J | CH-05

11.3K 1.2K 70
                                    

Hermawan menatap Jio yang tengah memakan ayam goreng dan nasi dengan lahap. Anak itu duduk anteng dipangkuan Gara, yang katanya, anak muda dihadapannya ini adalah kakak kandung Jio.

"Kamu beneran kakaknya Joni?" Tak dipungkiri rasa takut kehilangan Jio dirasakan oleh Hermawan. Tapi, Hermawan tidak akan egois. Jika Gara benar-benar kakak kandung Jio, Hermawan akan melepaskan Jio apabila Gara mau mengambil Jio kembali.

Hermawan ingin Jio mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Jika dilihat-lihat, Gara menyayangi Jio. Terlihat telaten saat membantu Jio memakan makanannya meskipun sedikit berantakan.

Mendengar pertanyaan Hermawan, Gara mengangkat kepalanya, kemudian tersenyum kearah pria lanjut usia yang sudah merawat adiknya dengan ikhlas. "Iya, pak. Saya kakak sulungnya, saya juga baru pulang ke kota ini lagi makannya baru sekarang saya cari Jio."

Terbesit rasa heran didalam diri Gara. Bagaimana bisa, nama Jionathan bisa menjadi Joni.

"Oh ... Berarti kamu bukan yang nitipin Joni sama saya?"

Menggeleng dengan senyuman kecilnya. "Itu papa saya."

"Kenapa papa kamu nggak jemput Joni lagi? Bukannya saya keberatan ya, ini. Saya seneng kok ngurus Joni, saya jadi punya temen dimasa tua. Tapi, saya cuma kasian sama Joni, karena saya, Joni jadi nggak bisa ngerasain hidup enak."

Gara kembali menyunggingkan senyum kecil, lalu menunduk menatap adiknya yang tengah menikmati ayam.

Gara tidak mempermasalahkan cara makan Jio yang berantakan hingga nasi mengenai celana kerjanya, malah, Gara merasa senang adiknya mau belajar memakan makanannya sendiri.

"Papa saya emang memperlakukan Jio paling beda diantara adik saya yang lain, pak."

"Kenapa?"

"Kakak, ayam," Jio mengangkat kulit ayam keudara, kepalanya mendongak menatap Gara. Jio berinteraksi dengan Gara seperti sudah mengenal lama, Jio merasa nyaman didekat Gara.

Gara tersenyum sembari membersihkan sisa nasi dipipi Jio. Setelah itu, Gara kembali menatap Hermawan. "Saya juga nggak tau, pak. Padahal udah punya anak empat, cowok semua."

"Joni?"

"Iya, Jio bungsunya."

Hermawan menggangguk kecil. "Kamu mau ngambil Joni?"

"Saya––,"

"Gapapa," Sela Hermawan. "Saya malah lega kalau keluarga Joni udah jemput, Joni bisa makan banyak roti sepuasnya. Joni suka banget sama roti isi coklat."

"Pak, bapak boleh ikut kami kalau bapak mau. Itung-itung buat balas budi karena bapak, Jio bisa tumbuh dengan baik sampai sekarang."

"Nak, saya nggak dikasih balas budi juga gapapa. Malah saya yang makasih. Karna Joni, saya bisa ngerasain punya anak dimasa tua, ada temen ngobrol juga. Saya seneng tiga tahun ini hidup sama Joni. Seneng banget, saya juga enggak merasa terbebani sama sekali."

Gara memandang Hermawan. Pria lanjut usia dihadapannya ini tidak gila uang, meskipun tau jika Jio adalah anak orang berada.

Ketulusan terpancar dari mata Hermawan, membuat kedua mata Gara memanas seketika. Gara senang, senang sekali saat Hermawan lah orang yang dititipi Jio. Walaupun tidak mengenal Jio dengan baik, bahkan nama Jio saja berubah menjadi Joni, Hermawan tetap memperlakukan Jio dengan baik.

"Pak, makasih, ya?"

"Saya juga makasih, nak Gaya."

Ternyata tidak hanya nama Jio saja yang dirubah.

J1 [Completed]Where stories live. Discover now