DELAPAN*

1.3K 44 2
                                    

Sial. Nara ingin membangkang pada titahnya lagi?

Dengan kasar, Neymar  merenggut lengan Nara. Pekikan sakit sekali lagi lolos dari mulut Nara.

Nara yang menatap Neymar dengan tatapan penuh mohon, tak berdaya dan ampunan.

"Sakit. Ampun. Ampun. Aku nggak tahu. Aku...."mohon Nara sembari mencoba menarik  lengannya dari cengkraman Neymar.

Jantungnya rasanya ingin meladak di  dalam sama. Nara  bingung, terutama Nara amat takut.  Kalau dia tidak menjelaskan dengan segera siapa Esa. Neymar akan tetap memaksanya melakukan hal hina dan memalukan di depan orang, dan yang lebih parah, Neymar pasti akan mencari Esa.

Tubuh Nara gemetar dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mati lah dia, apabila keberadaan anaknya esa di ketahui oleh Neymar.

Rahang Neymar mengetat, merasakan dan melihat tubuh Nara yang gemetar saat ini. Sial... artinya Nara benar-benar sudah mengkhianatinya.

Maka tak ada ampun untuk Nara darinya. Neymar tak suka. Neymar tak sudi, yang harusnya jadi milik pribadinya, di jamah oleh lelaki lainnya. Apa yang harus menjadi miliknya, harus jadi miliknya saja.

"Arg, kamu tak tahu di untung, tak ada pria baik hati sepertiku  di luar sana. Biaya keluargamu di kampung bahkan aku yang menanggunhnya. Apa lagi yang kamu cari, apalagi?!"bentak Neymar murka. Hatinya terasa nyeri, membayangkan Nara yang membuka kedua pahanya juga untuk laki-laki lain selama 3 bulan dia meninggalkan Nara.

Neymar membuang kasar tangan Nara sampai wajah Nara membentur kursi penumpang depan. Pekikan sakit yang keluar dari mulut wanita itu, tidak dia abaikan. Bahkan terdengar sangat menjijikkan.

Dengan gerakan kasar, tak puas hanya lewat releting celananya. Neymar membuka tak sabar celananya.

Nara yang mengusap kepalanya yang sakit, melotot ngeri melihatnya. Kepalanya menggeleng kuat dan Nara melempar wajahnya di atas kedua paha Neymar. Menenggelamkan wajahnya sedalam mungkin di sana.

"Ampun. Ampun. Hanya kamu yang ada di pikiranku. Tidak pernah ada laki-laki lain. Aku tidak pernah kemana-mana selama 3 bulan. Ampun. Jangan marah seperti ini. Ku mohon maafkan segala kesalahanku."tau suaranya akan teredam. Sekuat tenaga Nara mengeraskan nada suaranya.  Kedua tangannya membelit kuat  tubuh Neymar yang kaku.

Berharap sang pujaan hati mau mengampuninya yang tidak melakukan  kesalahan apapun. Dia hanya mengigau nama anaknya yang entah sedang apa di apartemen. Apakah anaknya sudah bangun atau belum. Nara rasanya ingin mati saat ini.

Neymar akan mendorong dan menarik kepalanya. Dengan nekat. Nara mempertahankan posisinya. Tangannya yang melingkari pinggang Neymar. Mengelus lembut pinggang Neymar. Tubuh Neymar sudah rileks.

Kasihani hamba, Tuhan. Buat hati lelakiku luluh. Doa hati kecil Nara.

Tetapi...

"Lepas, Nara. Lepas. Jangan merayuku. Tanpa kamu rayu, aku sudah tergoda. Buka baju dan celanamu. Telanjangi dirimu, hari ini aku akan berbaik hati pada supirku, membiarkan dia menikmati tubuh memabukkanmu lewat spion yang ada di atas kepalanya."ucap Neymar menahan geraman. Melirik kearah supir yang fokus pada kemudinya.  Elusan singkat Nara di punggungnya, membuat dia merinding.

Padahal, dia tengah marah dan jijik pada wanita ini, yang bisa saja sudah kotor dengan laki-laki lain. Maka akan Neymar buat semakin kotor sekalian. Membiarkan tubuh Nara, keliaran Nara di nikmati juga oleh supirnya.

Geram. Neymar menarik kasar rambut Nara. Membuat Nara memekik sakit sekaligus menyerah. Sudah melepaslan pelukannya pada Neymar,  neymar yang saat ini sudah menarik kerah bajunya seakan ingin merobeknya dengan sekali tarikan kuat.

Sorry my sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang