13

927 36 2
                                    

Ebook  sorry my son sudah ready. Bisa beli dan download di playbook.

Pdf Sorry my son juga ready. Harga 50 ribu.... minat; hubungi 085 337 484 038

Ada juga promo. Bayar 100 rb dapat 48 judul novel sabanaliar. Isi lengkap sampai tamat 48 judul tersebut. Termasuk ada novel sorry my son di dalamnya

Hubungi 085 337 484 038 / 085238364972

***

***

*****

Nara menatap barang belanjaannya dengan rasa puas yang besar.  Dari pukul 9 pagi sampai pukul 2 siang, Nara menghabiskan waktu di beberapa  mall yang ada di pusat kota dan pinggiran kota.

Total 8 paper bag dengan merk terkenal yang memenuhi ranjang besarnya saat ini.

Ooleh-oleh untuk mama, papa, dan adiknya di kampung, dan beberapa oleh-oleh para tetangga baik hati, yang di waktu kecil bahkan di waktu besar selalu baik padanya, keluarganya. Sering memberinya uang dan bantuan. Nara tak akan pernah lupa pada orang-orang yang sudah baik padanya dan keluarganya di masa susah.

Senyum muncul dengan indah di kedua bibir Nara. Ingatan Nara terlempar pada kejadian 2 jam yang lalu.

Nara menyentuh lembut  wajahnya, kakinya melangkah mendekati  cermin hias, berkaca masih dengan senyum yang menghiasi  bibir.

Jari-jari lentiknya yang baru mendapat pelayanan dan perawatan dari salon terkemuka, menelusuri pipi halusnya. Lalu bibir berisinya  yang montok, memberi kesan sexi di sana.

"Aku cantik..."ucapnya pelan..
Memuji dirinya sendiri, berharap, rasa yang begitu besar untuk Neymar yang tak pernah menoleh kearahnya raib.

Tangan Nara menyentuh hidungnya yang mancung, lalu mata, lalu bulu alisnya, yang menjadi kebanggaan utama Nara dalam hidupnya. Bulu alisnya lebat alami, tanpa ukiran atau obat apapun. Selain tebal, bulu alisnya tumbuh dengan sangat cantik dan rapi. Membuat dia terlihat semakin cantik dan menawan.

Bukan.. bukan Pendapat Nara tentang di atas. Tapi, pujian yang selalu orang-orang lontarkan padanya. Baik anak-anak maupun orang dewasa.

Dan terlihat dari kejadian tadi juga. Nara yang berjalan dengan percaya diri mengelilingi mall dengan gaya sedikit glamor, semua mata laki-laki pasti menoleh kearahnya. Bahkan tak hanya menoleh.
Ada beberapa bule nekat yang menghampirinya, mengajaknya berkenalan, meminta nomor ponselnya, ada juga yang menyebutkan nomor ponselnya agar Nara simpan.

Dan Nara, tak merespon godaan-godaan itu, tidak memberi nomor ponselnya, yang bisa dia lakukan hanya memberi senyum tipis, agar dia tidak terkesan sombong.

"Tidak. Aku masih belum berakhir dengan, Neymar."

Nara menyentuh pipinya.

"Aku tidak kau melibatkan orang lain dan merugikan mereka. Aku tau rasa sakitnya mencintai sepihak. Aku tidak mau menjadikan para laki-laki itu pelarianku."bisiknya pelan. Nara berpikir, dia memanfaatkan orang, sebesar 80 persen neymar pasti membuat perhitungan pada orang-orang yang dia manfaatkan.

Langkah pertama, cukup dia membuang perlahan perasaannya pada laki-laki itu, dan menikmati hidupnya yang indah dan penuh kecukupan ini.

Dan yang utama, Nara mau menyembuhkan hatinya dulu.

"Ayo mandi, Nara. Biar kamu bisa mencoba semua barang yang kamu beli..."bisiknya dengan seulas senyum indah.

