Rumah bernama Kencana Putra

434 73 19
                                    

"Lo kenapa sih ? Lo kenapa gue tanya."

"Berapa kali si gue bilang jangan lelet jadi manusia. Jam berapa lo bangun ? Ini udah jam setengah 10!"

Pagi-pagi sekali harusnya mereka sudah dalam perjalanan untuk menikmati indahnya daerah pegunungan. Sesuai kesepakatan, mereka akan menuju daerah pedesaan daerah bukit terlebih untuk mencari villa, dan perjalanan membutuhkan waktu setidaknya 2 jam perjalan. Tapi semua tak sesuai rencana sebab Riki ternyata mengulur waktu sampai jam 10, membuat semua orang menunggu.

Sandy menjadi orang yang paling kesal, jujur ini bukan pertama kalinya. Riki memang susah sekali bangun pagi, dan Sandy tak menyukai kebiasaan buruk adik sepupunya itu. Sembari bersidekap dada ia tatap pemuda dengan rambut putih itu.

Harus dengan bahasa apalagi Sandy harus menasehatinya ?

Ia tak suka marah-marah, bukan berarti ia bisa di sepelekan. Memarahi Riki mungkin akan jadi penyesalan untuknya nanti tapi Riki tak pernah mampu memahami setiap ucapannya.

"Lo nggak boleh gitu, Rik. Itu artinya lo nggak ngehargain orang lain, nggak sopan bikin orang lain nunggu."

"Sorry." Yang di ajak bicara hanya menghela napasnya, di sampingnya berdiri seorang gadis yang menatap Riki dengan kasihan. Mungkin gara-gara dirinya, seandainya ia tak memaksa Riki untuk menjemputnya, laki-laki itu tak mungkin di marahi Sandy.

"Ini salah gue, jangan salahin Riki." Si perempuan bersuara namun tak lama Wahyu menyentuh pundaknya, memberi kode untuk jangan berbicara. Akhirnya ia hanya menghela napas, "Maaf" bisiknya pada Wahyu.

"Kemarin gue udah bilang, lo tidur disini aja. Evano juga tidur disini tapi lo masih ngeyel mau pulang, sebenernya gue nggak masalah lo mau pulang asal lo bisa tanggung jawab sama diri sendiri." Kali ini Mas Juna bersuara, dari nada bicaranya Riki tahu bahwa Mas Juna juga turut kesal. Agenda nya hancur dan mereka harus menunda waktu keberangkatan hingga nanti sore.

Apa sesalah itu dirinya ?

Lagi-lagi ia tak seperti Evano.

Harusnya ia tak membantah dan memilih pulang ketika Sandy menawarinya tidur di rumah laki-laki itu.

Tapi betulan ia tak pernah bisa tidur dengan nyenyak seandainya tak berada di rumahnya sendiri.

Dan ntah kenapa rasanya ketika Mas Juna sudah bersuara, Riki merasakan lebam dalam dadanya. Mas Juna jarang berkomentar, tapi ia akan berkomentar ketika adik-adiknya memang melakukan sesuatu dengan keterlaluan.

"Gue nggak sengaja telat." Kata Riki, sesaat ia merasakan pundaknya di tepuk oleh Sandy, "Jangan di ulangi." Ucapnya sembari berlalu.

Riki tahu, Sandy sedang menahan emosinya.

Dan setiap Sandy merasa kesal ia akan menepi seperti ini. Melangkah pergi menuju kamar daripada menghadapi keributan. Mereka akan berangkat pukul 3 sore dan masih ada waktu untuk menenangkan diri, Sandy tak mau mood nya memburuk karena berada di satu ruangan dengan Riki dalam suasana kacau.

Hanya ada hening sebelum akhirnya Evano juga turut melangkahkan kaki menyusul Sandy setelah menatap Riki tanpa bicara.

"Maafin gue." Riki bersuara lagi menatap saudaranya yang lain.

"Nggak apa-apa." Karena Rendra tau masalah ini tak akan berujung lama, ia berkata demikian, menepuk pundak Riki dan juga memilih berlalu setelahnya.

Hanya Arka, Zico dan Daniel yang memilih diam. Pertengkaran seperti ini memang sudah kerap kali terjadi tapi kenapa harus selalu Riki pelakunya ?

Mereka mengerang pasrah bersamaan.

________________________________

________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kos Kencana Putra |Zerobaseone Where stories live. Discover now