17 • Twee Berichtregels

88 16 0
                                    

Landraad menjadi saksi bagaimana sosok kangmasnya berdiri dengan rahang mengetat serta bagaimana Galuh sebisa mungkin menenangkan ibunya yang menangisi nasib mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Landraad menjadi saksi bagaimana sosok kangmasnya berdiri dengan rahang mengetat serta bagaimana Galuh sebisa mungkin menenangkan ibunya yang menangisi nasib mereka. Keluarganya memang berasal dari keluarga berada, bahkan ayahnya masih berada dalam garis keturunan bangsawan Madura. Hanya saja, nasib baik tidak selalu menghiasi kehidupan mereka. Kalian tahu? manusia bukan makhluk yang berhak meminta dengan paksa atas hidup dilimpahi kebahagiaan. Kecuali memohon pada iblis yang mampu memberikan kebahagiaan dunia dan kepedihan di neraka.

Lihatlah bagaimana sang ibu mengutuk mereka. "Kembalikan suami dan anakku!"

Bhanu membubuhkan tanda tangan, bukti bahwa mereka menerima pemberian yang tak senilai nyawa ayah mereka. Walaupun, diluar gerbang besi tinggi itu ada banyak sekali manusia yang berteriak meminta para penjahat itu sujud di hadapan mereka. Walaupun itu tidak akan berlaku, sampai kapanpun.

Victor Roell ada disana. Menerima berkas yang menyatakan bahwa ratusan hektar lahan yang sebelumnya dirampas oleh pihak Belanda, telah resmi dikembalikan. Serta Bhanu Satyokusumo adalah perwakilan seluruh rakyat yang telah dirampas haknya. Namun, alih-alih merasa lega, mereka masih merasa marah.

Lantas, Bhanu mendekat pada ibunya. Berjalan dengan tubuh amat sangat rendah. Berjalan dengan merangkak pada jarak yang tidak seberapa. Bhanu mencium punggung tangan ibunya dan mereka saling mendekap dipenuhi haru biru. Rasa sakit itu sampai kapanpun tidak akan pernah keluarga itu lupakan.

"Galuh Setodirejo?" panggil Victor Roell. "Saya turut berduka cita atas kejadian beberapa tahun yang lalu, walaupun saya tidak tahu apa yang terjadi."

"Danke, mister."

Hanya sebentar, Victor mengamati mereka, lalu netranya yang sebening kaca itu menangkap puluhan manusia menutupi jalan keluar dan menangis dengan begitu pilunya. Victor hanyalah advokat muda. Bukan salahnya jika terjadi sebuah tragedi yang menghabisi begitu banyak nyawa. Karena Victor tidak akan mungkin mengotori tangannya. Prinsip yang ditekankan oleh Kile.

Bekerja untuk memenuhi hidup, namun tidak dengan cara menghancurkan orang lain.

Galuh menerima uluran tangan ibunya. "Tetap sama ibuk yo, le?"

Memang benar. Galuh takut untuk meninggalkan ibunya. Galuh tidak bisa menjamin keselamatan, sebagaimana sang ayah dulu berusaha menggadaikan nyawanya demi keselamatan lebih banyak orang.

Galuh hanya remaja biasa. Ia sadar, bahwa iblis pun lebih dari mampu untuk menghasut manusia.

Bukan Galuh tidak percaya bahwa dirinya mampu mengupayakan segalanya. Tapi, Galuh tidak pernah tahu, siapa dan dimana iblis itu tinggal.

Atau, justru semua manusia ini adalah sosok iblis yang berkamuflase.


>>>>>

Setelah keputusan Landraad disepakati dan keluarganya telah kembali meninggalkan kota, Galuh mulai meringkuk dengan sekujur tubuh demam dan kulit terasa membeku. Pada akhirnya ia hanya bisa bersandar pada ranjang kemudian menghela nafasnya berkali-kali. Galuh hanya bersikap kuat di hadapan keluarganya, sedangkan tubuhnya seakan dihajar tanpa ampun. Selemah itu seorang Galuh Setodirejo saat dihadapkan masalah dan trauma masa lalunya.

LerajeeWhere stories live. Discover now