Berjalan  hampir 3 jam, membuat Nara mandi keringat. Dan sangat sayang, apabila dia mencoba belanjaannya dengan tubuh kotor. Kasian barang-barang mahal itu.

Nara melangkah menuju kamar mandi sembari membuka kancing-kancing bajunya, 10 menit kemudian, wanita itu sudah keluar hanya dengan selembar handuk yang membungkus tubuhnya.

Dengan senyum indah, tak membuang waktu, Nara meraih sebuah dress yang sangat indah dan sedikit terbuka.

Tangannya gemetar meraih dress itu.

"Neymar tak suka aku memakai pakaian terbuka. Entah dia cemburu, atau aku memang jelek memakai baju seperti ini dimatanya?.."

Nara menggelengkan kepalanya kuat. Masa bodoh dengan pendapat laki-laki itu. Nara sudah muak.  Ini hidupnya. Mau dia memakai apapun itu adalah hak nya

Neymar hanya berhak menyentuh tubuhnya sepuasnya. Harusnya tidak ada aturan lain. Dia perempuan bebas.

Dan seperti katanya, dia akan melakulan apa yang Neymar benci dan larang.

Nara melepas simpul handuk, lalu mencampakknya di atas sofa. Seketika tubuh indah itu sudah naked.

Nara menatap kearah perutnya, sangat langsing, tidak ada bekas apapun di sana walau dia sudah pernah melahirkan. Seakan Tuhan sangat mengerti keadannya. Pada saat melahirkan anaknya Neymar seorang diri di sebuah klinik kecil. Nara tak mendapat kesulitan. Semuanya normal, bahkan Nara lahir tanpa jahitan sedikitpun. Dia mengejan dengan rapi, mendapat pujian berkali-kali dari sang bidan dan dokter, dan perawat yang menolongnya.

"Esa anak yang baik sejak dia masih ada dalam kandungan."puji Nara anaknya Esa. Yang tidak membuat dia repot sedikitpun, baik selama masa hamil, melahirkan, dan membesarkannya.

Masih dengan senyum, sambil membayangkan wajah anaknya, Nara mulai memakai dressnya. Nara berdecak kagum, melihat baju yang begitu indah dan elegan melekat di tubuhnya. Merapikan rambut sedikit, pasti akan membuat dia semakin cantik.

Tangan Nara hampir meraih sisir, tetapi  di sela oleh nada dering panggilan  yang membuat Nara menegang mendengarnya.

Nada dering yang sangat  Nara kenal siapa pemiliknya.

"Neymar..."bisiknya tak percaya.

Benarkah Neymar yang menghubunginya saat ini
?

Benar bodoh. Nada dering yang mengalun adalah nada dering khusus dan prioritas yang  di atur oleh laki-laki itu sendiri pada ponsel Nara.

Agar Nara memgangkat cepat panggilannya, dia menjadi prioritas dalam hidup Nara.

Tawa pahit dan mengejek, keluar dari mulut Nara.. yang meraih ponselnnya cepat saat ini. Nama Neymar terpampang di layar.

Nara mengejek neymar.

"Kamu ingin aku memprioritaskanmu dalam hidupku, tapi aku tak mendapatkan hal yang sebaliknya."bisik Nara  geram.

Wajahnya merah padam, kali ini bukan karena rasa takut. Sekali saja. Demi Tuhan, sekali saja, Nara ingin membalas laki-laki itu, mau dirinya di anggap penting atau tidak oleh laki-laki itu. Nara akan membuat neymar marah dan uring-uringan dengan tidak mengangkat cepat panggilannya.

Brak

Bukan kata semata. Nara sudah mencampak ponselnya, dan mengabaikan panggilan Neymar.

"Aku tidak akan bodoh lagi, aku selalu di buat uring-uringan oleh laki-laki itu, maka saat ini adalah gilirannya."

Tbc

Ebook ready di playbook. Bisa beli dan donlod di sana bagi kakak2 yg mau baca cepat sampe tamat:)

Sorry my sonWhere stories live. Discover now