Chapter 16 : Pret

14.1K 1K 19
                                    

Ketika Erina dan nenek Rheon kembali, mereka melihat Ancia yang duduk disamping Rheon sembari memotong buah apel dan membentuk nya seperti kelinci, Rheon diam disampingnya, makan apel berbentuk kelinci itu dengan kepala yang sedikit memerah.

Apa yang terjadi?

"Kata dokter besok kamu udah boleh pulang." ujar Nenek Rheon.

"Beneran? Engga perlu makan bubur lagi kan?"

"Iya, gorengan engga boleh, rebus, kukus, selama seminggu."

"Heh! Kenapa? Engga enak kalau engga ada gorengan!" seru Rheon tidak terima.

"Lambung kamu luka Rheon, salah sendiri kenapa nekat makan pedas, udah tahu gak bisa."

Rheon terdiam dengan bibir manyun.

Padahal lukanya engga gedek kok.

Ancia dan Erina berpamitan untuk pulang setelahnya, udah sore mereka tidak bisa lama-lama disini.

"Anica, Erina makasih yah udah datang menjenguk Rheon."

"Sama-sama Nek."

"Anica juga makasih udah jaga Rheon."

"Iya Nek."

"Engga usah banyak-banyak makasih nya." Omel Rheon, dia masih memakan apel yang Ancia potong. "Mereka engga ngapa-ngapain juga."

Nenek itu menabok belakang kepala Rheon.

"Sakit Bun! Astaga!" Rheon menatapnya dramatis, dia mengelus kepalanya.

Ancia penasaran.

Kenapa nenek itu dipanggil bunda sama Rheon?

Apa dia emaknya?

Erina dan Ancia segera keluar dari kamar inap itu.

Ancia menghela nafas. "Untung dia engga mati." jujur dia takut juga, kalau disuruh tanggung jawab kan engga bisa.

"Ish, gak boleh gitu." Erina memukul pelan lengan Ancia. "Ayo pulang, keburu malam."

"Jadi sekarang menurut lo kak Rheon dekatin lo tulus atau ada rencana tersembunyi?" tanya Erina, dia naik ke atas motor Ancia dan menggunakan helm.

"Engga tahu, tapi kayaknya murni sih, lumayan juga kan kita dapat duit kalau dekat sama dia." Ancia menghidupkan mesin motornya dan melaju pergi keluar dari parking rumah sakit besar itu "Lagian dia ngapain sih dekatin gue? Masa temannya cuma ketiga orang kampret itu." lanjutnya.

"Temannya banyak, tapi pada kabur karena takut kenak getah masalah yang Rheon buat." jelas Erina.

"Lo tahu darimana?"

Erina tertawa kecil. "Gue join grup gosip sekolah.".

"Ngapain njir?"

"Mantau nama lo, kalau ada informasi tentang lo yang kesebar diam-diam kan kita jadi tahu, engga pelangah-pelongoh kayak orang bego."

Benar juga.

"Kak Stellan masih minta wa lo?"

"Masih, maksa banget, capek gue baca DM nya, kemarin karena gue kesal, gue blokir Ig nya."

"Hahaha." Anica tertawa. "Gila lo, engga takut diapa-apain?"

"Kagak lah, kalau dia mau nyerang tinggal bilang BK, sekolah kita kan lumayan mendukung siswa-siswa nya."

"Kayaknya kehidupan SMA kita agak penuh dengan tantangan..." gumam Ancia.

Erina mengangguk setuju.

Terlalu banyak cobaan padahal belum setengah tahun mereka disini.

Trap (The End)Where stories live. Discover now