KVB 33 - TERPURUK

11.8K 1.4K 57
                                    

"seringkali kita dipaksa menerima suatu keadaan, tanpa dimintai persetujuan. seakan kita enggak punya kendali atas diri kita sendiri, dan kita diharuskan untuk berdamai dengan situasi seperti ini agar kedepannya bisa jauh lebih kuat lagi."


••••

Zehan tak bersuara selama berjam jam. Tenggorokan seperti terhalang batu. Heickal, Julius, Alex dan Narendra mengupayakan banyak hal untuk menghibur dan berusaha mengobati luka di tubuh Zehan namun langsung di tolak mentah-mentah oleh sang empunya

Dua bungkus rokok yang telah kosong tergeletak diatas meja begitu saja. Sedangkan disela sela jari tangan Zehan kini terdapat sebatang rokok yang masih panjang

Zehan mengasingkan diri di balkon kamarnya ketika waktu menunjukkan bahwa sudah sepuluh jam berlalu setelah kejadian tak terduga yang mengacaukan seisi rumah dan juga hati seorang pemuda yang sedang duduk di sebuah kursi menghadap halaman rumah.

Zehan bersandar pada kursi-menembus udara musim dingin yang menusuk tulang. Angin dingin seperti pisau yang mengiris wajahnya tak terasa apa apa dibandingkan dengan musibah yang sedang menimpanya

Satu jam kemudian Heickal membuka pintu dengan perlahan dan berjalan memasuki kamarnya. Ia menghampiri Zehan kemudian mendapati kekasihnya sedang tertidur dalam posisi duduk

Tanpa banyak berpikir, Heickal langsung menggendong tubuh Zehan dan memindahkannya diatas kasur. Ia duduk di pinggir kasur dan mengusap rambut Zehan

Atensinya terbagi ketika melihat sosok Julius yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu

"Saya boleh masuk?"

Heickal mengangguk dan mempersilahkan Julius berada di samping tubuh Zehan. Ia dapat melihat temannya itu membuka sebuah tas berwarna hitam yang berisi peralatan medis

Jilius mengeluarkan kapas dan juga cairan alkohol untuk membersihkan luka di kening Zehan, selanjutnya ia membersihkan bercak darah di kepalan tangan Zehan

"Ini darah siapa?" tanya Julius dengah intonasi nada yang rendah karena tidak ingin membangunkan Zehan

"Darahku." ucap Heickal singkat. Ia masih mengingat momen momen dimana Zehan memukuli wajahnya dengan brutal sampai sampai darah yang mengalir dari sudut bibir dan juga pelipisnya menodai tangan Zehan

Selagi Julius sibuk membersihkan luka serta bercak darah di tubuh Zehan, Heickal merendahkan tubuhnya dan mencium kening kekasihnya, lalu tangannya bergerak menghilangkan kerutan tipis yang berada di kening Zehan efek dari Julius yang mulai meneteskan obat di lutut Zehan

Heickal menghapus air mata yang mengalir dari kedua mata Zehan yang tertutup. Ia membisikkan sebuah kalimat dengan nada lembut guna menenangkan Zehan yang sedang gelisah didalam tidurnya

"Shhh jangan menangis sayang.."

Seolah dapat mendengar bisikan tersebut, Zehan berhenti meneteskan air matanya dan tubuhnya perlahan rileks

Heickal hanya mampu tersenyum sembari masih mengusap kening Zehan menggunakan salah satu jarinya

Beberapa menit kemudian Jilius membereskan peralatan medisnya dan pamit kembali ke kamarnya. Ia berpesan agar Heickal tidak membuat suara bising yang mampu membangunkan Zehan

Heickal beranjak dari posisinya setelah menyelimuti tubuh Zehan dengan selimut bermotif pororo berwarna putih yang baru ia beli beberapa jam lalu dengan jumlah yang sangat banyak untuk menghibur kekasihnya yang sedang bersedih.

Selanjutnya Heickal keluar dari kamarnya dan berjalan menuju teras rumah. Ia melihat sosok Narendra yang sedang duduk di depan kanvas besar miliknya. Tempat tersebut telah menjadi spot favorit Narendra untuk menciptakan sebuah karya lukis yang indah dan bernilai jutaan

Heickal mendudukkan tubuhnya disamping Narendra sembari menyaksikan bagaimana tangan kurus berwarna putih itu bergerak mewarnai kanvas hingga menciptakan sebuah objek pemandangan di negara Swiss.

Diantara ketiga temannya, Heickal paling merasa nyaman berbicara saat bersama Narendra karena dia adalah sosok lelaki yang memiliki tutur kata halus dan juga kalimat penenang.

Narendra bisa dibilang adalah orang yang paling bijak mencairkan suasana diantara Heickal, Julius dan juga Alex.

Alasan Heickal duduk di samping Narendra seperti saat ini adalah untuk mengajaknya berbincang

"Rendra." panggil Heickal dengan suara pelan hingga mampu menyadarkan Narendra yang semulanya fokus pada kanvas di depannya kini menoleh kearah Heickal dan tersenyum

"Iya?" jawabnya dengan tenang

"Kamu tahu Zehan adalah sosok yang seperti apa?"

Narendra menggeleng dan tertawa.
"Kamu kan pacarnya, kenapa jadi aku yang mendapatkan pertanyaan seperti itu?"

"Jika aku membalikkan pertanyaan mu itu, cobalah kamu jawab sekarang."

Heickal tampak berpikir sebentar lalu ia ikut tersenyum tipis, sangat tipis sehingga Narendra tidak dapat melihat senyumannya itu

"Zehan aku anggap sebagai seorang laki laki yang sangat sulit difahami. Dia memiliki perubahan emosi yang sangat cepat. Tetapi dibalik itu ia adalah sosok laki kaki yang mudah mengajak aku bercanda dan tertawa." ucap Heickal sembari menatap lurus ke depan

"Aku tidak pernah merasa kesal atau bahkan marah ketika aku gagal memahami tentang dirinya. Yang aku rasakan saat itu hanya desiran aneh dan juga aliran darah yang mengalir sangat deras dengan semangat yang tiba tiba memuncak seperti mengajakku untuk berusaha lebih keras lagi untuk memahami dirinya."

"Satu hal yang membuat ku frustasi hingga saat ini yaitu setiap aku menatap kedua matanya, logika ku kalah telak."

Narendra tersenyum mendengar ucapan Heickal. Ia berdehem sejenak sebelum mulai berbicara

"Rasanya damai sekali mengetahui bahwa Zehan adalah seseorang yang mampu melukis senyuman di wajahmu."


••••

[TBC.]

PASSION [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now