TIGA❤

2K 84 4
                                    

Nara tersenyum pahit dan sedih, belum sempat dia menyahut dan menjawab, panggilan sudah di putus sepihak oleh Neymar.

Nara terkekeh miris. Sungguh, dia masih rindu suara pria itu, hembusan nafasnya yang berat dan kasar, dan Nara amat berharap, laki-laki itu sedikit saja memperhatikannya.

Tapi, apa? Nol. Nihil.

"Apa yang kamu harapkan, kamu hanya budak nafsunya."ucapnya pahit. Meremas kuat ponsel yang layarnya sudah gelap.

"Kamu tak lebih dari seorang pelacur seperti para pelacur di luar sana. Kamu beruntung, karena hanya satu orang laki-laki yang kamu layani. Mendapat jaminan hidup beserta  keluargamu di kampung. Kamu jadi  pelacur eksclusive laki-laki yang kamu cintai. Kamu beruntung Nara."sakit hati Nara, di saat dia mengucap kata yang menyakitkan untuk dirinya sendiri yang fakta. Ya. Andai tidak ada Neymar. Mungkin hidupnya akan sangat menderita... dari ini.

Dan dengan sialannya. Dia lancang mengharap Neymar...

Nara tertawa ironi.

Tak ada kata kangen, tak ada menanyakan kabarnya, laki-laki itu langsung to the poin, kalau dia hanya kangen pada tubuhnya.

Nara menatap kearah tubuhnya bak laser. Berisi, montok di bagian tertentu seperti pinggul, dada, dan perutnya sangat ramping... walau 8 tahun yang lalu dia sudah pernah melahirkan.

"Ck."decak Nara seraya memukul kepalanya.

"Jangan bodoh. "Maki wanita itu dirinya sendiri.

Dia adalah manusia  yang sangat tidak tahu di untung dan syukur. Semalam bahkan beberapa menit yang lalu. Dia berdoa dan berkata pada dirinya sendiri dan mengadu pada Tuhan. Walau tak ada cinta dari laki-laki itu untuk dirinya... apalagi untuk anak mereka--- yang tidak laki-laki itu ketahui keberadaannya di dunia ini.  Cukup, laki-laki itu masih tetap berada di sampingnya, bisa dia lihat dan sentuh wajahnya walau hanya pada saat mereka melakukan hubungan  badan.

"Sial."maki Nara di saat dia hampir lupa, kalau sang anak masih berada di apartemen ini.

Tidak. Esa harus segera pergi dari apartemen ini. Esa tidak boleh di lihat oleh Neymar.

Apabila Neymar mengetahui keberadaan Esa. Matilah dia. Neymar pasti akan marah besar. Akan menuduhnya selingkuh. Walau kenyataannya. Esa adalah anak laki-laki itu. Nara tidak pernah  pernah  tidur dengan laki-laki lain. Hanya Neymar yang pernah menyentuh  tubuhnya, bahkan Neymar adalah laki-laki pertama Nara.

Dia harus segera membawa anaknya ke panti asuhan... tempat anaknya di besarkan selama 8 tahun sudah berlalu.

Nara bangun bagai orang kesurupan dari dudukkannya di tepi ranjang.

Wanita itu membereskan dengan cepat barang-barang anaknya. Sial. Sial. Sial. Maki Nara. Mainan anaknya berserakan. Nara merutuk dirinya bodoh. Karena terlalu rindu, uring-uringan Neymar tidak pernah menghubunginnya, selama 2 hari Nara tidak pernah membereskan  tempat tinggalnya.

Bahkan saking tololnya dia. Tidak semangatnya dia  dalam menjalani  hidup selama 2 bulan berlalu. Anaknya yang sudah menginap selama seminggu di apartemen ayahnya ini. Dia... memberi makan anaknya telur goreng yang di tabur kecam, itu terus. Sampai-sampai membuat anaknya muntah beberapa kali karena bosan.

Akhirnya. Mainan anaknya sudah dia bereskan. Tinggal membereskan  bajunya yang tak seberapa. Sengaja Nara bawa sedikit. Takut Neymar suatu-waktu pulang, dia membereskan dengan cepat baju-baju milik anaknya.

Nara berjalan ke kamar sebelah sembari menenteng 1 kresek merah besar mainan anaknya. Di tangan kanan ada paper bag yang bisa memuat 6 sampai 10 pasang baju. Hanya ada 6 pasang baju anaknya.

Ceklek

Nara membuka pintu dengan pelan. Manik coklatnya langsung di sambut oleh pemandangan... tubuh anaknya yang masih pulas dengan lelap.

"Maaf..."ucap  Nara seraya melangkah mendekati anaknya. Wanita itu meletakkan barang-barang sang sang anak di atas ranjang.

Matanya dengan liar mencari parfum miliknya. Lalu menyemprot setiap sudut kamar ini, agar aroma khas milik sang anak hilang. Agar aroma sang anak tidak di cium oleh ayahnya.

Hummm

Nara menghirup aroma parfumnya yang  enak. Yang di belikan oleh Neymar. Dari sisi manapun, Nara cinta mati pada laki-laki itu, sungguh.

Nara  menunduk. Membelai pelan kening  hangat anaknya. Dia akan membangunkan anaknya yang pulas. Walau hatinya sangat tak tega.

"Esa... anak mama... bangun, sayang. "Panggil Nara lembut. Kali ini seraya menggelitik pucuk hidungnya.

Nara menahan nafas melihat sang anak yang menggeliat pelan. Lagi, mulut Nara akan memanggil nama anaknya. Tetapi, urung oleh suara dering pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

Tubuh Nara tegang. Merogoh dengan jantung yang ingin keluar ponsel yang dia simpan  dalam saku celananya.

Pesan dari Pak Louis, sang penjaga apartemen. Dengan penuh penasaran, Nara membuka pesan Pak Loius.

*Wajah Tuan Neymar menyeramkan. Dia terlihat marah besar. Kamu harus pintar menjaga moodnya selagi bersamamu. Dia sedang menuju unit tempat tinggal kalian.*

Ponsel yang ada di tangan Nara, terjatuh begitu  saja di atas lantai. Wajahnya sepucat kertas.

Sudah tidak ada waktu dan jalan untuk membawa anaknya Esa ke panti asuhan.

Air mata sudah mengalir di sudut mata Nara. Tetapi, di saat kepepet, ide tak terduga, muncul begitu saja dari kepala Nara.

Nara yang kembali masuk ke dalam kamarnya dengan Neymar. Nara mengotak-atik laci lemari Neymar.

dan Nara tersenyum di saat apa yang dia cari, akhirnya dia temukan.

Sebuah botol kecil, ada banyak sapu tangan berwarna gelap di sana. Nara mengambilnya satu.

Nara kembali ke kamar anaknya dengan wajah yang semakin pucat. Wajahnya menyiratkan rasa bersalah dan penyesalan yang amat besar.

"Maaf. Maaf. Ini demi kebaikan kamu terlebih kebaikan  mama. Maaf, Esa..."ucap Nara gemetar. Tangannya tak kalah gemetar saat Nara mengusap cairan bius ke sapu tangan itu.

Ya. Dia adalah ibu yang jahat. Tak ada pilihan lain, membius anaknya dengan dosis tinggi, akan Nara lakukan.

"Maaf..."gumam Nara seraya membekap kuat mulut anaknya yang kedua matanya sempat terbuka kaget, tapi menatapnya penuh cinta di saat anak itu melihat wajah mamanya yang membekap mulutnya. Tetapi, 4 detik, kesadarannya akhirnya hilang.

Dengan  wajah yang sudah berlinang air mata.  Mulut tak henti menggumam  kata kata maaf pada sang anak. Nara menggendong anaknya di depan dada.

Nara berjalan  menuju dapur... lalu mendekat pada sebuah mesin cuci, dengan susah payah, Nara membuka tutup mesin cuci itu... laluuu dengan mata yang di pejamkan pahit. Nara melempar cepat tubuh sang anak ke dalam mesin cuci, di saat suara bel yang sangat keras menyapa telinga Nara.

"Ayahmu sudah sampai. Maafkan, mama, Nak.  sepanjang malam kamu harus tidur dalam keadaan di bius dalam mesin cuci ini, Esa...."

Tbc

Sorry my sonWhere stories live. Discover now