14. SMA Garuda

228 23 10
                                    

Tentang kepindahan Sing, Hyunsik dan Lex memutuskan untuk memindahkan Sing ke salah satu sekolah swasta yang letaknya cukup dekat dengan kontrakan si kembar.

Sebenarnya ada beberapa usulan dari Lex tentang sekolah yang cukup bagus dan mau menerima Sing. Tapi Sing merekomendasikan sekolah swasta ini. Biaya nya memang cukup besar dan sekolahnya bagus, entah bagaimana Sing bisa keterima di sekolah elit yang biasanya tidak menerima murid pindahan dari sekolah dekat.

Cukup aneh tapi mungkin memang harus seperti itu jalannya. Dan hari ini Hyunsik dan Lex akan mengantar Sing untuk pergi ke SMA barunya, SMA Garuda. Mereka akan membawa beberapa keperluan Sing di sekolah itu.

"Ayo masuk!" Hyunsik dan Sing naik ke mobil milik papahnya Lex.

Sebenarnya Hyunsik dan Sing niatnya cuma berdua aja ke sekolah, tapi Lex yang mengetahui rencana mereka malah memberi tumpangan gratis yang sayang banget kalau di anggurin.

Di perjalanan mereka hanya diam, hingga suara Hyunsik terdengar, "Jangan berantem lagi, kalau bisa jangan ada catatan nama kamu di BK, Sing"

"Iya kak"

"Kamu beruntung bisa masuk ke sekolah ini. Jangan di sia-siain, oke" Lex tersenyum kecil kemudian mengelus rambut Sing.

"Terimakasih" ucap Sing melihat punggung kedua orang di depannya dengan lembut.

Kemudian dirinya menunduk dalam, bagaimana bisa dia mengecewakan orang-orang yang dia sayang? Apa masuk ke sekolah ini adalah jalan yang terbaik?

Mobil yang dikendarai Lex terparkir apik di parkiran. Mereka turun dari mobil, beranjak memasuki sekolah yang asing di penglihatan.

"Ayo kita ke koperasi buat beli atribut dulu!" ajak Lex.

Sebenarnya jika dipikirkan kakek Sing dan Leo sangat kaya raya. Ia mengirim uang bernilai besar setiap bulannya untuk si kembar.

Tapi keuntungannya si kembar sangat jarang memakai uang pemberian dari kakeknya karena semua kebutuhan seperti makan bahkan kadang-kadang jajan saja Hyunsik dan Lex yang menanggung.

Sehingga uang dari kakeknya Sing bisa dipakai untuk biaya sekolah baru. Ditambah Sing yang memiliki uang tabungan entah dari mana ia mendapatkan nya. Semuanya jadi lebih mudah, awalnya...

Mungkin.

Setelah membeli baju mereka lanjut pergi ke perpustakaan untuk membawa buku paket. Hyunsik ingin ketika Sing masuk sekolah ia tidak perlu repot-repot meminjam pada temannya. Ia ingin Sing bisa lebih baik jika semua keperluan sudah terlaksana termasuk Hyunsik juga akan lebih ketat pada Sing.

Sing tidak mempermasalahkan perlakuan Hyunsik padanya. Ia justru merasa diperhatikan oleh kakaknya. Jujur saja dirinya memang kesal tapi emosinya selalu meluap ketika melihat Leo, Hyunsik, dan Davin tanpa Lex.

Mereka adalah keluarga berharganya.

"Lex, ini beneran buku paket nya sebanyak ini? Gila kali! Terus gue harus memperpanjang seminggu sekali?" Sing menatap tidak percaya pada tumpukan buku di depannya.

Kayak, ini buat nampol orang enak kali.

"Jangan ngeluh, udah bagus bukunya banyak biar otak lo penuh sama mapel" ucap Lex.

"Otak gue malah gosong yang ada"

Hyunsik menatap datar keduanya. Lex sama Sing dari dulu emang gak pernah akur. Ada aja alasan buat mereka berdebat. Kayak sekarang, dia jadi berasa kayak punya dua anak bandel didalam satu rumah.

"Percaya atau nggak nenek moyang lu dulunya monyet Lex"

"Dih elu kali yang keturunan monyet, gue mah keturunan Nabi Adam"

"Kok lu nentang sih?"

"Ya gue gak mau di samain kayak monyet, kampret!"

"Kalian berisik, ini perpustakaan" ucap Hyunsik. Sudah lelah dengan segala perdebatan mereka yang sama sekali tidak bermutu.

"Maaf" ucap keduanya.

Kemudian mereka berjalan keluar sembari menenteng buku, hingga...

"Gue tim bumi itu bulat"

"Bumi bentuknya oval, goblok!"

"Kalo bumi bentuknya oval kenapa planet lain bentuknya bulet?"

"Ya namanya juga Bimasakti. Heh, kita itu tinggal di galaksi yang menganut sistem Bhinneka Tunggal Ika, jadi ya wajar beda-beda"

Nah, kan. Mulai lagi mereka-_-

Setelah selesai membawa barang-barang yang diperlukan. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke rumah makan terdekat. Perut mereka udah keroncongan, kayak lagu dangdut yang saling bersahutan.

"Kita pergi ke restoran terenak di dunia" ucap Lex.

"Sok so-an, bilang aja ke warung nasi padang!" tukas Sing.

Sesampainya mereka langsung duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Ingat ya Sing, lo jangan sedih-sedih karena gak satu sekolah sama Leo. Lo juga gak boleh ngerasa sendirian di dunia ini" ucap Lex.

Sing mengangguk paham, lagian siapa juga yang ngerasa sendiri? Temennya kan banyak. Tapi gapapa, dia ngerti kalau si Lex emang kadang-kadang suka rada lebay orangnya.

"Lex bener. Selain ada kami yang bakal terus selalu dukung kamu, kamu juga harus inget kalau masih ada banyak yang peduli sama kamu. Salah satunya sel darah. Mereka udah berjuang sangat keras buat ngelindungin kamu dari para bakteri dan virus selama masa hidup mereka yang singkat" ucap Hyunsik.

Bentar! Apa hubungannya masalah dia yang dikeluarin dari sekolah sama sel darah?

"Hyunsik bener, walaupun gue bukan anak IPA tapi gue tau kalau lo itu adalah orang terpilih yang bisa terlahir di dunia. Percaya atau nggak tapi lo itu udah jadi pemenang, pemenang melawan 70 triliun dari 8,4 juta sperma dan ovum. Jadi lo jangan minder oke!"

Sing makin menyiritkan dahinya, "Gue cuma taunya sperma, soalnya gue punya. Kalau yang lain gue gak tau artinya apa"

"Udah jangan dipikirin, nanti lo botak. Mending kita bahas Teori Kuantum!"

"Makin botak kepala gue yang ada, kampret!"

"Maaf mas-mas sekalian, mau pesen apa?" pelayan dateng ke meja mereka, sambil nyebutin menu makanan yang bejibun.

"Mau pesen apa?" Lex bertanya.

"Gak tau, gara-gara lu gue jadi gak nafsu makan" jawab Sing.

"Gue cuma ikut-ikutan disini" ucap Hyunsik saat Lex dan Sing melihat dirinya.

"Hehehe.. kayaknya kita gak jadi pesen aja mas"

"Yeu, Kampret!"

...

Saya mendapatkan banyak ilmu dari pelajaran Biologi, terimakasih untuk guru saya^-^

Lex || XodiacWhere stories live. Discover now