J | CH-09

9.8K 1K 32
                                    

Hari sudah sore, tapi Gara belum juga pulang. Padahal, Jio menginginkan susu. Mau meminta tolong pada Nia, Jio masih malu berinteraksi dengan wanita itu. Yovan belum pulang, dan tidak mungkin Jio meminta tolong pada Joa.

Dua kaki kecil tanpa alas itu bergerak menapaki dinginnya keramik. Sembari membawa botol dot dengan kedua tangannya, Jio berjalan menuju kulkas. Jio tidak tau, tapi Gara selalu mengambilkan susu dari dalam sana.

Kepala Jio mendongak, menatap kulkas dua pintu dihadapannya. Tatapan Jio beralih pada botol yang ia pegang, lalu memukul pintu kulkas menggunakan botolnya.

Jio terus memukul pintu kulkas menggunakan botolnya, berharap jika terus melakukan hal itu, botol ditangannya akan terisi air susu dengan sendirinya.

Usaha yang menghianati hasil.

"Ngapain kamu."

Tubuh Jio terlonjak kecil. "Kaget!"

"Ngapain?"

Jio memutar tubuhnya, menatap Martin dengan bibir bergetar. Jio belum terbiasa berinteraksi dengan Martin, apalagi raut wajah Martin yang begitu-begitu saja membuat Jio merasa takut.

"Ditanyain malah diem," Mengayunkan kaki mendekati Jio. "Ngapain?"

Melihat putra bungsunya hanya diam sambil menatapnya, Martin jadi jengkel sendiri rasanya. Mata jernih itu hanya berkedip pelan, bibirnya terkatup rapat seolah engggan menjawab.

"Ngapain?" Tanya Martin sekali lagi, dan lagi-lagi hanya keheningan yang membalas.

Martin menarik nafas, lalu membuangnya perlahan. "Kamu ngapain pukul-pukul kulkas?"

"Ngapain?!"

"Susu," Jawab Jio dibarengi dengan suara tangisan. Terkejut, dan takut saat mata itu melotot garang. Apalagi suara Martin terdengar keras.

Decakan terdengar dari kubu Martin. Karena masih sayang telinga, Martin dengan terpaksa membawa Jio kegendongannya. Beralih pada kulkas mengambil susu bubuk dan membuatkan untuk Jio. Sebisanya.

Mengocok botol. "Nggak usah nangis. Diem."

Karena Jio takut pada Martin, sebisanya Jio mengatupkan bibirnya agar isakan tidak keluar dan menganggu Martin. Bibirnya melengkung kebawah dengan mata berair.

"Minum," Jio menerima uluran botol yang sudah berisi air susu itu, lalu memasukkan silikon kedalam mulutnya. Tubuhnya sesekali terlonjak kecil digendongan Martin.

Martin hanya diam. Tak menanyakan bagaimana kesan pertama putranya sekolah, atau menenangkan Jio karena sudah ia bentak. Namun, ada naluri yang membuat langkah kaki Martin mendekati kolam ikan didepan rumah. Seperti menghibur mungkin?

Jio spontan melepaskan dot nya. "Ikan!" Pekiknya sembari menunjuk arah kolam.

Martin hanya berdehem menanggapi.

"Ikannya banyak," Jio kembali memasukkan silikon kedalam mulut. Menyedot susu yang ia inginkan sejak tadi sembari menatap ikan yang tengah berenang. Terlihat keren dimata Jio.

"Adek?"

Sepasang ayah dan anak itu kompak menoleh ke sumber suara. Terlihat, Gara berjalan mendekati keduanya masih menggunakan setelan kerjanya.

Martin langsung memindahkan Jio kegendongan Gara. "Urusin adekmu," Setelah mengatakan itu, Martin berjalan menjauh. Membawa langkahnya memasuki rumah.

Gara mengalihkan pandangannya pada Jio, masih anteng menyedot susu dari botol. "Adek liat ikan sama papa, ya?"

J1 [Completed]Where stories live. Discover now