CHAPTER||16

7 1 0
                                    

Hari ini Kana sedang berada di apartemen nya,ia sangat di sibukkan dengan pekerjaan yang lumayan padat,dan di tambah lagi ia harus mengurus perusahaan sang kakek,Karna sedang pergi mengurus bisnis lainnya di Paris.

Ia harus memeriksa keuangan cafe serta pemasukan dan keluaran,dan Selian itu ia harus memeriksa beberapa dokumen penting.

Selain mengelola cafe miliknya,Kana juga menjabat sebagi direktur di perusahaan milik sang kakek. Ia bekerja sudah lumayan lama sekitar satu tahun enam bulan ini berjalan.

Tidak mudah membagi waktu,selain harus bekerja  ia juga seorang pelajar yang dimana saat ini sekolahnya akan mengadakan acara camping di hutan yang berada di cimangi.

(Semua yang ada di sini hanya fiksi,jangan di anggap serius,ini hanya cerita karangan dari pemikiran saya. Tolong kerja samanya)

Tangan lentik itu dengan lincah mengetik keyboard yang ada di laptop nya,ia menatap layar laptop dengan raut wajah serius.

"Kenapa penghasilan sekarang berkurang dua puluh persen,bahkan pemasukan hanya masuk sekitar tujuh puluh lima persen dan pengeluaran bulan ini jauh lebih besar dari bulan-bulan lalu?" Monolog Kana,ia menatap tajam layar yang memantulkan keuangan cafe.

Menyerengit heran,matanya menajam melihat hasil data-data yang ada.

Ia meraih benda pipi yang ada di atas meja dan menekan nomor seseorang dan menghubunginya

"Besok temui saya di ruangan". Setelah mengatakan itu Kana mematikan panggilan dan menghubungi nomor yang lain.

"Cek CCTV cafe Minggu lalu,dan cari informasi seseorang,nanti gue kasih data dirinya,gue mau Luh cari tempat dan dimana dia tinggal. Ingat jangan sampai kelewatan hal sekecil apapun"

"...."

"Oke,thank selamat malam".

Setelah itu Kana menghempaskan tubuhnya ke kursi yang ia duduki, memutar-mutar kursi itu dengan mata yang menatap tajam kearah laptop yang menyala.

Menghela nafas,mata coklat hitam itu memejam dengan deru nafas teratur. Lelah,Kana lelah dengan semua masalah yang ada.

Niatnya ingin fokus mencari keberadaan sang ayah dan kakak laki-lakinya,namun dalam sekejap masalah datang bersamaan membuat ia menunda pencarian ayahnya.

Kana meraih sebuah bingkai foto yang menampakan seorang wanita cantik dengan paruh baya,yang tak lain adalah sang bunda dan neneknya. Ia menatap Lamat wajah yang sangat ia rindukan itu.

"Setelah bunda,nenek juga pergi tepat di hadapan aku,sakit Bun saat melihat kalian yang kesakitan di dalam mobil dan aku hanya bisa diam dan menangis tanpa bisa melakukan apapun".

"Aku benci sama diri aku sendiri,andai saja saat itu aku seperti sekarang mungkin kalian masih ada bersamaku. Maaf tidak bisa menyelamatkan kalian,maaf,maaf,maaf". Kana menangis dalam diam.

Hanya kata 'andai' yang ia harapkan
Andai ia bisa menyelamatkan bunda dan neneknya,andai ia mampu,andai waktu bisa di ulang kembali mungkin ia tidak akan meminta untuk di antarkan sang nenek ke makam bundanya,andai saja saat itu ia tidak mengajak sang bunda untuk pergi mungkin kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi,dan mungkin kehilangan tidak mungkin ia rasakan.

Namun apa boleh buat?nasi sudah menjadi bubur,semua sudah terjadi yang bisa ia lakukan hanya lah ikhlas, berdoa ,dan menerima.
Ikhlas menerima kepergian sang bunda dan neneknya,berdoa agar kedua jiwa itu tenang dan menerima takdir bahwa ia telah kehilangan.

Suara deringan ponsel membuat Kana menatap ponselnya ,di sana tertera nama 'paman aron'

Masih ingat dengan Aron?ya dia adalah orang kepercayaan sang kakek,Mario

KANAREYWhere stories live. Discover now