J | CH-18

9.1K 1.2K 74
                                    

Seperti ucapan Gara satu Minggu lalu, hari ini Jio benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan lomba mewarnai yang diadakan oleh sekolahnya.

Pagi-pagi sekali Gara sudah seperti ibu rumah tangga. Menyiapkan semua keperluan dan barang bawaan adiknya.

Gara sibuk memasukkan beberapa jajanan dan susu kedalam tas kecil milik Jio. Sedangkan Jio, anak itu duduk anteng diatas kasur dengan kaki menjulur kedepan, sembari memakan roti berisi coklat.

Rambutnya sudah tertata rapi, pun seragam olahraga sudah melekat ditubuh mungilnya.

"Adek mau bawa apa lagi?"

Mengunyah, dengan dahi berkerut. Menandakan si kecil tengah memikirkan apa yang ingin ia bawa. "Teruk," Jawabnya.

"Selain mainan."

"Io bawa teruk," Bibirnya mengerucut diakhir kalimat.

Tanpa menjawab perkataan Jio, Gara melangkah mendekati kasur, lalu mengangkat Jio kegendongannya. "Ayo berangkat."

"Te-ruk!"

Menyesal Gara menanyakan apa yang ingin Jio bawa. Ujung-ujungnya akan dipermasalahkan seperti ini. Seminggu berlalu, setiap harinya Gara harus melebihkan rasa sabar saat menghadapi Jio.

Jio hanya rewel padanya. Dengan papa dan kedua adiknya yang lain, Jio tidak berani.

"Kalo crewet Abang nggak mau. Katanya hari ini mau mewarnai," Sambil membersihkan coklat disekitar mulut Jio.

Bibirnya mencebik. Jemari kecilnya memilin roti hingga tangannya kotor karena coklat.

Gara memejamkan matanya sejenak. Menghela nafas, seolah itu dapat mempertebal rasa sabarnya.

Gara kembali menurunkan Jio diatas kasur. Mengambil roti ditangan adiknya, lalu membuangnya ketempat sampah. Gara mengambil tisu diatas nakas. Ada saja kelakuan Jio yang menguji kesabarannya.

"Adek sekarang nakal," Menatap Jio sekilas. "Kenapa nakal?"

"Enggak!" Pekik Jio. Merasa tak terima dikatai nakal oleh Gara.

"Iya. Adek nakal banget sekarang."

"Enggak!" Kedua telapak mungilnya langsung menutup mulut kakaknya. Upaya agar Gara tidak lagi mengatainya nakal, ia tak suka.

Dengan suara tawa yang terdengar memenuhi ruang kamarnya, Gara menyingkirkan telapak mungil adiknya.

Jio semakin memberengut saat Gara menentertawainya.

***

Gara hanya dapat tersenyum saat adiknya menangis. Meski begitu, krayon berbeda warna terus Jio gores diatas kertas. Merubah kertas putih menjadi banyak warna meskipun gambar yang ia warnai tidaklah sesuai dengan eskpetasinya.

Jio menginginkan gambar pesawat yang ia warnai, tapi malah mendapat gambar sebuah bus.

Awalnya Jio langsung mengamuk pada Gara, menangis dan berteriak ingin pulang saja. Namun saat suara berat sang ayah terdengar, Jio langsung menuruti perintah papa tanpa mengamuk.

Jio hanya berani mengamuk pada Gara.

Jio mengusap ingusnya menggunakan punggung tangan. Matanya tampak kabut karena ia tak berhenti menangis sejak tadi. Menangisi gambar pesawat yang tak ia dapatkan.

Tinggal separuh lagi, Jio akan selesai.

"Nggak berhenti nangisnya, bang," Ucap Martin. Pria itu tengah memegang ponselnya, mengabadikan Jio yang tengah menangis sambil mewarnai.

J1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang