J | CH-20

9.5K 1.1K 58
                                    

Tangisan Jio tidak berlangsung lama. Dengan inisiatifnya, Gara mengambil buah naga yang sempat ia beli tadi sebagai sogokan.

Piama putih bercorak mobil yang dikenakan Jio sudah berubah warna menjadi merah. Seperti sengaja? Karena saat Abang dan papa fokus pada televisi ataupun mengobrol, Jio dengan sengaja menggosok buah naga dibajunya.

Gara menghela nafas. "Nggak baik buang-buang makanan," Gara mengambil tisu diatas meja, lalu membersihkan pipi dan sekitaran mulut Jio.

Kepala Jio menoleh dengan cepat kearah Abang. Dahinya menampilkan kerutan tajam. "Adek ndak buang ininya, ndak buah buah disana."

"Tapi adek mainin dibaju. Sama aja itu."

"Ndak sama!" Sewot si kecil. "Bajunya mau dimakan io, makan buah nana."

"Buah naga," Koreksi papa. "Namanya buah naga, sayang."

"Buah naga?"

"Iya, namanya buah naga. Enak?"

"Mantap!" Mengacungkan ibu jarinya kearah papa. Rasa buah naga menurut Jio memang enak, apalagi Gara mengambilnya dari kulkas.

"Besok Abang beliin yang banyak."

"Banyaaaak ... Segini," Kedua tangannya merentang, memperagakan seberapa banyaknya hingga mengenai perut papa dan Abang.

"Kami pulang."

Dua orang dewasa disana menoleh kearah sumber suara, terlihat dua bersaudara itu berjalan beriringan mendekati mereka.

"Ekstrakurikulernya sampe jam segini, Jo?" Ucap papa menyindir.

Yovan langsung menjatuhkan dirinya disamping Gara. "Capek."

"Capek kenapa?"

"Naik kuda pony."

Dahi Gara berkerut. "Lo kenapa?" Gara mengecek dahi Yovan, normal atau tidak.

"Jangan!" Disusul tarikan posesif si bungsu. Jio memindahkan punggung tangan abangnya ke dahinya sendiri. Abang tertuanya tidak boleh menyentuh abangnya yang lain, hanya Jio yang boleh.

Gara tertawa. "Oh, adek panas juga?"

Mata jernih Jio menyorot Gara. Tak lama, sebuah anggukan kepala sebagai jawaban.

Mendengar suara plastik dibuka, Jio spontan menoleh. Matanya membulat melihat benda seperti balon berwarna pink. Dan itu bisa dimakan. Jio pertama kali melihat itu, dan terlihat sangat menggiurkan.

Yovan yang tau kemana arah pandang Jio pun berkata. "Adek dikasih, Jo," Dan kenapa ia hanya membeli satu.

Joa melirik sinis. Terus memakan permen kapas dengan santai. Sengaja. Tak memperdulikan adiknya yang terlihat sangat ingin, bisa saja air liurnya akan menetes segera.

"Jo, mulai deh."

"Mulai apa? Aku cuma makan ini aja, salah?" Joa kembali memasukkan permen kapas kedalam mulutnya.

Papa menyahut. "Enggak salah. Tapi kalo bisa dibagi ke adeknya, kenapa enggak?"

"Enggak bisa! Soalnya ini punyaku."

"Bagi Jo––,"

"Nggak!"

"Ooo ... Oke," Yovan mengambil ponselnya, lalu  berlagak seperti orang yang tengah menelfon. "Halo, Ralin––,"

J1 [Completed]Where stories live. Discover now