Chapter 3 : Duh

20K 1.6K 75
                                    

Seharusnya yang dikatakan Erina itu benar.

Harusnya Rheon berhenti mencarinya bahkan setelah 2 hari berlalu.

Harusnya gitu?!

Tapi kenapa bahkan setelah seminggu kejadian itu, laki-laki bermata tajam itu tidak berhenti mencari?!

Apa yang sebenarnya terjadi?!

"Kita engga mungkin kan harus bawa bekal sampai tamat?" tanya Erina.

Ancia tidak tahu.

Dia kembali merasa terancam.

"Tapi anehnya kenapa yah dia belum bisa nangkap lo?"

Ancia melirik horor pada Erina. "Maksud lo apa?"

Erina tidak merasa takut sedikitpun. "Gini loh, logikanya disana kan banyak orang, setidaknya ada satu atau dua orang yang lihat kalian berdua gitu."

"Jangan nambah beban pikiran gue tolong."

"Gue kepikiran ini sepanjang malam." gumam Erina.

Ancia terdiam.

"Kira-kira Mama sama Papa setuju gak yah kalau gue minta pindah sekolah." gumam Ancia.

"Engga." jawab Erina.

Kedua orang tua Ancia terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, bahkan sampai kurang memperhatikan gadis itu, mana mungkin mereka menyetujui sesuatu yang merepotkan dan membuang uang serta waktu.

"Kita baru sebulan disini loh." Erina menyuapkan sesendok nasi terkahir nya sebelum menutup tempat bekalnya. "Btw gue udah keluar dari cheers."

Ancia melirik gadis itu dari ujung matanya. "Sejak kapan?"

"Kemarin, mereka nanyak kenapa gue keluar, gue bilang aja kecapean."

"Mereka bilang apa?"

"Setuju-setuju aja sih, kayaknya dari awal gue juga engga diterima dengan baik." Erina tertawa miris.

"Selamat bergabung di ekskul rebahan." Ancia menepuk pelan pundak Erina.

Erina mengacungkan jempolnya.

"Jadi sekarang kita bisa pulang bareng dong tiap hari?"

Erina mengangguk. "Apa gue bawa mobil aja ke sekolah?"

"Engga usah, ngerepotin." ujar Ancia. "Mama gue beliin gue motor untuk ke sekolah, nanti malam sampai, mulai sekarang kita berangkat pergi naik motor gue aja."

"Hore! Hemat ongkos!" seru Erina.

Keduanya kembali sibuk berbincang, mereka sesekali tertawa dan saling pukul-pukulan.

Begitulah kalau mereka sedang berdua, dunia rasa milik berdua.

Hush, jangan belok yah.

"Guys!"

Ancia dan Erina berhenti berbicara.

"Kak Rheon sama teman-temannya mau masuk, duduk dulu di tempatnya masing-masing."

Bangsat, belum selesai juga, rajin banget nih cowok.

Sekarang dia mengecek semua kelas bersama teman-temannya?!

"Gi-gimana nih?" Ancia menatap Erina ketakutan.

"Jangan takut, santai, rileks, selama lo tenang semua masalah akan ada jalannya."

Ancia mengangguk mengerti, dia berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Menarik nafas dalam-dalam, buang.

Trap (The End)Onde histórias criam vida. Descubra agora