Prolog

44.7K 1.7K 58
                                    

"Ancia!"

"Hm.." saut Ancia dengan bibir penuh makanan.

Erina menghela nafas, dia menatap temannya itu. "Ancia Temanin gue!"

"Ogak!" seru Ancia, setelah menelan makanannya.

Dia tahu Erina sedang membahas apa.

Ulang tahun ketua ekskul cheers nya. Erina diundang ke acara itu malam ini, sebenernya Erina tidak ingin datang, tapi karena dia sudah berjanji akan datang dengan ketua ekskulnya itu dengan amat terpaksa Erina menghadirinya.

Sebenernya tidak masalah, itu hanya pesta perayaan 17 tahun seorang gadis remaja.

Masalahnya!

Ada di tempat penyelenggaraan pesta!

Kenapa harus dirayakan di Club?!

Erina sangat anti dengan tempat seperti itu, Ancia juga, mereka berdua adalah anak baik-baik yang masih menonton acara kartun di televisi di Minggu siang dengan daster kedodoran favorit mereka, mana mungkin seseorang dengan nyali sekecil mereka mau datang ke tempat itu.

"Gue mohon, gue engga mau sendirian disana, takut."

"Tolak aja."

"Gue engga tahu mau alasan apa." Erina merebahkan diri di lengan sofa. "Gue udah janji mau datang, sialan harusnya bilang di awal kek kalau ngadainya di Club."

Ancia menatap sahabatnya sejak kecil itu dengan pandangan kasian.

"Kalau gini terus gue mau keluar aja deh dari cheers, padahal gue gabung karena hobi, eh tahunya cheers SMP sama SMA itu beda."

Ketika SMP dia dan anggota eskul nya sibuk latihan tiap hari bahkan dengan pakaian yang sederhana, tidak seperti sekarang ketika kumpul-kumpul mereka hanya bergosip tentang fashion, ngadu ourfit, sibuk ngonten, pacaran bahkan untuk latihan saja dia tidak bisa menggunakan baju yang sama karena malu.

Mental Erina lelah.

Padahal baru sebulan dia bergabung dengan eskul itu, sudah banyak hal yang membuatnya tidak suka.

"Keluar aja, gue dukung." Ancia mengacungkan jempolnya.

"Iya, rencananya gitu, tapi tolong! Tolong banget kawanin gue dong ke pestanya!"

"Ogak." Ancia tidak mau.

Disana pasti mengerikan, lagipula ia tidak memiliki pakaian yang cocok untuk pergi ke tempat seperti itu.

"Gue traktir makan di kantin sekolah selama seminggu."

"Oke, deal." Dia langsung setuju tanpa berpikir seribu kali.

Erina tersenyum sumringah. "Beneran yah? Temanin gue?"

"Ingat janji lo." tegas Ancia.

Erina mengangguk. "Tenang aja, apa perlu gue krim VN untuk buat perjanjian?"

Ancia mengangguk

Erina melakukannya.

"Gue bakalan traktir Ancia selama seminggu ke depan."

"Tambahin, kalau terjadi sesuatu Lo harus tanggung jawab."

Erina berdecak kesal. "Kalau terjadi sesuatu gue akan bertanggung jawab."

Dia mengirim VN itu ke Ancia.

Ancia mengeceknya dan segera mengunduh VN itu sebelum Erina menariknya tiba-tiba.

"Terus gue pakai apa kesana?" Dia hanya punya celana, kaos, Hoodie di rumah.

"Ada, pakai baju gue." ujar Erina. "Ayo naik ke atas."

Saat ini mereka sedang berada di rumah Erina.

Erina dan Ancia itu berteman sejak bayi, kedua orang tua mereka akrab karena jarak rumah yang cukup dekat, sanking akrabnya ulang tahun Ancia dan Erina itu hanya berbeda satu bulan.

Mereka tinggal di sebuah komplek perumahan, rumah keduanya berhadapan, jadi tidak heran jika mereka dekat satu sama lain.

Sejak TK, SD, SMP, bahkan SMA mereka selalu bersama-sama dan sekelas.

Takdir sangat baik pada mereka.

Erina itu cantik, kemanapun mereka jalan-jalan bersama selalu gadis itu yang dilirik.

Bukannya Ancia iri, hanya saja kecantikan Erina itu menyebalkan.

Terkadang dia sering menjadi tumbal gadis itu.

Tidak terhitung berapa banyak orang yang bertanya pada Ancia tentang Erina.

Terkadang itu menyebalkan.

Tapi yasudah lah.

Anggap aja kebaikan.

***

Welcome di cerita ke-8 aku.

Hehehehe.

Hm

Happy reading aja.

Wkwkwkw.

Terima kasih sudah membaca 😘.

See u di chapter 1.

Trap (The End)Where stories live. Discover now