3. UKS

432 43 19
                                    

"Huft..." Untuk yang kesekian kalinya Hyunsik menghela nafas.

Belakangan ini sikap Hyunsik aneh. Makan tak habis, mandi tak basah, tidur tak nyenyak, melamun aja kayak orang boker gak bawa HP. Beban di pundaknya kayak nambah 1 ton sejak kedatangan 3 bocil edan yang dipungut sama Zayyan.

Kalau Leo sih dia masih nerima dengan lapang dada walaupun kelakuannya kadang-kadang bikin jantungan. Tapi untuk kembaran Leo a.k.a Mak Chun Sing yang baru aja keluar dari rumah sakit karena kepalanya bocor bekas tabrakan, Hyunsik nyerah. Dia nggak sanggup. Apalagi sekarang ditambah Davin yang entah kenapa suka ngekorin dia kayak anak ayam dengan tingkah randomnya.

Malah dia kadang-kadang suka ngerasa jadi duda dengan 4 anak yang kelakuannya di luar perkiraan BMKG.

Terlepas dari semua itu Hyunsik tak bisa berbohong jika hidupnya kini lebih berwarna. Walaupun banyaknya warna merah alias emosi liat kelakuan Sing yang suka meyakinkan dirinya untuk meluluh lantahkan bumi dan segala isinya. Tapi tak apa, ia menikmati semua itu.

Tapi tetep aja dia harus menghindar dari masalah, apalagi Davin yang sedari tadi mengikutinya bahkan sampai pulang sekolah. Dan berakhirlah Hyunsik yang harus sembunyi di UKS.

Dan sebenarnya yang bikin emosi bukan cuma para bocil kematian tapi juga para anak PMR angkatan tahun sekarang yang nggak bisa diandalkan. UKS yang harusnya bersih dan rapi malah kotor dan jadi tempat nongkrong para anak Badung. Obat-obatan juga kurang lengkap. Bahkan beberapa siswa komplain pada Hyunsik selaku mantan ketua PMR yang selalu dibilang kurang baik dalam mendidik anggotanya.

Nantilah kapan-kapan dia bakal komplain sama ketua OSIS. Ah.. bener juga, akhir-akhir ini dia jarang ngeliat Lex di sekolah. Nggak tahu lah, mungkin lagi sibuk. Lagian Hyunsik juga sebenernya rada takut sama Lex. Bukan karena balap motor waktu itu, tapi karena Lex gak pernah absen datang ke mimpinya dari tiga hari kemarin. Jadi tukang angkot lah, pembunuh lah, bahkan Lex pernah mampir buat jadi setan dengan senyumnya yang manis.

Demi apapun Hyunsik masih pengen dinafkahin sama Jennie Blackpink.

Lagi enak-enak dengerin lagu Red Light-nya Stray Kids, dia samar-samar denger decitan bangsal kayak didudukin sama orang lain. Hyunsik menelan salivanya pelan, demi Leo yang mukanya kayak om-om, kalau genre hidupnya berubah jadi horor dia bakal demo sama Tuhan.

Dengan perlahan Hyunsik berjalan mendekati asal suara, kemudian dia menyibakkan gordennya.

Deg!

Mata Hyunsik melotot dengan sempurna, ini mah lebih horor dari pernyataan kalau Zayyan udah tobat makan mie.

Di sana seorang yang tidak terduga datang. Ia terduduk di kasur dengan penampilannya yang berantakan. Bajunya koyak dengan sobekan dan kancing baju yang sebagian telah hilang. Hyunsik meringis saat melihat wajah tampan Lex yang dihiasi memar dan bisa diyakini jika memar tersebut takan hilang hingga tiga hari ke depan.

Lex meringis saat kepalanya kembali berdengung. Ia tidak mengira jika musuhnya jago bela diri. Jika Lex tahu akan berakhir seperti ini, ia pasti akan kabur daripada menghadapi mereka sendirian. Bersyukurlah dia tidak mati ketika dikeroyok.

Lex menoleh saat mendengar orang yang berjalan ke arahnya. Jujur dia tidak mengira jika masih ada orang di sekolah mengingat sekolah sudah menuju jam lima sore. Hari ini dirinya benar-benar sial, apa yang harus ia katakan saat orang tersebut melihat ketua OSISnya berpenampilan urakan?

Hyunsik berjalan dengan kotak P3K yang dia bawa. Tentu Lex mengenal Hyunsik, dia adalah mantan ketua PMR yang terkenal dingin namun perhatian di saat yang bersamaan. Selain karena sifat Hyunsik juga karena rupanya yang bak protagonis film romantis dengan bentuk tubuh idaman para kaum wanita jika saja tinggi badannya tidak mengecewakan.

Tanpa berkata apa-apa Hyunsik langsung duduk di hadapan Lex. Lex meringis, beneran dingin ternyata. Dengan sukarela Lex menundukkan wajahnya untuk diobati. Masa bodoh dengan nama baiknya yang tercoreng di hadapan kakak kelas, yang terpenting adalah wajahnya dapat kembali tampan seperti semula.

Hyunsik menatap datar Lex yang menundukkan wajahnya lengkap dengan senyum yang terlihat mengerikan dengan wajah abstraknya. Begitu jauhkah perbedaan tinggi mereka hingga Lex harus menundukkan wajahnya? Dia ini 174 cm loh, berapa sih tinggi Lex? paling cuma beda 2 atau 3 centi doang.

Ruangan UKS sangat sunyi walaupun diisi oleh dua orang. Hyunsik yang sibuk mengobati Lex, dan Lex yang terdiam sesekali meringis saat Hyunsik menekan lukanya terlalu keras. Nggak nggak Hyunsik profesional kok, dia cuma tremor ada di samping Lex kayak gini. Tangannya bahkan gemeter, untung aja Lex menutup matanya jadi dia tidak melihat wajah pucat Hyunsik.

Setelah selesai mengobati luka Lex. Hyunsik langsung membereskan peralatan dan obat-obatan.  Sebenarnya Lex pengen bilang kalau masih ada luka lain di punggung dan perutnya, tapi melihat Hyunsik yang nampak buru-buru membersihkan kotak P3K membuat ia harus mengurungkan niatnya.

Padahal bilang aja Lex, biar author bisa melihat abs mu T^T

Hyunsik melirik sinis Lex yang masih duduk di bangsal. Si Lex gak buat salah apa-apa kok. Hyunsik cuma iri aja lihat cowok-cowok tinggi. Walaupun muka mereka pas-pasan tapi tetep aja bikin iri. Apalagi setelah ada adik kelas cewek yang tiangnya minta ampun, Yujin sama Wonyoung mana aura mereka dominan banget lagi. Tambahin insecure lah Hyunsik.

Lex berdiri dengan tertatih dari duduknya, "Makasih ya kak" ucapnya membuat Hyunsik menoleh.

"Sama-sama" jawab Hyunsik.

Lex mengusap tengkuknya, "Mau saya antar pulang?" tawar Lex.

"Gak usah, saya bawa motor" tolak Hyunsik.

Suasana canggung menyelimuti mereka hingga Hyunsik berpamitan hendak pulang.

"Saya pulang duluan"

"Oh iya, sekali lagi terima kasih kak"

Lex menatap punggung tegap Hyunsik yang menghilang dari balik pintu. Pertama kalinya Lex berbicara canggung dengan orang lain. Hyunsik... dia terlihat berbeda di matanya.

Lex || XodiacWhere stories live. Discover now