J | CH-12

10.2K 1K 25
                                    

Drama panjang yang Jio ciptakan sudah berakhir beberapa waktu lalu. Anak berusia empat tahun itu kini sudah anteng mewarnai tugas dari Bu guru. Malah paling anteng diantara anak-anak yang lain.

"Wah, Jio ternyata pinter mewarnai, ya?"

Sontak Jio menoleh kearah Elfina. Anak itu tersenyum, menampilkan deretan gigi kecilnya. Jio merasa senang saat hasil karyanya dipuji. Jio semakin bersemangat untuk mewarnai, atau bahkan menghasilkan karya lain.

"Pinter," Mengusap kepala Jio. "Yang keluar garis cuma sedikit."

Mendongak menatap Elfina. "Mewarnai gunung," Sambil menunjuk gambar yang dimaksud.

"Iya gunung. Jio hebat, pintar sekali, ya?"

Jio tersenyum malu mendengarnya. Kepalanya juga mengangguk ragu, membenarkan ucapan Elfina kalau ia memanglah pintar.

Kata Hermawan juga seperti itu.

"Dilanjut lagi mewarnainya."

Sesuai perintah, Jio kembali mewarnai tugasnya dengan hati-hati agar warna tidak sampai garis.

Sedangkan Elfina, Guru itu menghampiri muridnya yang lain satu persatu.

***

Dilain tempat, tepatnya disebuah gedung sekolah menengah pertama, mantan bungsu Dewangga itu tengah duduk berdampingan dengan seorang gadis pujaannya.

Rambut sebahu, dan juga bando berbeda setiap harinya selalu membuat Jonathan merasa jatuh cinta berkali-kali.

"Kamu nggak jajan, Jo?" Ralin--bertanya kepada sosok laki-laki disampingnya.

Joa menggelengkan kepalanya. "Kamu juga enggak."

"Lagi males jalan."

"Mau aku beliin?" Tawar Joa. Meskipun saat ini mereka masih dibangku sekolah menengah pertama, tepatnya kelas tujuh, Joa benar-benar serius jika ia mencintai Ralin. Gadis sekelasnya. Jika Joa sudah besar nanti, Joa ingin menjadikan Ralin sebagai istrinya. Ibu dari anak-anaknya kelak. Tanpa sadar, Joa tersenyum konyol kearah Ralin.

Melambaikan tangannya didepan wajah Joa. Dahi Ralin berkerut. "Jo? Nggak kesambet, kan?"

Menggeleng. "Kamu cantik banget, ya? Nggak bikin aku bosen."

"Dih? Omongan kamu udah kayak om-om lagi godain aja."

"Aku kan jodoh kamu dimasa depan, lin."

Ralin melirik Joa malas. "Baru juga masuk SMP."

"Ya emang kenapa? Kan biar mateng persiapannya."

"Mateng, mateng. Bersihin kotoran Dimata aja belum bersih," Spontan Joa langsung membersihkan kedua matanya. Benar, ada kotoran dimatanya. Joa malu.


***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, dan Nia sudah duduk didepan sekolah tuan mudanya. Nia tidak pernah telat menjemput Jio, bahkan sebelum Jio keluar dari kelas, Nia sudah menunggu didepan sekolah.

Bibir Nia membentuk sebuah kurva saat melihat keberadaan tuan kecilnya tengah berjalan kecil kearahnya. Dari kejauhan, Jio sudah memamerkan deretan giginya kearah Nia sembari membawa buku gambar berukuran besar.

J1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang