Reka Adegan

464 65 33
                                    

seumur-umur Evano tak pernah bermimpi seperti ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

seumur-umur Evano tak pernah bermimpi seperti ini.
Karena ia tahu ia sedang bermimpi, sebelumnya dia sudah berusaha untuk bangun tapi rasanya beraaaat sekali, tubuhnya kaku dan ia tak menemukan siapa-siapa disini selain orang-orang yang tengah berpesta dengan pakaian pesta.

Wanita-wanita memakai gaun gelombang dengan rumbai yang ramai dan saaaaaangat Belanda sekali. Rambut mereka rata-rata di sangul dengan hiasan mutiara yang banyak.

Para laki-laki memakai djas toetoep atau biasanya di sebut Beskap. Nampak gagah dengan tatapan bengis khas mereka,
Evano tidak tahu mengapa mereka tak terusik dengan keberadaannya. Atau mungkin sekarang dia memang tak terlihat.

Aneh sekali.

Meja-meja hanya terisi dengan makanan manis dan sebagian besar minumannya adalah anggur.

"Ini jaman apa sih ?" Ia berguman dengan nada pelan, takut seandainya dari mereka justru menyadari kehadirannya di sini. Ia menatap sekeliling dengan perasaan aneh, karena sejujurnya ia tak takut berada di sini.

Hanya saja-

Brak.

"Ah maaf nona." Ia menolehkan kepala, membuyarkan pikiran rumitnya dan mengalihkan pandangannya pada keramaian yang tiba-tiba saja terjadi.

"Aku sudah bilang menjauh dari tubuhku!"
Di tengah ruangan seorang gadis Belanda berambut pirang terang berteriak dengan kencang. Lalu suasana pesta itu menjadi kacau, perempuan muda dengan rambut pirang berdecak sembari melangkahkan kaki meninggalkan aula pesta. Moodnya tak bagus sejak ia berada disini.

Evano tak paham, tapi rasanya ia seolah mengenal gadis itu.

Tapi,

siapa ?

Karena rasanya ia begitu penasaran, Evano juga turut pergi mengikuti langkah kaki gadis tadi. Dari semua yang ada di sini, gadis itu paling cantik. Lantas ia mendapati gadis itu duduk di sebuah bangku depan.

"Aku membenci manusia-manusia ini." Keluhnya.

"Aku harus mendapatkan kedudukanku kembali dan pulang ke Belanda."

"Ah sial. Merepotkan, keparat tak tahu diri."

"Nona."

"APA ?! DARIMANA SAJA KAU, DAN KENAPA KAU DATANG SENDIRIAN ?! DIMANA DIEDERICK ?!" Nadanya menyentak, bahkan seorang laki-laki yang menyapanya tadi harus terjingkat. Dari segi muka, Evano tahu bahwa laki-laki itu berdarah pribumi. Kulitnya sawo matang dan bergaya menunduk, persis seperti babu yang hormat pada tuannya.

"Nona Gracia, saya meminta maaf. Tuan Diederick tak mampu datang tapi-" sebelum ucapan pria pribumi itu terselesaikan, ia menggeser tubuhnya lalu di saat yang sama seorang pria dengan kulit kuning Langsat berjalan menghampiri mereka.

Evano membulatkan matanya.

Ia praktis memegangi sisi jantungnya karena hampir mendapati organ berharga itu jatuh mengenaskan.

Kos Kencana Putra |Zerobaseone Where stories live. Discover now