Jauh sebelum ini ( spesial chapter)

426 64 15
                                    

Spesial anniversary 1 tahunnya Zb1. Part ini Nggak berhubungan sama alur cerita, ya.

Ini buat kalian semua yang udh setia banget sama akuu, makasih ya, luv you.

Happy happy reading.
____________________

Cerahnya matahari tak akan selamanya ada, mendungnya cuaca tak seburuk yang pembenci hujan kira.
Bahwa, semua imbang pada kadarnya.

Sandy kira, mungkin keluarganya juga seperti itu. Dua puluh tahun lebih ia hidup di tempat yang selalu ia sebut rumah, ia tak pernah menemukan sebuah kekeliruan peran. Orang tuanya penuh kasih sayang, lalu ia mendapati seorang kakak yang baik dan penuh perhatian semacam Zico. Ia juga mendapat adik yang manis seperti Arka.

Tak hanya itu, Tuhan berbaik hati sekali mengirimkan 5 orang saudara sepupu yang terus menyayanginya. Memberinya energi, membuat perannya sebagai kakak begitu hidup.

Hari itu langit sungguh cerah, dan musim liburan betulan tiba. Agenda mereka tak banyak, hari itu mereka memilih berbincang hangat pada halaman luas di bawah pohon mangga milik Mas Juna. Katanya, sudah terlalu banyak waktu yang mereka habiskan sendiri-sendiri, jadi Mas Juna mengusulkan kalau piknik di halaman rumahnya tidak begitu buruk untuk mengisi waktu libur.

Di dapur, Sandy mengaduk sirup mangga–itu adalah request dari Evano. Kemudian beralih pada sirup melon, sebab Arka menyukai melon dan kopi untuk Mas Juna,
Serta minuman rasa jambu untuk yang lainnya. Di halaman rumah tampak Evano dan Arka tengah berlarian, si kakak hari itu nampak cerah sekali dengan baju kuning mentereng, meski sedikit menyakiti mata sebab di tempa cahaya matahari lantas warna itu bersinar sendiri di antara warna gelap saudaranya, tapi Sandy tidak terganggu, ia terkekeh pelan. Bersinar sekali Evano.

"Senyum-senyum kaya gitu, kalau nggak ada alesannya bisa di kira gila loh, mas." Suara dari Tante Yuniar menarik pendengarannya, di tatapnya Tantenya itu yang tengah menggunakan celemek sembari mengeluarkan cookies dari oven.

"Emang kalau senyum di kira gila, Tan?"

"Kalau nggak ada alesannya. Kamu itu."

"Kaya sinetron aja pikirannya, sepenglihatan Sandy nggak ada tuh orang gila senyum-senyum, yang ada mah murung sama ngamuk. Korban sinetron gini nih, mak emak."

Tante Yuniar berdecak pelan, "Udah deh." Lantas mengarahkan loyang berisi cookies ke hadapan Sandy, "mending ini taruh cookies yang udah adem ke toples." Sembari berbincang, Tante Yuniar menunjuk tangannya ke sebuah toples yang sudah mengering karena sebelumnya telah di cuci bersih.

"Aku senyum karena ada alasannya tau." Sandy masih membahas masalah alasan senyum sembari melaksanakan titah Tante Yuniar, memasukkan cookies yang telah dingin ke dalam toples kaca. "Aku nggak tahu kalau ngeliat mereka ketawa kaya gitu ternyata bisa bikin bahagia berjuta-juta kali lipat." Dagunya menunjuk pada arah di mana saudara-saudaranya tengah duduk dan bermain.

"Punya sodara banyak emang seru, mas, rame ya, kita jadi nggak kesepian. Kalau aja bisa Tante bahkan pengen punya anak lagi."

"Eh?" Sandy tentu terkejut, "Udah tua tante, mending suruh Mas Juna nikah aja. Tante dapet cucu."

"Halah, kakakmu itu mana ada mikirin cewek. Capek tante tuh nunggu dia bawa perempuan ke rumah, tapi nggak ada yang di bawa."

Di tengah perbincangan hangat itu, Mas Juna datang dengan handuk yang tersampir di pundaknya, rambutnya basah dan itu adalah penampakan ganteng Mas Juna yang mampu membuat gadis-gadis kantor mengemis untuk di balas DM Instagramnya. "Seru banget ngobrol apaan nih?" Tanyanya.

"HEH, BAD MANNER DASAR GA SOPAN! PANTES GA NIKAH-NIKAH!" beberapa detik setelah bertanya, Mas Juna dengan sengaja mengusapkan handuk basah bekas tubuhnya ke arah wajah Sandy, yang di ganggu praktis mencak-mencak.

Kos Kencana Putra |Zerobaseone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang