11 - Emotionless

56.9K 5.5K 5.3K
                                    

Kicauan burung terdengar merdu di pagi hari, mereka hinggap di pagar balkon mansion kediaman Atmaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kicauan burung terdengar merdu di pagi hari, mereka hinggap di pagar balkon mansion kediaman Atmaja. Suara motor Han Jean baru terdengar memasuki area garasi bawah tanah setelah semalaman tidak pulang ke rumah.

Tepatnya di ruang makan, Alvarez selaku kepala keluarga sedang menyantap sarapan berdua bersama dengan sang istri. Salah satu pelayan menginterupsi dengan sopan, "Maaf, Tuan. Tuan Muda baru saja pulang."

Alvarez mengusap mulutnya menggunakan serbet yang tersedia. Ia berusaha untuk tetap tenang. "Tolong suruh dia ke ruangan saya setelah sarapan."

"Baik, Tuan." Langkah pelayan mundur teratur sebelum pergi dengan sopan.

Zea melirik sang suami, ingin mengatakan sesuatu namun tertahan takut justru menyulut emosi Alvarez. Alhasil wanita itu sibuk mengaduk-aduk makanan yang ada di atas piringnya guna menyalurkan kebingungan.

"Aku nggak akan marah sama Jean." Seolah tahu apa yang dipikirkan Zea, Alvarez memberi jawaban menenangkan.

"Semalam memang hujan deras. Bahaya kalau Jean paksa pulang," ucap Zea kembali mengulang penjelasan yang sudah ia berikan kepada Alvarez mengenai Han Jean yang menginap di rumah Athena.

"Lanjut makan, biar aku selesaikan masalah ini dengan dia."

"Kamu nggak langsung berangkat kerja aja?" Terselip pengusiran secara tidak langsung dari perkataan Zea. Perasaannya tidak enak. Suami dan putranya itu punya watak yang sama-sama keras dan susah untuk mengalah satu sama lain. Jika bertemu keduanya selalu bertengkar. Ada saja hal yang membuat keduanya adu cekcok. Yang paling tidak Zea sukai adalah saat Alvarez justru bermain kasar kepada putra mereka. Alvarez sangat lembut padanya, namun berubah keras jika sudah dihadapkan dengan putranya sendiri.

Alvarez tidak menjawab, ia menegak sisa air dari dalam gelasnya hingga tandas lalu beranjak menuju ruang kerjanya.

❤︎❤︎❤︎

Han Jean turun dari motor sembari bersenandung pelan. Bunga-bunga kompak mekar di dalam hatinya. Melepas helm, senyum Han Jean tampil begitu saja. Ia berkaca pada sepion motor, memperhatikan bibirnya yang tidak berhenti tersungging hingga lesung yang ia punya muncul bagai kubangan di pipi.

Satu yang Han Jean pelajari. Jika lesung pipinya muncul, tandanya ia sedang bahagia. Telunjuknya menyentuh lesung itu, kemudian bersuara. "Lo sering muncul akhir-akhir ini."

Berbalik, Han Jean memasuki area lift untuk langsung menuju ke lantai atas. Bersamaan dengan pintu lift terbuka, ia mendapati bundanya berdiri seraya meremas jari-jarinya tak tenang. Han Jean melihat kekhawatiran di wajah cantik wanita paruh baya itu.

"Nak, sudah pulang?" Pertanyaan retoris dilepar demi membuka obrolan.

Senyum Han Jean memudar, ekspresinya balik datar seperti biasa. Tak menjawab, ia melangkah keluar dari lift melewati bundanya tanpa bertegur sapa. Han Jean membawa langkahnya menuju penyimpanan remot kendaraan. Setelah meletakkannya, ia baru sadar jika bundanya mengekor di belakang.

Han J ; Drive You InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang