J | CH-17

12K 1.1K 34
                                    

"No no," Lagi-lagi Jio mempermasalahkan hal yang aneh. Tadi saat dijalan tantrum mau turun, sekarang sudah turun, menangis keras tidak mau turun. Satu tangan memeluk bungkusan Snack tadi, yang satu lagi memegang pintu masuk kediaman Nawasena. Jio menangis tidak mau masuk kedalam rumah.

"Eh, tante punya apa, ya? Mau liat nggak?" Betsy turut membujuk Jio agar mau masuk kedalam rumah.

Tubuh kecil digendongan Gara bergerak kesamping. Melalui gerakan tubuh, Jio ingin Gara membawa langkahnya menuju mobil lagi. "No no ... Naik."

"Tadi katanya adek mau turun."

"No no!" Sentaknya bersamaan dengan kedua telapak tangan mungilnya memukul dada Gara. "Naik itu ... No no," Andai saja Gara tidak menahan punggung Jio, bisa dipastikan anak itu sudah jatuh kebawah.

"Adek mau naik sendiri? Abang tinggal tapi."

Menggeleng cepat. Jio semakin bergerak rusuh digendongan Gara. Wajahnya sudah basah, memerah, juga berlinang air mata.

"Dek, Abang nggak mau ah kalo kayak gini."

"Naik itu ... Abang ... No no," Menunjuk kearah mobil papa.

"Adeknya emang sering gitu?" Tanya Betsy.

Membenarkan posisi Jio digendongannya. "Baru ini, Tan. Aku juga nggak tau kenapa."

"Apa mungkin kecapekan sekolah?"

Gara menggeleng tidak tau. Biasanya juga Jio tidak pernah seperti ini, adiknya akan anteng dan menurut saja. Namun hari ini, entah kenapa semua hal kecil selalu Jio permasalahkan.

Sena berjalan mendekat, mengulurkan tangannya kearah Jio. "Kita liat kupu-kupu mau?"

Masih dengan tangisannya, Jio mengangguk. "Mau," Sambil menerima uluran tangan dari Sena. Meski belum pernah bertemu dengan pria didepannya ini, entah kenapa rasanya Jio ingin merasakan pelukannya. Wajahnya membuat Jio nyaman.

"Aduh aduh," Dengan telaten, Sena mengusap air mata Jio. Langkah kakinya menjauhi pintu, menuju samping rumah.

Gara mengusap dahinya yang terasa berkeringat. "Capek."

Besty tersenyum, menepuk pundak Gara beberapa kali. "Hebat banget bisa sabar."

Gara hanya tersenyum sebagai tanggapan. Setelah itu, Betsy mengajak masuk kedalam, membiarkan Jio agar tenang bersama Sena.

Melupakan satu orang lagi tengah menekuk wajahnya karena merasa sang ayah direbut oleh makhluk kecil yang berisik itu.

"Cengeng."

***

Gelak tawa khas anak kecil terdengar begitu candu. Satu tangannya memegang erat bunga milik Betsy yang Sena petik tadi, satu tangannya Jio bawa menyentuh air kolam.

"Gigit!" Anak empat tahun itu memekik dengan tawa, menoleh kearah Sena yang duduk ditepian kolam.

Sena tersenyum saat Jio menoleh kearahnya.

Kembali menoleh kearah kolam. "Ikannya banyak."

"Jio punya tidak, dirumah?"

"Punya," Mendekati Sena, lalu menyenderkan tubuhnya didada Sena. "Tapi ikannya enggak ada."

"Kok nggak ada? Dimakan Jio, ya?"

"Enggak ... Eh," Berkedip pelan. "Io lupa ikannya ada enggak."

"Gimana kalo kita tanya papa aja?"

J1 [Completed]Where stories live. Discover now