EMPAT

1.7K 53 2
                                    


Warning ! 21+

______+++++_____

Nara menghembuskan nafas lega. Barang-barang anaknya sudah dia sembunyikan ke dalam kolong ranjang.

Seprei yang memperlihatkan isi di bawah kolong ranjang sudah Nara ganti dengan seprei bersayap, yang menutup sampai lantai seluruh sisi ranjang.

Tapi, saat ini, wanita itu terlihat meneguk ludahnya kasar. Matanya menatap nanar kearah... dirinya yang sangat kacau saat ini.

Baju yang melekat di tubuhnya bahkan baju  kemarin malam... dan ya, Nara  amat kesal dan benci pada dirinya. Bahkan saking rindu, takutnya Neymar sudah bosan padanya, Nara bahkan tak sanggup dan mau untuk mandi bahkan untuk mengganti baju.

Nara menggigit bibir bawahnya kuat, sekali lagi, menatap kearah tubuhnya.

Bodoh. Maki wanita itu dirinya sendiri.

Pakai lingeria. Dandan yang cantik.  Ucapan Neymar mengiang di telingannya saat ini.

Nara memukul kepalanya kuat.

"Mood Neymar sedang buruk kata Pak Louis. Aku sudah menggali kuburanku sendiri dengan tidak melakukan titahnya..."ucapan dengan nada takut, putus asa Nara mendadak terhenti di  saat telinga Nara mendengar.... suara... suara ... langkah seseorang yang terdengar sangat tenang sedang mendekatinya.

Langkah itu terdengar semakin dekat, membuat Nara reflek menahan nafas kuat. Dan Nara tersentak  dua langkah kebelakang di saat Nara melihat di depan sana... Neymar... Neymar melangkah dengan wajah yang sangat dingin. Datar, dan penuh amarah.

Glek

Nara menelan ludahnya kasar. Oh tidak. Tidak. Tatapan Neymar saat ini, berada pada wajahnya. Wajahnya yang belum ada make up sedikitpun, wajahnya lusuh, dan sekali lagi, Nara tersentak satu langkah  kebelakang, membuat Nara seketika jatuh terduduk di tepi ranjang.

Mata elang Neymar saat ini berada pada tubuh bagian tengahnya atau baju dan tidak ada lingeria di sana.

"Ne---Neymar..."panggil Nara tak berdaya. Menatap takut-takut pada mata merah milik laki-laki itu.

Ya. Mata laki-laki itu merah bagai mata seorang iblis. Membuat Nara di tengah rasa takut dan cemas yang dasyat, bertanya-tanya. Apakah.. Apakah Neymar sedang mabuk saat ini, matanya merah karena kebanyakan  minum. Atau mata Neymar memerah, karena laki-laki itu mensngis.

Nara menggeleng.

"Tidak. Tidak. Seorang iblis sepertinya, pasti tidak  pernah menangis dalam hidupnya."gumam Nara yang hanya bisa wanita itu dengar sendiri.

Dan Nara kembali tersentak kaget, di saat wanita itu kembali mendengar langkah kaki seseorang... yang kali ini, tidak mendekat, tapi menjauh.

"Neymar..."panggil Nara cemas seraya terlonjak bangun dari dudukkannya di tepi ranjang.

dengan jantung yang rasanya ingin meledak di dalam sana. Nara mengejar Neymar, yang tidak menyahut panggilannya apalagi menoleh kearahnya.

"Neymar... maaf. Maafkan aku. Aku bukannya membangkang, aku..."ucap Nara tergagap. Nara yang kebingungan mencari alasan, dan sangat kesal, dia tidak bisa menemukan alasan yang tepat.

Mata Nara melotot di saat Nara melihat Neymar... bukannya melangkah menuju pintu keluar yang seperti Nara kira.

Neymar karena muak padanya, marah padanya yang tidak melakukan titahnya, laki-laki itu...  akan pergi meninggalkannya.

Tapi, tidak Nara duga. Neymar malah melangkah menuju dapur sambil menggulung lengan bajunya.

"Esa..."gumam Nara tanpa suara nama sang anak yang dia sembunyikan di dalam mesin cuci.

Sorry my sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang