Bab 10

10.4K 317 0
                                    

Langit sudah berubah jadi merah, tanda waktu malam akan segera tiba. Belly terbangun dari tidurnya. Ia tidak melihat Arland di kamarnya. Ia ingin menangis lagi rasanya. Ntah kenapa ia merasa sangat sensitif. Dengan langkah gontai ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah selesai, ia keluar dan mendapati Arland duduk di sofa sedang menata makanan.

Perasaan belly berubah seketika. Ia tersenyum lebar, dan berjalan mendekat ke arah suaminya. Arland melihatnya pun menyambut istrinya dan mendudukkan istrinya di pangkuannya sambil memeluk pinggangnya. Belly merasa aneh dengan dirinya. Ia tidak risih lagi dengan Arland. Ia akui bahwa ia masih ingin bersama dengan Arland. Ia tidak sanggup melepas lelaki yang dicintainya itu. Tapi, ia hanya akan mengikuti alurnya saja, ia tidak ingin berharap terlalu tinggi. Ia akan mengikuti kemana takdir akan membawanya.

Belly tersadar dari lamunanya. Ternyata ia dari tadi memandangi wajah suaminya dan membuat Arland jadi salah tingkah dengan sesekali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sayang, kenapa dari tadi liatin wajah aku?".

"h-ah?. Oh nggak kok." jawab belly sedikit kikuk.

"Yaudah ayo makan." setelah berdiam cukup lama, ia mengajak belly untuk makan.

"ehm. Ayo."

Mereka makan dengan lahap. Hingga pintu ruang rawat mereka terbuka. Lalu terlihat wanita yang sangat tidak diharapakan kedatangannya.

"Sayang?". Kamu apa-apaan, hah?. Kamu gak mau melepas arland?. Kenapa?. Dia hanya mencintaiku, ia hanya kasihan padamu." perkataan sabrina menusuk hati belly. Ia sudah bilang kan kalau ia sangat sensitif. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Arland yang melihat itupun langsung memeluk istrinya.

"apa yang kau lakukan disini, hah?". Arland bertanya dengan nada yang sangat dingin. Bulu kuduk Sabrina meremang, karena tiba-tiba suasana di kamar itu jadi mencekam. Tapi sabrina harus berani, dia tidak ingin kehilangan arland penopang hidupnya kedepannya.

"sayang, kamu ngapain disini?, bukannya kita ada janji mau membicarakan tentang pernikahan kita?". Mendengar hal itu belly memberontak ingin melepaskan pelukan arland. Tapi arland memeluknya erat ia tidak ingin belly lepas darinya.

"Pernikahan apa maksud mu, bukannya kita sudah membicarakan ini sebelumnya?. Tidak ada pernihkahan diantara kita sabrina."

"tidak!!!". Sabrina berteriak. "Kamu sudah janji padaku arland. Kamu akan menjagaku". Sabrina mulai terisak pilu.

Sekretaris arland memasuki kamar rawat belly. Ia minta maaf pada bosnya karena lalai dari tugasnya.

"Maaf pak, saya akan mengantar nona Sabrina kembali."

"hm". Arland mengusap kepala belly sambil sesekali mencium puncak kepalanya. Ia takut belly akan terpengaruh dengab perkataan sabrina. Ia baru saja merasakan kebahagiaan karena belly mau menerimanya kembali. Arland tidak ingin hal ini membuat belly mencajnya kembali. Ia sangat takut kehilangan istrinya.

Sabrina yang di tarik oleh sekretaris arland pun berusaha memberontak. Ia tidak ingin pergi dari sana. Ia harus mendapatkan perhatian dari Arland. Tapi ia di tarik paksa, lengannya pasti akan memerah setelah ini. Mau tidak mau ia harus pergi dari sana.

Arland mengurai pelukannya. Ia melihat mata belly memerah karna menangis, ia berlutut dab memeluj pinggang belly. Ia tidak tau bagaimana caranya agar belly tidak menangis lagi karenanya.

"sayang, maafin aku. Aku tau aku gak pantas untuk di maafkan. Aku tau aku udah buta karena dia adalah cinta pertamaku, jadi aku kira aku masih mencintainya. Tapi nyatanya tidak, aku tidak pernah setakut ini kehilangan seseorang. Ketika kehilangan dia aku tidak begini. Aku sangat takut kamu meninggalkan aku. Jangan tinggalkan aku sayang." Arland menangis. Ia ketakutan, hatinya sangat sakits jika membayangkan belly pergi darinya.

"aku sudah memaafkanmu. Aku juga salah, aku tidak pernah menunjukkan perasaanku padamu. Aku dengan sikapku yang seakan acuh padamu membuat hubungan kita jadi begini." belly berkata sambil mengusap kepala suaminya. Arland berdiri dan membawa belly kepelukannya.

"makasih sayang, aku akan membahagiakan kalian. Aku janji."

Beralih ke sabrina. Sabrina sedang duduk di jok belakang mobil. Mereka sedang diperjalanan menuju apartemen arland yang ia tinggali sekarang. Di perjalanan ia memikirkan cara untuk memisahkan belly dan arland, apapun akan dilakukannya. Ia harus mandapatakan apa yang ia diinginkan.

Keesokan harinya, mereka sedang beres-beres untuk pulang. Tiba-tiba ada yang menerobos masuk ke dalam ruang rawat belly dan langsung menampar arland. Mereka kaget. Kedua orang tua belly berdiri dengan nafas memburu.

"kamu sudah keterlaluan Arland, bagaimana bisa kamu ingin menceraikan anakku demi menikahi wanita lain, hah?".

"bukan begitu yah, aku bisa jelaskan."

"tidak, aku tidak ingin mendengar apapun lagi, ayo nak kita pulang." ayahnya menarik tangan belly dan mereka berlalu dari sana meninggalkan arland yang termangu dengan keadaan.

***
Bersambung


Belly's WorldWhere stories live. Discover now