Sebuah Cerita Lama

308 72 25
                                    

"Jadi, Adik kalian hilang setelah bermalam di sana ?" Namanya Ibu Padmini , seorang Abdi Dalem dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Perempuan yang mereka temui di Pantai Selatan. Setelah percakapan singkat mereka, Nini Padmi-begitu panggilannya-mengajak mereka untuk mampir ke rumahnya yang tak jauh dari kawasan pantai itu.

Sepanjang perjalanan mereka ke rumah Nini, beliau bercerita bahwa ia adalah seorang Abdi Dalem keraton yang sudah mengabdikan diri selama puluhan tahun, ia juga seorang Hindu. Ketika memasuki halaman rumah Joglo milik Nini Padmi Zico dan lainnya di buat terpaku dengan gerbang berupa batu bata yang sisi kanan kirinya terdapat Dwarapala-patung batu-yang besar dan terasa seolah mengawasi gerak-gerik mereka. Lalu saat memasuki rumah inti bau kemenyan samar-samar tercium-yang memang kata Nini-sebagai wewangian alami ruangan.

"Iya, Ni." Zico menjawab sembari menatap Nini yang menghidangkan teh panas untuk mereka, sebab hujan mulai turun malam itu.

"Sebenarnya, cerita Kencana Putra itu sudah lama sekali nggak terdengar. Mungkin sewaktu nini umur 25 tahunan ? Nini pernah melihat korban asli yang di temukan di pantai, tapi itu sebelum mengabdi dengan Keraton, nini sempat merantau ke Bali dan akhirnya kembali kesini. Sekarang nini sudah tua dan baru denger cerita ini lagi dari kalian." Nini berkebaya itu duduk di samping Daniel yang sejak tadi melarikan pandangannya ke sudut rumah. Bahkan di dalam rumah sekalipun ada Dwarapala kecil, dan sejak tadi Daniel merasa sedang diawasi.

Seolah tahu apa yang tamunya rasakan, nini berkata, "Semua tempat ada peraturannya, Nak, ada penjaganya. Bumi kita di jaga baik oleh para leluhur, sebagai manusia kita selalu di tuntut memiliki sopan santun bukan hanya kepada sesama tapi juga pada tempat pijakan kita." Lalu Nini menunjuk pada Dwarapala di dekat tiyang ruang tamu, "Dia tidak akan macam-macam kalau niat kalian baik." Katanya.

Di antara percakapan itu, hujan di luar semakin deras saja. Membuat Nini resah di tempat dan juga para anak muda itu tak bisa kembali ke penginapan. "Kanjeng Ratu terlalu marah." Ucap Nini lagi, yang pasti membuat keempatnya merinding di tempat.

Dengan suara ragu, karena begitu penasaran Vita bertanya, "Ma-maaf, memangnya apa yang membuat Kanjeng Ratu? Semarah itu, Ni?" Ia memelankan bagian kata Kanjeng Ratu karena takut salah menerka.

Mendengar pertanyaan itu Nini mengetatkan rahangnya, kemarahan dalam kepalanya ingin meledak namun sikap tenang yang ia dapatkan dari keraton membuat Nini mampu menahan amarah itu lantas ia hanya menghembuskan napasnya pelan, "Seseorang telah membuang bayinya ke pantai." Miris sekali, pantas saja penguasa lautan itu mengamuk. "Penjaga mana yang tidak marah ketika manusia merusak kesakralan tempatnya? Bahkan setan paling buruk pun tidak akan tinggal diam."

"Saya sudah berdoa, dan berusaha meminta pengampunan." Napas berat Nini bahkan mampu di dengar oleh mereka. "Ah lupakan, kita sedang tidak membahas itu, kita bahas adikmu yang hilang. Lalu, apakah sudah ada tanda-tanda dia di temukan?"

"Belum, Ni." Zico menjawabnya.

"Kami sekeluarga sudah berusaha mencari. Tapi katanya, hilangnya adik kami masih ada sangkut pautnya dengan leluhur kami. Salah satu dari saudara kami memiliki keistimewaan untuk melihat hal ghaib yang berhubungan dengan leluhur kami. Dia bilang kalau adik kami yang hilang adalah bentuk ganti dari leluhur kami yang dulu menghilang." Ntah bagaimana Zico menjelaskannya tapi ia berharap perempuan paruh baya itu memahami ucapannya.

"Keturunan? Maksudnya adik kalian harus menggantikan leluhur seperti itu?" Setelah menyelesaikan ucapannya Nini membelalakkan matanya sendiri. Seolah ia baru saja mendapatkan sinyal atas permasalahan yang tamunya alami.

"Sebentar," katanya lagi. Kemudian berlalu begitu saja ke dalam rumah sebelum akhirnya kembali membawa sebuah buku bersampul biru.

"Mungkin kejadian adik kalian sama dengan cerita dalam buku ini." Ke-empat manusia itu merapat tatkala buku bersampul biru di letakkan di atas meja.

Kos Kencana Putra |Zerobaseone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang