Bab 16

5.9K 216 0
                                    

Siang ini sabrina berencana untuk melancarkan aksinya. Ia akan pergi ke kantor arland. Ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan arland. Baik itu membujuk ataupun menggoda arland. Tidak masalag jika harus menyerahkan tubuhnya pada arland, yang penting ia harus membuat arland kembali padanya.

Ia sudah sampai di lobby perusahaan arland. Ia ingin langsung masuk saja ke ruangan arland. Tetapi ditahan oleh resepsionis kantor tersebut.

"Maaf ibu, ada yang bisa saya bantu?."

Hal itu membuat sabrina kesal. Ia berbalik menghadap wanita yang berseragam kantor itu.

"Saya mau bertemu dengan pacar saya."

"boleh saya tau siapa pacar anda, ibu?".

"ia pemilik perusahaan ini."

" maksud ibu, Pak arland?".

Sabrina yang semakin kesal membentak wanita itu.

"iya! Siapa lagi kalau bukan dia." resepsionis itu heran, yang ia tau bosnya sudah punya istri. Apa bosnya selingkuh dari istrinya.

"mohon maaf ibu, Saya akan coba hubungi asisten bos saya dulu. Silahkan ibu tunggu sebentar." lalu resepsionis itu menghubungi asisten arland.

"Halo, Selamat siang pak. Ada yang mencari pak arland. Katanya ia pacar dari Pak Arland."

"Sabrina?. Jangan biarkan ia naik ke ruangan arland, atau kita berdua akan di pecat."

"Bagaimana jika ia menolak untuk pergi pak?".

"suruh security untuk menyeretnya keluar." asisten Arland panik. Ia telah diberikan perintah untuk menyuruh sabrina menjauh dari keluarganya. Jika ia ketahuan belum melaksanakan tugasnya, maka tamatlah riwayatnya.

Kembali ke lobby perusahaan

Sabrina yang lama menunggu berdecak kesal. Lalu berdiri dan melangkah menuju lift. Tapi langkah nya di halangi oleh resepsionis tadi lagi.

"Maaf bu, anda tidak di perbolehkan naik."

"Apa maksudmu?. Berani-beraninya kau melarangku. Aku akan menelfon bosmu agar kau di pecat." sabrina langsung menlfon arland. Tapi hanya suara operator yang menyambutnya. Ia mencoba sekali lagi. Hasilnya tetap sama. Ia mendengus kesal. Lalu melangkah kembali menju lift. Akan tetapi, lagi-lagi langkahnya di hentikan oleh resepsionis tadi.

"maafkan saya bu. Saya tidak bisa membiarkan ibu masuk. Karena saya sudah di beri perintah oleh asisten pak arland. Silahkan ibu keluar dari sini bu." Kata resepsionis dengan sopan. Tapi sabrina tidak menghiraukannya. Ia kembali melangkah menuju lift. Karena tidak ada lagi pilihan lain, maka resepsionis tadi memanggil security. Ia harus mematuhi perintah atasannya.

"Security. Tolong bawa ibu ini keluar."

Dengan sigap security datang dan segera menarik sabrina untuk keluar dari sana. Sabrina yang di perlakukan seperti itu tidak terima.

"lepaskan aku, lepas. Aku akan adukan kalian ke bos kalian agar kalian di pecat." tubuh sabrina terlempar begitu saja keluar. Ia malu sekali rasanya, karena diusir secara kasar dari sana.

"mohon maaf bu, kami hanya melaksanakan perintah." security itu berbalik dan meninggalkan Sabrina.

Sabrina hampir kehabisan akal. Ia akan melakukan cara lainnya sekarang. Ia benar-benar tidak bisa kehilangan arland. Ia harus kembali bersama arland.

***
Belly sedang menyiram bunga di pekarangan rumah mereka. Ia tak tau kenapa semenjak hamil ia sangat suka menyiram bunga. Sambil bersenandung ia bergerak kesana kamari dengan bahagia. Tetapi kebahagiaannya tidak bertahan lama. Karena ada yang ribut di depan pagar rumahnya. Bibi Lela yang ditugaskan untuk menjaga belly langsung bergegas untuk melihat kesana. Ternyata ada wanita yang memaksa masuk ke rumahnya. Belly sudah menduga siapa wanita itu. Dan ternyata benar, ia Sabrina.

"Bi, biarkan ia masuk."

"Tapi nyonya...".

Akhirnya Sabrina di perbolehkan untuk masuk kerumah belly. Ia melihat betapa megahnya rumah ini. Terdapat Beberapa anak tangga yang lapisi keramik mahal untuk sampai keteras rumah itu. Ia membuka pintu besar yang megah dan melihat nyonya rumah telah menunggunya di ruang tamu. Sabrina berdecih, sebentar lagi ia yang akan menikmati ini dan belly akan di usir dari rumah ini.

"silahkan duduk." belly mulai bersuara setelah Sabrina memasuki ruang tamu rumahnya. Bukannya duduk ia malah berlutut di depan belly. Ia mulai menangis disana. Belly yang kaget dan juga heran hanya terdiam melihatnya.

"Belly, aku mohon lepaskan arland untukku. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Hanya arland yang kupunya." Sabrina mulai bersuara dan menautkan kedua telapak tangannya memohon pada belly.

"Kau aneh. Bagaimana bisa kau ingin meminta suami pada istri sahnya?." emosi belly mulai naik. Tapi ia masih bisa menahannya.

"tapi arland mencintai ku belly, ia kembali padamu hanya karena kamu mengandung anaknya. Ia akan meninggalkanmu setelah kamu melahirkan anaknya dan kembali padaku." sabrina berkata dengan suara lirih.

Belly memejamkan matanya untuk meredam amarahnya. Bibi lela sudah ketar ketir. Ia takut terjadi sesuatu pada nyonyanya. Ia menyuruh mirna selaku chef rumah itu untuk menghubungi tuan mereka.

"Kau apa yang barusan kau katakan?".

"itu yang dikatakan arland padaku. Ia mengatakan akan-."

Plak

Belly menampar sabrina kencang sehingga membuatnya tersungkur. Sabrina kaget tentu saja. Ia tidak menyangka tamparan belly sesakit ini. Belum hilang rasa sakit di pipinya, belly menjambak rambutnya kuat. Kulit kepala sabrina sangat sakit. Ia rasa rambutnya sudah tercabut dari akarnya.  Belly menariknya hingga berdiri dan menyeretnya keluar dari rumahnya. Hingga mereka sampai di tangga yang berada diterasnya, kaki sabrina terselip dan membuat nya limbung. Belly yang merasakan tubuhnya ikut sedikit limbung melepaskan tangannya dari rambut sabrina. Ia melihat sabrina terguling kebawah. Ia kaget, langsung memegang perutnya. Ia tidak bisa membayangkan  jika ia yang jatuh dan terguling kebawah sana. Sabrina tak sadarkan diri. Ia sedikit panik. Lalu ia melihat mobil arland memasuki gerbang rumahnya. Arland yang panik tidak sengaja maninggikan suaranya dan membuat belly kaget.

"Apa yang kau lakukan?." belly tersentak. Air matanya siap tumpah. Bibi lela yang paham terhadap situasinya langsung membawa belly untuk kembali masuk kerumahnya. Dengan perasaan yang campur aduk ia masuk kedalam.

Belly melihat mereka dari balkon kamarnya. Ia melihat betapa paniknya suaminya merasa sakit hati. Ia memutuskan untuk masuk dan tidur. Ia sadar ini kesalahannya. Tapi ia tidak berniat begitu. Lalu ia menangis sendirian di kamarnya.

****
To be continued

See you tomorrow

Belly's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang