14.

997 42 4
                                    


Ebook  sorry my son sudah ready. Bisa beli dan download di playbook.

Pdf Sorry my son juga ready. Harga 50 ribu.... minat; hubungi 085 337 484 038

Ada juga promo. Bayar 100 rb dapat 48 judul novel sabanaliar. Isi lengkap sampai tamat 48 judul tersebut. Termasuk ada novel sorry my son di dalamnya

Hubungi 085 337 484 038 / 085238364972

*****

*

Sial! Babi!

Berbagai makian meluncur dengan penuh amarah dari mulut dan hati Neymar.

Rambutnya acak-acakan, korban dari tangannya sendiri yang merasa sangat kesal, penasaran dan marah saat ini.

Apa yang sedang Nara lakukan di sana? Kenapa panggilannya dari siang hingga sore ini belum di angkat-angkat.

Neymar rasanya mau gila. Gila karena penasaran, apa yang membuat wanita itu tidak angkat panggilannya, apakah wanita itu baik-baik saja di sana? Dan yang paling penting, Neymar rindu mendengar suara takut-takut,
Lembut dan polos Nara menyapa telinganya.

Dan yang paling amat-amat penting, selain rindu, Neymar ingin menekankan pada Nara agar wanita itu jangan macam-macam. Jangan ganjen! Jangan haus belaian karena ketidak ada  kunjungannya selama hampir 100 lamanya.

"Sial."maki Neymar lepas.

"Awas saja, sekali lagi, panggilanku tidak kau angkat, kamu akan mendapatkan hukuman yang tak main-main dariku bicth!"ancam Neymar tidak main-main, dengan jantung yang rasanya mau meledak karena amarah,  mata meletot tegang, jari yang tremor, Neymar... menghubungi nomor Nara lagi.

Sedetik, dua detik, dan fuck... maki hati Neymar benar-benar murka, di saat Nara tak mengacuhkan panggilannya lagi.

"Cukup. Cukup. Jangan mau di bodohi lagi."ucap Neymar rendah. Membanting bokongnya di atas sofa.

Baik. Sepertinya sudah terlalu lama dia membiarkan wanita itu bebas, hari ini Neymar akan datang mengejutkan perempuan itu, dan kalau perempuan itu macam-macam...

Neymar menyeringai dengan sangat menyeramkan.  Sambil.... Cup... kecupnya foto bugil Nara yang terlelap dalam layar ponselnya.

"Tidak boleh ada pria lain, dalam hidupmu, apalagi lancang menyentuh tubuh yang masih milik mutlak diriku..."

"Papa...."panggil suara itu ceria dari arah pintu.

Shit. Tubuh Neymar tegang, melihat Ita yang berdiri  dengan senyum lebar di bawah bingkai pintu. Saking marahnya dia, dia tidak mendengar pintu kerjanya di buka orang dari luar.

Jangan sakiti anak itu. Buat anak itu bahagia. Lagi, wejangan papa, menusuk telinganya.

Neymar balas tersenyum, melambai lembut agar Ita mendekat kearahnya.

Berat hati, Neymar memasukan ponsel ke dalam saku bajunya. Melihat tiket untuk penerbangan sore ini juga ke Australia. Urung Neymar lakukan.

"Papa lagi ngapain? Apa aku ngga ganggu? Kata mama, papa  lagi kerja, tapi papa lagi duduk sambil main ponsel."Ita melangkah dengan percaya diri. Berucap dengan nada gemas. Gemas pada mama. Katanya papa sibuk banget. Lah, papa malah duduk santai di sofa dalam ruang kerjanya.

Ita mengulurkan kedua tangan manja, centil,  minta duduk di atas pangkuan papa Neymar yang ganteng dan harum. Papa kebanggannya, yang membuat semua teman-teman iri padanya karena akhirnya dia punya papa. Papanya keren, ganteng.

"Papa memang sedang kerja, Sayang. Kerja lewat ponsel."beritahu Neymar lembut. Menaikkan Ita keatas pangkuannya.

Ita segera bersandar. Lalu anak itu berucap dengan parau.

"Ah, jadi seperti ini rasanya bersandar pada  dada papa. Enak dan nyaman..."

Tubuh Neymar tegang mendengar ucapan parau Ita. Kedua matanya dalam sekejap berkaca-kaca. Merasa amat kasian pada anak yag dia pangku saat ini. Sekaligus merasa marah pada ayah biologis Ita. Kenapa tega sekali menyakiti anak sekecil Ita. Kenapa tega membohongi Novi istrinya juga.

Kasian Ita. Dia tidak pernah mendapat kasih sayang ayahnya. Sebagai ganti, agar Ita bahagia, merasa punya ayah walau dia hanya ayah tiri, Neynar akan berusaha jadi ayah terbaik untuk Ita.

Menelan ludah kasar, Neymar menyahut lembut ucapan Ita.

"Kapanpun Ita mau, boleh banget nyandar di dada papa, bobo di pangkuan papa. Papa Ney sayang Ita..."ucap Neymar lembut, membuat Ita amat bahagia mendengarnya.

Sedangkan di belahan negara  lain, seorang anak laki-laki berumur  8 tahun, berdiri dalam diam, sembunyi di balik pilar dengan tatapan kosong, sebulan lagi akan berumur 9 tahun, menatap ngiler, menatap pengen kearah sahabatnya Fran yang sedang bercanda gurau dengan ayahnya  sambil mendekor ruang untuk acara ulang tahunnya besok. Anak laki-laki yang tidak lain adalah Esa, bertanya-tanya dengan sedih dalam hatinya. Air mata sudah memenuhi sudut matanya, siap untuk tumpah, tapi anak itu menahannya. Esa tak mau,  kebahagiaan Fran dengan ayahnya saat ini rusak  karenanya. Kapan dia bisa seperti Fran? Kapan papa mengetahui kalau ada dia di dunia ini. Kapan dia biaa merayakan ulang tahun dengan papanya juga. Kapan dia bisa bercanda gurau dengan papanya?

"Dan kapan mama memberi tahu kabar gembira padaku, kalau papa Neymar akhirnya mau menerima aku sebagai anaknya?"

"Kapan?"lirihnya pilu dengan setetes, dua tetes dan akhirnya wajahnya basah oleh air mata kesedihan, putus asa, kecewa dan sakit hati pada sang ayah yang tega tidak mau menerima seorang anak  malang, kesepian, seperti dirinya.

Tbc

Sorry my sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang