkat telfonnya.

"Halo ma."

"kamu. berapa lama lagi kamu bisa merebut arland dari istrinya, hah?. Sekarang istrinya malah hamil. Apa yang akan kau lakukan sekarang sabrina?."

"aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan arland kembali. Mama tenang saja."

"baiklah, mama sudah tidak tahan hidup miskin lagi Sabrina. Tolong cepat kau rebut arland dari istrinya."

"iya ma. Akan aku lakukan apapun itu." lalu Sabrina mematikan sambungan telfonnya. Besok ia akan datang kekantor arland. Ia harus berbicara pada arland, karena arland hanya mencintainya. Arland hanya kasihan pada belly. Arland tidak mencintai belly seperti arland mencintai dirinya.

***

Bersambung

Belly's WorldWhere stories live. Discover now