Blue : 16

961 110 47
                                    

"Kita gak bakal seks?"

"Gak. Kita besok masih harus pulang, kita masih di kota orang. Kalo kita maksain seks, takutnya besok lo malah gak bisa bangun dari kasur, gak bisa jalan juga."

"Oohh.."

"Lo mau?"

"Kalo lo mau."

Miko mengernyit, pertanyaannya dibalas oleh tawaran dari Aris. Kalau ditanya mau, ya jelas mau. Miko tidak mau munafik. Senggama dengan orang yang sejak lama disuka, mana mungkin Miko menolak? Apalagi disini Aris seperti mempersilakan Miko, ada setuju disana untuk mereka bersenggama. Meski tidak bisa hari ini juga.

Nenna sudah ditelpon, untungnya tiket pesawat tidak bisa dipesan karena tidak tersedia untuk malam ini, kalau mau memaksa pulang mungkin beli di calo, yang dengan kata lain harganya bisa di luar akal.

Untuk hotel, itu pun belum dipesan. Lebih tepatnya baru mau dipesan. Saat Aris menelpon, saat itu juga Nenna baru mau menelpon Aris. Tidak jadi Miko yang menelpon, tetap Aris.. meski harus agak bohong, mengatakan kalau Miko yang akan menginap di rumah budenya malam ini jadi Aris yang stay di hotel. Gengsi untuk mengakui.

Padahal.. Nenna pasti paham. Ia tau ada apa dengan Aris yang sudah dianggap seperti anak sendiri ini. Pun tadi Aris menelpon sambil menangis, pasti dadanya sesak sekali. Kalau sekarang sudah merasa baikan, pasti Nenna bisa paham, Nenna juga pasti bisa tenang.

Tapi jujurnya nanti saja kalau sudah di rumah. Jujur kalau sebenarnya Aris masih bersama dengan Miko. Miko juga tidak pergi kemana-mana, masih dengan Aris, belum bosan mengecupi pipi dan bibir Aris.

"Tapi lo bener gak mau nyusul mereka?"

"Nggak Ris, gue disini aja."

"Oke.." Aris sekadar menyahut, pandangannya terfokus pada tangan Miko di kejantanmya, mengurut pelan buat Aris ereksi sempurna. "Lo.. gak bakal buka celana."

"Hmm, nanti.."

"Kenapa?"

"Gak papa, gue masih mau bantu lo dulu."

Refleks Aris mendorong Miko, menjauh, karena Aris juya harus bangkit. "Gue gak mau sendiri-sendiri begini."

"Nanti kan ujungnya juga sama-sama."

"Ya kenapa harus nanti?"

Mengernyit lagi, nada suara Aris terdengar penuh protes. Akhirnya Miko lepas genggamannya, ikut melepas celananya. Sesekali melirik Aris, sahabat- atau sudah jadi kekasih? Pokoknya Aris masih memperhatikan Miko lekat-lekat.

"Ris."

"Ya..?"

"Kita pacaran?"

Aris mengangguk, pandangannya masih fokus pada titik yang sama.

"Lo gak bakal nyesel pacaran sama gue?"

"Kirain lo paham kalo gue, atau mungkin malah kita, bakal nyesel kalo kita gak pacaran." Aris teguk liurnya sendiri, penis Miko selalu terlihat besar, apalagi saat ereksi. "L-lo.. suka gue selama itu, kenapa fak confess Mik?"

"Haah..." Miko seketika terduduk lemas, "Gue takut Ris. Takut lo ilfeel, takut lo nolak gue terus kita gak temenan lagi. Gue juga bener-bener mosisiin diri gue nih jadi sahabat lo aja, gak lebih. Gue dukung lo suka sama siapa aja. Ya sakit sih, tapi ya gue tetep mau jadi sahabat yang dukung lo. Makanya kalo lo suka sama orang gue gak protes, tapi bakal marah banget kalo merekanya bikin lo susah. Kayak waktu sama Zack."

"Haha.." Aris tertawa hambar, ingat benar kejadian lalu itu. "Lo gak mau deket sama orang karena lo suka sama gue?"

"Bisa dibilang gitu. Tapi kayaknya emang gak minat aja sih."

The Blue, as Glued as You. (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now