J | CH-06

11.4K 1.1K 42
                                    

Semua baju-baju milik Jio sudah Hermawan masukkan kedalam kresek besar berwarna merah. Tidak ada satu pun baju yang tertinggal.

Hermawan sengaja mengemas semuanya. Mau diapakan baju ini nantinya, yang terpenting baju yang selalu dikenakan Jio tidak tertinggal dirumahnya.

Meskipun Hermawan tidak menangis, kedua matanya tampak memerah.

Helaan nafas terdengar usai baju yang disusun oleh Hermawan sudah selesai. Kenapa tiba-tiba seperti ada yang memberatkan? Hermawan terus meyakinkan diri jika Jio butuh kehidupan yang lebih layak lagi.

Dengan susah payah Hermawan bangkit dari duduknya, lalu mengangkat kresek besar berisi baju milik Jio.

Hermawan membawa langkahnya keluar rumah, dimana, disana Gara sudah menunggu diteras bersama Jio dipangkuan sang kakak. Jio tampak anteng menonton tayangan video unboxing mainan diponsel Gara.

Gara mengangkat wajahnya begitu mendengar suara langkah kaki Hermawan mendekat. Ia tersenyum.

Meletakkan kresek besar yang dibawanya disamping kaki Gara. "Bajunya Joni cuma ini, emang jelek semua nggak ada yang bagus."

"Gapapa, pak," Jawab Gara dengan lembut. Tak mempermasalahkan sama sekali.

"Nak Gara udah mau bawa Joni pergi?"

Tersenyum tipis. "Bapak masih mau sama Jio? Apa bapak ikut aja, gapapa."

"Enggak ah, saya sukanya dirumah ini."

Gara beranjak dengan Jio digendongannya, satu tangannya yang tak menahan bobot tubuh Jio Gara gunakan untuk mengambil plastik kresek berukuran besar itu.

Lagi-lagi Gara melemparkan senyuman kearah Hermawan. "Pak Hermawan, makasih, ya? Saya bener-bener mau ngucapin terimakasih karena udah mau ngerawat Jio dengan baik. Saya bersyukur Jio dipertemukan dengan bapak, bersyukur banget malah."

"Udahlah, nak Gara. Saya bosen denger itu-itu terus."

Terkekeh. "Adek, pamit dulu sama ayahnya."

Menyalimi tangan Hermawan. "Aku pergi jalan-jalan dulu ya, ayah."

"Iya. Hati-hati, harus seneng, ya?"

"Iya!"

"Pak Hermawan, sekali lagi, terimakasih," Gara membawa langkahnya mendekati mobil yang terparkir didepan rumah Hermawan.

Jio menghadap kebelakang, kearah Hermawan sembari menggerakkan tangannya diudara dengan senyuman lebarnya.

Hermawan membalas, mengangkat tangannya keudara dan menggerakkan pelan. Saat Jio mulai menjauh, air mata Hermawan menetes begitu saja. Tangisan Hermawan terdengar saat mobil yang dikendarai Gara mulai menjauh, membawa Jio pergi.

Ya ... Sendirian.

Meskipun Gara sudah menjamin hidup Hermawan, bahkan memperbolehkan Hermawan menemui Jio kapan saja, juga, rumah sederhana yang selama ini ditempati oleh Hermawan dan Jio juga akan Gara renovasi, tetap saja. Sebagus apapun rumah ini nantinya, Hermawan akan tetap sendirian.

Namun Hermawan bersyukur. Gara menjamin masa tuanya, Gara menanggung semua kebutuhan hidupnya. Kini, Hermawan benar-benar beristirahat dan menikmati masa tuanya dirumah sembari memandang orang-orang yang lebih muda berlalu lalang.

***

Didalam mobil, Jio duduk anteng. Masih menonton video unboxing mainan yang ia tonton dari ponsel milik Gara, ponsel itu Jio pangku.

Gara senang saat Jio bisa ia ajak pulang dengan mudah tanpa ada drama tidak ingin berpisah dari Hermawan. Ya, meskipun yang Jio tau, Jio sedang diajak jalan-jalan saja. Entah kapan saatnya pasti Jio tetap akan mengingat Hermawan.

J1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang