SATU

3.2K 101 3
                                    

Nara sangat menyesali dirinya yang dengan mudah percaya pada orang yang baru dia temui sekitar 1 jam lamanya.

Orang yang hingga saat ini, menutup mulutnya rapat, wajahnya...sangat datar dan tak enak di pandang, membuat Nara ingin kabur atau kalau bisa ingin menghilang saja dari gedung indah yang dia masuki bersama laki-laki yang memperkenalkan namanya adalah Neymar.

Neymar yang saat ini, berdiri kaku di sampingnya, tangannya yang putih, lentik, sedang memasukan kode untuk membuka pintu besar warna perak yang ada di depan mereka.

Iya, mereka saat ini berdiri berdampingan. Nara di samping kiri, Neymar di samping kanan. Nara memilih berdiri dibelakang tadi, tapi tanpa kata, Neymar berhasil menariknya agar mereka berdua berdiri berdampingan.

Nara pikir... mungkin, Neymar tak mau terlihat sebagai pekerjanya yang seakan-akan sedang membukakan pintu untuknya.

Tapi, apakah laki-laki di sampingnya tidak risih, tidak jijik padanya... yang di lihat darimanapun terlihat kucel, kotor.. bahkan bau.

Bayangkan saja. Selama semalaman, kamu bersembunyi di dalam selokan yang untungnya tidak seperti selokan di kampungnya yang kotor dan bau. Tubuhnya dari ujung kaki sampai perut terendam air kotor. Tak ada pilihan, entah bagaimana bisa, di saat Nara tak memiliki dokumen apapun di tangannya bahkan uang satu perakpun. Banyak sekali mobil polisi yang lalu lalang dan berpatroli di sekitarnya. Bersembunya dimanapun harus Nara lakukan kemarin.

"Masuk..."ucap suara itu sangat datar, membuat Nara tersentak kaget dan sontak menatap keasal suara.

Dan sial. Sial. Sial... sungguh, Nara yang kedua lututnya gemetar hebat saat ini, sangat menyesal dirinya yang langsung menatap keasal suara. Karena hal ini, dia harus mendapati laki-laki bernama Neymar... tengah..
Tengah menatap kearah mulutnya.
Apa yang dia lihat dari mulutnya? Nara tidak tahu, karena Nara sudah cepat-cepat membuang tatapannya kearah lain.

Tetapi, sekali lagi, Nara tersentak kaget di saat pergelangan tangannya tiba-tiba sudah di pegang dan di genggam lumayan erat oleh Neymar.

"Mari masuklah ke dalam kediamanku, Nara..."ucapnya sangat-sangat parau, membuat Nara gemetar kecil mendengarnya dan pegangan tangan hangat Neymar pada pergelangan tangannya di bawah sana, membuat jantung Nara berdebar semakin menggila. Bahkan... bahkan Nara... rasanya tak sanggup untuk mengikuti langkah lebar Neymar yang akhirnya sudah masuk ke dalam unit apartemennya.

Dingin yang menusuk kulit, langsung menyapa tubuh Nara dari ujung kaki hingga ujung kepala di saat dia sudah masuk bersama Neymar ke dalam.

Nara akan melirik pada Neymar yang masih setia memegang tangannya. Tapi, urung di saat mata Nara tak sengaja menatap kearah lantai.

Lantai yang dia pijak sangat bersih dan berwarna putih, dan bekas langkah kakinya meninggalkan noda karena kakinya yang kotor.

"Maaf, saya mengotori lantai rumah anda..."mohon Nara gemetar, sembari menarik reflek tangan yang di pegang Neymar dengan sangat kuat.

Nara juga melirik takut-takut kearah Neymar. Neymar yang menatapnya sangat tajam saat ini. Membuat Nara menebak-nebak. Apakah Neymar terlihat sangat marah karena lantainya kotor atau Neymar marah karena dia menarik paksa tangannya?

Tidak Nara. Tidak mungkin Neymar marah hanya karena kamu menarik tanganmu.tanganmu kotor dan menjijikkaan, Neymar marah karena lantai rumahnya kamu buat kotor. Batin Nara menjawab tegas pikirannya.

Tapi, nyatanya Nara....

"Lantai yang harganya tak seberapa, bisa di bersihkan dengan mudah... aku bahkan memegang tanganmu dengan tangan berhargaku yang bisa menghasilkan uang puluhan ribu dolar di setiap menitnya. Aku tertarik padam...."ucap Neymar dengan nada parau, yang membuat Nara pada akhirnya penasaran sekaligus tidak mengerti. Neymar diam mendadak. Tidak melanjutkan ucapannya.

Sorry my sonWhere stories live. Discover now