bab 17

6K 207 1
                                    

Arland kembali memasuki rumahnya setelah ia membereskan masalah tadi. Ia bertanya pada bibi lela karena ia tidak melihat istrinya. Lalu bibi lela mengatakan belly sedang dikamarnya, ia juga mengatakan jika belly menolak untuk makan, ia hanya menangis hingga tertidur.  Timbul rasa bersalah di hati arland. Ia menyesal karena membentak istrinya tadi. Ia panik karena belly melihat kejadian yang tidak harusnya ia lihat. Ia tidak mau belly sampai trauma atau stress karena itu. Arland melanjutkan langkahnya. Ia membawa nampan berisi makan malam yang sempat ia minta pada bi lela untuk istrinya.

Arland membuka pintu kamarnya. Ia melihat istrinya tertidur membelakanginya. Ia mendekat dan meletakkan nampan makanannya di atas nakas. Lalu mambangunkan istrinya. Ia yang melihat jejak air mata di pipi istrinya jadi semakin bersalah.

"Sayang, Bangun. Ayo makan, kata bibi kamu belum makan."

Belly membuka matanya. Ia melihat suaminya. Ia mendudukkan tubuhnya lalu menangis kembali.

"aku hiks gak sengaja. Aku cuma mau suruh dia keluar dari rumah. Tapi kakinya tersandung sesuatu lalu ia jatuh. Aku gak sengaja." belly menjelaskan nya dengan sesegukan. Ia sudah tau ceritanya. Karena bibi lela tadi sudah menjelaskan semuanya ketika ia menunggu nampan berisi makan malam istrinya.

Arland memeluk istrinya.

"kamu masih marah sama aku?."

"hm?, kapan aku marah sama kamu?".

"tadi kamu kan bentak aku. Huaa. Kamu hiks gimana sih. Kamu marah kan sama aku." tangis belly semakin keras.

"Sst. Sayang udah jangan nangis lagi. Aku gak marah. Aku cuma khawatir kamu udah liat kejadian yang harusnya gak kamu liat." seketika belly berhenti menangis. Ia terperangah.

"jadi kamu gak marah sama aku?".

"iyaa sayang, aku gak marah." arland yang mengetahui jika belly takut ia marah padanya tersenyum. Ia berhasil membuat belly kembali padanya. Ia akan menjaga istri dan anaknya. Ia tak akan membiarkan jika ada yang ingin menyakiti mereka.

"sudah sayang, ayo makan. Nanti anak aku kelaparan." belly menggangguk.

"gimana dengan sabrina?". Tanya belly di sela-sela suapan arland.

"Dia masih hidup." belly menaikkan alisnya. Tanda Ia ingin penjelasan lebih.

"dia di rawat dirumah sakit. Ia cuma kena luka ringan di kepala sama kakinya aja. Jadi, kamu gak perlu memikirkan dia, kamu harus fokus pada anak kita." arland mengelus perut belly, jadi mau tidak mau belly hanya mengangguk saja.

"kamu istirahat ya. Aku mau bawa piring ini kedapur dulu."

"hm". Belly membaringkan kembali tubuhnya.

Arland kembali ke kamar setelah mengantar nampan piring bekas makan istrinya. Ia langsung kekamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah beberapa saat kemudian, ia keluar dan hanya memakai celana pendek. Ia akan langsung tidur saja. Tubuhnya sangat lelah sekali rasanya. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Setelah itu, ia bergabung dengan istrinya. Ia mencium seluruh wajah istrinya dan memeluknya, lalu menyusul istrinya kealam mimpi.

***

Sabrina terbangun di ruangan yang serba putih. Ia mengangkat tangannya. Terpasang infus disana. Ia juga meraba kepala dan kakinya yang ternyata juga diperban. Ia mengernyit heran melihat satu koper dan tas wanita disana dekat sofa yang ada di kamar rawatnya. Setelah beberapa saat, masuklah wanita paruh baya yang sangat ia kenali.

"Sejak kapan mama disini?".

"sejak kau masuk keruangan ini." mamanya menjawab sambil melangkah dan duduk di sofa.

"apa yang akan kau lakukan sekarang, sabrina?". Kata mama nya dengan suara lirih.

Sabrina Dengan tersenyum dan percaya diri.

"mama tenang saja, arland akan segera kembali padaku. Aku udah bersusah Payah terjatuh di tangga rumahnya hingga kepala dan kakiku diperban. Pasti arland sangat marah pada belly. Aku mendengar ia membentak belly karena khawatir padaku." jawaban Sabrina membuat mamanya terperangah.

"apa maksudmu?."

"sudahlah mama tenang saja. Biar aku yang urus semua ini ma. Mama mau ketempatku, sampai membawa koper besar begitu."

Sabrina mengernyit heran.

"mama, bukannya itu koperku. Bagaimana bisa ada disini?. Apa arland memintaku untuk kerumahnya setelah pulang dari rumah sakit?". Sabrina tersenyum senang setelah mengatakan hal tersebut. Ia tidak sadar jika lawan bicaranya sudah muak mendengarnya.

"apa kepalamu terbentur sangat keras, hah?." sabrina terperangah denga perkataan mamanya. " ini kopermu, asisten arland yang mengantarnya kesini. Apa kamu tau artinya, hah?." mamanya mulai emosi pada anakknya.

"ck, Pantas arland tidak mau denganmu. Kau ternyata sebodoh ini. Apa yang kau lakukan dengan mengkhianati arland dulu, hah?. Kau sudah main gila dengan temanmu yang sama saja gilanya denganmu. Kau dengan bodohnya meninggalkan laki-laki yang punya segalanya. Mama tanya apa kau tidak tau apa Maksud dari asisten arland?. Arland mengusirmu dari apartemennya sabrina. Ia tidak ingin kau tinggal lagi disana."

"tidak!. Itu tidak mungkin. Arland tidak mungkin mengusirku, ia mencintaiku."

"tenang lah Sabrina. Apa yang kau lakukan ha?". Sabrina melepas infusnya. Mama berusaha untuk menahanya. Lalu mamanya memanggil perawat disana. Perawat tersebut terpaksa menyuntikkan obat tidur agar sabrina tenang.

Keesokan paginya, Sabrina terbangun. Ia hanya sendiri disana. Mamanya sudah pergi ntah kemana. Ia yang sudah sedikit pulih ingin segera keluar dari rumah sakit dan menemui arland.

Dengan wajah pucatnya, ia kembali berada di depan gerbang besar rumah arland. Ia memaksa masuk kembali. Satpam disana sudah menyuruhnya untuk pulang. Tapi ia masih berusaha untuk masuk kedalam.

Mobil putih terlihat ingin memasuki gerbang rumah, sabrina yang melihat kesempatan itu pun langsung berlari ingin masuk juga. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika mobil putih itu menghalangi langkahnya. Lalu keluar seorang gadis cantik dengan rambut blonde. Gadis itu sangat modis dan sangat cantik. Sabrina mengenal gadis ini. Ia adalah sepupu arland, atau yang lebih tepatnya sepupu gila laki-laki itu.

***

Bersambung

Belly's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang