Blue : 19

941 96 23
                                    

"Ariis~" panggilnya, lalu menoleh kanan, gantian kiri. "Ariis~" dan sekali lagi memanggil.

Masih sepi, belum ada sahutan apa-apa. Miko hanya menunggu di luar, mungkin sebentar lagi Aris juga akan menyusulnya di luar. Seperti biasa. Miko tunggu saja beberapa saat dulu, baru memanggil Aris lagi.

Tapi yang keluar bukan yang dipanggil, namun sosok pria tinggi dengan senyuman lebar. "Eh Miko, manggilin Aris dari tadi ya?"

Miko mengangguk, menunggu dibukakan pintu pagar dan masuk begitu dipersilakan.

"Arisnya lagi sakit tapi Mik, gak bisa main keluar. Tuh dia demam di dalem. Miko mau masuk?"

Dan mengangguk lagi, "Tapi Miko boleh masuk Om?"

"Boleh kok, gak nular sakitnya. Sekalian bilangin gih, suruh makan."

"Ooh.." masih saja mengangguk-angguk. Miko kecil tidak banyak bicara, jawabannya kadang hanya anggukan atau gelengan kepala. Menjawab dengan kata-kata pun tidak sampai berkalimat-kalimat.

Kakinya melangkah mengekori langkah kaki pria tinggi yang membukakan pintu untuk Miko tadi. Aris memanggilnya Ayah, tapi Miko biasa memanggilnya Om. Miko tidak terlalu kenal orangtua Aris, karena keduanya bekerja, Miko hanya lumayan kenal dengan pengasuh Aris. Karena tiap kali Miko main ke rumah Aris, selalu ada si Mbak ini, yang dulu Miko kira adalah ibunya Aris.

Bertemu dengan orangtua Aris jadi hal yang paling langka. Ini saja, tumben Miko bisa bertemu ayahnya Aris. Biasanya kerja, sampai sore hari saat Miko dijemput ibunya sepulang ngajar di sekolah pun, biasanya orangtua Aris belum tiba di rumah. Jadi kalau Miko pulang sehabis bermain, di rumah bersisa Aris dan si Mbak berdua saja.

Hari ini pun Miko tidak lihat ibunya Aris, mungkin kerja. Tapi kenapa ayahnya Aris tidak kerja? Mungkin libur? Semacam izin tidak kerja. Seperti ayahnya Miko di rumah juga kadang tidak kerja, katanya sedang cuti? Miko tidak paham apa itu cuti.

Anak tujuh tahun seperti Miko hanya tau sekolah dan main.

"Yiis~ ada Miko nih. Mau ngajak main tuh, Ayisnya sakit sih jadi gak bisa main. Sini Miko."

Miko menurut, ia mendekat langsung naik ke atas sofa duduk di dekat kaki Aris. "Sakit apa kamu?"

"Gak tau." Aris menoleh ayahnya, "Aku sakit apa Yah?"

"Demam aja, gak sakit yang gimana-gimana, nanti sembuh kok. Makanya Ayis makan, terus minum obatnya. Ayah beliin makan deh, Ayis mau apa? McD ya? Nanti Ayah beliin es krimnya juga, tapi Ayis makan dulu."

"Makan dulu Ris.." Miko baru bersuara lagi.

Setelah bujuk rayuan agar mau makan, akhirnya Aris mengangguk mau. Ayahnya yang selalu tersenyum ini makin-makin melebarkan senyuman, sambil mengelusi kepala Aris dan Miko bergantian. Ia pamit keluar sebentar untuk beli makan. Yang dengan kata lain, Aris dan Miko dititipkan pada si Mbak ini lagi.

Tadi sebelum pergi, ayahnya Aris menyuruh dua anak kecil ini ke kamar saja. Miko mengangguk mengiyakan, Aris juga menurut demi es krim dan mainan McDonnald. Tapi karrna demam Aris juga masih 38.4°C, ia masih sempoyongan untuk jalan ke kamarnya.

Sejak masih kecil sekali, Aris sudah dibiasakan tidur di kamarnya sendiri. Mungkin dari sana juga Aris terlatih tidak bergantung pada orangtua armtau manja pada Ayah dan Ibunya, mungkin dari sana juga Aris terbiasa ditinggal keduanya bekerja.

"Miko.. kepala aku rasanya aneh."

"Nanti di kamar langsung tiduran lagi. Aku juga kalo sakit, kepala ku rasanya aneh, berat." turur Miko, sambil menggandeng tangan Aris untuk ke kamar.

"Kepala aku rasanya muter-muter."

"Kayak naik yang di Dufan?"

"Iya, yang kuda-kudaan."

The Blue, as Glued as You. (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now