06

331 31 1
                                    

"Eh Jeika hp nya baru ya? Boleh pinjam nggak?" masih pagi Jeika sudah di kerumuni para cewek-cewek yang heboh dengan hp baru Jeika.

"Boleh kok" balas Jeika memberikan hp nya pada mereka.

Hp Jeika di pakai foto-foto lama sekali sampai pada akhirnya Raka menghampiri Jeika, kali ini Aji dan Tio tidak bersama Raka, Raka hanya sendirian.

"Ada apa rak?" tanya Jeika ramah tetapi Raka langsung menampar pipi kanan Jeika dengan keras, kerumunan cewek-cewek pun mendengarnya tetapi hanya melihat lalu melanjutkan kegiatan mereka.

"Gausah sok ramah, gue cuma mau ngingetin ke lo klo lo berani nolak kayak hari lalu, gue ga bakal segan buat muka lo babak belur" jawab Raka dan menampar pipi Jeika lagi lalu pergi keluar kelas.

Lalu tak lama kemudian guru sudah di kelas dan memulai pelajaran.

Saat pelajaran di mulai pun Raka melempari Jeika dengan remasan kertas dan Aji ikutan melempari Jeika dan di disusul Tio.

Sehingga banyak remasan kertas di bawah meja dan kursi Jeika. Jeika hanya diam memperhatikan guru yang sedang menjelaskan.

Sampai akhirnya Guru menyadari banyak sampah kertas di bawah Jeika. "Jeika kenapa banyak sekali sampah di meja mu?" tanya Pak Ranja.

"Eh ini kayanya dari Raka deh pak, soal nya dari tadi Jeika ngerasa ada yang ngelemparin Jeika dari belakang" jawab Jeika membela dirinya.

"Tapi untuk apa Jeika?! Jangan membuat alasan yang tidak masuk akal!!" marah pak Ranja.

"Kamu ambil sampah itu dan buang keluar lalu jangan berani kamu masuk lagi!" lanjut pak Ranja lalu fokus pada pelajarannya.

Jeika pun memunguti sampah kertas lalu keluar untuk membuang nya. Saat hendak balik badan, tubuhnya langsung di seret Raka ke dalam toilet.

"Lo se berani itu nyebut nama gue? Berapa sih mental lo!!" ucap Raka lalu mendengkul perut Jeika sehingga membuat Jeika kesakitan hingga terduduk.

"Udah berani lo sekarang!?!" lalu di susul Raka mendengkul wajah Jeika dan membuat hidung Jeika berdarah.

"Berdiri lo!" ucap Raka lalu menarik kerah Jeika agar Jeika berdiri.

"Jeika minta maaf Raka– " belum sempat berhenti bicara, Raka langsung menonjol wajah Jeika, mungkin bisa di Pastikan tulang hidung Jeika retak.

"Dari sekian banyak orang aja ga ada yang berani sama gue, tapi lo? Lo seberani itu nyebut nama gue ke guru?" tanya Raka lalu menendang perut Jeika yang masih nyeri.

"Kok lo ngga nangis? Biasanya nangis" lanjut Raka setelah menjambak rambut Jeika.

"Lo tau ngga, cowok yang kaya lo gini tuh letoy, banci, suka nangis, kenapa ya ada cowok kaya lo gini? Yang namanya cowok itu gagah, jagoan, ga kaya lo gini" ucap Raka remeh pada Jeika yang terdiam dengan darah terus mengalir dari dua lubang hidungnya.

"Nyokap bokap lo ga malu apa punya anak banci kaya lo? Klo gue jadi orang tua lo sih gue malu, klo bisa mah gue buang ke jalanan" lanjut Raka.

"Jeika engga tau apa yang bikin Raka marah, klo Jeika ada salah Jeika minta maaf ya? Maaf klo Jeika bikin hati Raka Sakit" ucap Jeika setelah Raka berhenti berbicara.

"Ngga segampang itu buat lo minta maaf ke gue Jei!!" balas Raka lalu mendengkul perut Jeika lagi.

"Jeika mohon sama Raka ya, jangan tendang perut Jeika, nanti takutnya lambung Jeika robek atau luka. Nanti Jeika ga bisa makan lagi" ucap Jeika memohon.

"Peduli apa gue setan!!" balas Raka kesal lalu menendang kaki Jeika dan membuat Jeika terjatuh, Jeika harap Kakinya tidak kenapa-kenapa.

"Ini buat peringatan aja ke lo, lo berani ke gue, gue bisa bikin lo lebih dari ini!" lanjut Raka lalu pergi meninggalkan Jeika yang sudah lemas di dalam kamar mandi.

"Kepala Jeika pusing..." lirih Jeika lemas.

"Kalau pun tuhan jemput Jeika sekarang, Jeika ikhlas kok"

"Biar kak isa, mama, papa, ngga ada beban lagi" setelah itu Jeika langsung tak sadarkan diri.

Jeika bersyukur karena memiliki keluarga yang sayang pada nya, meskipun di sekolah sering mendapat hal yang tak layak, Jeika tetap bahagia selagi keluarga nya bahagia.

Jeika berharap kalau memang sudah waktunya, ia tak ingin melihat mama nya menangisi mayat Jeika.

Padahal Jeika itu anak baik-baik tapi kenapa masih ada yang jahat pada nya.

• • •

Suara detak jantung yang mulai stabil dan jari yang mulai bergerak Membuat Linda sontak berteriak di saat ia menangis. "Papa liat Jeika pa!!"


"Kaisa panggil dokter sekarang!" ucap Hesa menyuruh Kaisa untuk memanggil kan dokter.

Tak berselang lama dokter pun datang untuk mengecek kondisi Jeika. Penampilan Jeika pada wajahnya begitu mengenaskan, lebam di mana-mana dan juga perban di hidungnya, sepertinya hidung Jeika memang mengalami retak tulang.

"Ma..ma" lirih Jeika memanggil Linda.

"Jangan gerak dulu ya sayang" ucap Linda yang masih menangis.

"Kondisi dek Jeika membaik tapi jangan banyak gerak dulu ya, karena masih ada bagian tubuh yang terasa nyeri. Cuma itu yang saya sampaikan, kalau begitu saya kembali ya dan jangan membuat kegaduhan" ucap Dokter lalu pergi meninggalkan ruangan.

"Kenapa... bisa?" tanya Jeika dengan suara seraknya tapi bisa di dengar jelas oleh Linda.

"Tadi temen lo yang namanya siapa tadi? Rissa klo gasalah" jawab Kaisa.

"Kok bisa sampai gini sih dek, kata Rissa kamu sering dapet bullyan, kenapa ga cerita sama mama papa atau kak isa?" tanya Linda yang masih sesenggukan menangis.

"Jei..ka takut klo Jeika.. di pukulin lebih parah ma" jawab Jeika yang masih lemas.

"Klo ada apa-apa itu cerita ya dek, jangan kaya gini. Mama takut klo adek kenapa-kenapa" ucap Linda lembut mengelus kepala Jeika.

"Kak isa ngga marah kan?" tanya Jeika menatap Kaisa.

"Gue lebih marah lagi ke lo yang ga cerita je" jawab Kaisa singkat.

"Jangan bikin gue jadi kakak yang gagal je" lanjut Kaisa.

"Yaudah adek istirahat aja ya, jangan banyak gerak biar cepet sembuh. Adek ngga mau bikin mama nangis terus kan?"

"Iya ma"

Setelah itu Jeika dibiarkan untuk istirahat agar kondisi Jeika cepat membaik dan Jeika bisa ceria lagi.

"Gimana?"

'Beres'

"Yaudah kalian amanin aja dulu"

'Oke'

[{★}]









































TBC....
Makasih udah baca sampai siniiii, nantikan chapter selanjutnya yaaa

MY CHILDISH LITTLE BROTHERWhere stories live. Discover now