Chapter 35 : WAHAHAHA

10.9K 1.1K 272
                                    

Rheon tertawa, dia menaikkan satu kakinya di atas pipa besi besar bekas pembangunan yang diletakkan di belakang gedung sekolah. "Dia nyariin gue kan?"

"Iya, dia ke kelas kita." jawab Mian, dia tertawa. "Gila rencana lo benar-benar sempurna banget."

Rheon tersenyum kemenangan. "Jelas dong, Rheon gitu loh."

"Satu sekolah sampai percaya kita benaran gaduh, gigi palsu yang guat beli gak sia-sia." Kento tertawa geli, akting mereka terbalaskan dengan sempurna.

Lean mengepalkan kedua tangannya mendengar hal itu, dia melirik Ancia yang berada di sampingnya, gadis itu tidak menunjukkan ekspresi wajah apapun, dia tidak tersenyum, marah, kesal, atau sedih.

Dia hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi.

"Thanks untuk kerja samanya Erina, lo memang pacar terbaik gue." Stellan merangkul bahu Erina dan mengecup pipinya sekilas.

Erina tertawa. "Sama-sama kak."

"Tapi lo benaran gak jatuh cinta sama dia kan?"

Rheon mengernyit jijik. "Kagak lah, mana mau gue sama cewek biasa, minimal kalau mau jadi pacar gue itu harus orang terkenal."

"Anjay, sombong banget."

"Tapi dia kepedean banget sih? Sumpah." Rheon tertawa ngakak, membayangkan wajah Ancia. "Bisa-bisanya dia percaya gue cinta mati sama dia?"

"Eh bangsat siapa yang bilang gini gue engga mau putus." ejek Mian. "Pakai drama nangis segala."

"Ancia, Ancia jadi cewek kok gampangan banget sih, dikasih kata-kata manis aja langsung jatuh cinta sama gue."

Ini semua adalah rencana Rheon sejak awal.

Pembalasan dendam yang tidak akan pernah Ancia lupakan.

Inilah tujuannya.

Mulai dari mendekati gadis itu, menyuruh Stellan mendekati Erina dan membuat gadis itu bucin padanya, membuat hubungan Ancia dan Erina hancur karena mereka, membuat Ancia ketergantungan padanya hingga tujuan akhirnya dia akan meninggalkan Ancia.

"Drama kita lebih bagus dari drama kelas lo Erina, kalau jadi FTV laku gak?" tanya Rheon pada Erina.

"Mungkin kak, gue juga gak tahu."

"Menurut lo Ancia bakalan nangis gak? Mohon-mohon sama gue untuk gak gue tinggalin?"

"Jelas lah kak, Ancia kan cengeng, dia udah jatuh cinta sama kakak, dia pasti nangis-nangis waktu tahu kebenarannya dan mohon-mohon di kaki kakak untuk engga tinggalin dia."

"Yah kan?" Rheon sangat senang mendengarnya, kerja kerasnya selama hampir dua bulan ini akhirnya terbalaskan. "Sumpah gue capek banget pura-pura baik, makan tuh cewek banyak lagi, engga ada malu-malu nya, badannya bau minyak telon, semua cokelat pemberian gue diterima, pantas gendut."

Lean ingin keluar dari tempat persembunyiannya, dia benar-benar kesal mendengar kata-kata Rheon, laki-laki itu sangat tidak menghargai seorang gadis, namun Ancia menahan lengan Lean, dia menggeleng kecil.

"Erina beneran teman lo yah? Kok munafik?" bisik Lean.

Ancia tersenyum tipis. "Gue juga gak tahu, cinta bisa ngubah orang sejauh ini yah."

"Putusin aja Ancia, ngapain lo pertahankan cowok brengsek kayak gitu."

"Eh, Rheon ada dua kelinci yang ngintip disini."

Ancia dan Lean terkejut, Drea tiba-tiba muncul dibelakang mereka dan mendorong bahu mereka.

Rheon menatap Ancia, dia sedikit tertegun melihat penampilan gadis itu.

Trap (The End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon