Chapter 28 : Wah

10.9K 901 48
                                    

"Lo beruntung banget kemarin." ujar Erina keesokan harinya.

"Kenapa?" tanya Ancia.

"Engga dicariin."

Yah Ancia kan kehadirannya antara ada dan tiada, dia tidak terlalu menonjol, yang mengenal Ancia saja mungkin hanya wali kelas mereka, sisanya? Tidak ada, untung kemarin tidak ada pelajaran wali kelasnya Ancia.

"Jadi lo kemana kemarin?"

"Tidur." jawab Ancia.

"Di?" tanya Erina.

"Dimana-mana." jawab Ancia.

"Ish." Erina mendorong kecil bahu gadis itu. "Gimana dialog drama lo? Lancar?"

"Udah hapal luar kepala." Ancia berujar bangga.

"Idih, enak banget, dialognya dikit sih, narasi yang banyak."

"Hubungan lo sama kak Stellan gimana?" tanya Ancia.

Erina tersenyum sumringah. "Lawak, engga kayak orang pacaran, malah kayak teman dekat, kayak gue sama lo."

"Seru gak?"

Erina mengangguk. "Seru banget-banget, sampai gue lupa buat jaga hati, hahaha." Erina tertawa miris.

Ancia terdiam.

Dia juga hampir lupa jaga hati.

Akhir-akhir ini ketika Ancia melihat Rheon seperti ada filter penambah kegantengan disekitar laki-laki itu yang membuat Ancia terpesona, Rheon tidak lagi terlihat menyebalkan, dia malah terlihat lebih kalem dan memahami Ancia dengan baik.

Ancia sampai takut tiba-tiba Rheon akan mengatakan sesuatu yang membuatnya goyah.

"Kelas gue ngadain rumah hantu, lo harus datang."

Ancia menatap Rheon penuh perhatian, tempat bekalnya bahkan sampai ia cuekin.

"Gue jadi vampir nanti, hati-hati nanti gue gigit." Dia menyeringai pada Ancia, yah dia cocok menjadi vampir dengan gigi taring kecil itu.

"Kelas gue drama."

"Oh yah drama apaan?" tanya Rheon.

"Tunggu aja nanti." Ancia malas memberikan spoiler.

Rheon memperhatikan Ancia dengan baik. Ancia itu cantik, dia memang tidak secantik temannya Erina, tapi dia juga cantik, terutama matanya, mata Ancia itu tajam dan tegas, membuat Rheon tidak bisa mengalihkan pandangan jika netra mereka berdua bertemu.

"Kalau gue ngajak lo pacaran mau gak?"

Ancia yang sedang makan langsung berhenti mengunyah ketika mendengar itu.

Keduanya saling menatap.

Ancia mengerjapkan matanya.

Rheon juga ikutan.

"Lo serius?" tanya Ancia.

Rheon mengangguk. "Serius, kayaknya gue suka sama lo."

Bagaimana ini?

Bagaimana caranya merespon ini?

"Tapi gue engga percaya lo." ujar Ancia. "Gue engga percaya lo dekatin gue murni karena suka kak."

Rheon terdiam, yah dia tahu, mungkin sifatnya yang tiba-tiba mendekati Ancia menjadi tanda tanya besar pada gadis itu.

"Gue engga tahu, harus apa untuk buat lo percaya, tapi gue jujur." Telinga Rheon memerah, begitu juga dengan lehernya. "Gue cemburu lihat kedekatan lo sama Lean."

Trap (The End)Where stories live. Discover now