✨8- Khawatir

6.2K 460 23
                                    

Sesuai yang udah gue bilang hari ini bakal up 2 part karena kemarin lupa, so here we go, updatean kedua!

Jangan lupa streaming Mentari, Mekar, Mengapa, Bugati, Kisah, dan Berbenak🤍

✨✨✨

Kehetican kemarin tentu tidak dengan mudah terlepas, buktinya hari ini Salma tetap harus masuk kantor setelah mendarat di Jakarta. Dikarenakan ada beberapa laporan yang tidak sesuai dan juga ada beberapa rapat yang tidak bisa ditunda lagi.

"Sya lo kalau mau balik, balik duluan aja yaa"Ucap Salma kepada Syara, ia tahu pasti wanita itu juga sama lelahnya. Bahkan mungkin lebih capek Syara karena harus mengurusinya dan diri sendiri.

"Mbak gak balik?"Tanya Syara melirik ke arah jam yang sudah menunjukan pukul 17.30

Salma menggeleng.
"Agak bentaran, masih mau nunggu Kanaya. Janjian soalnya"

Syara mengangguk.
"Kalau gitu saya duluan ya Mbak"

✨✨✨

Salma kembali mengecek beberapa email kerjaannya, memeriksa kembali beberapa laporan dan berkas yang ada.

Salma menghentikan kegiatannya saat perutnya terasa nyeri. Seolah mengerti kode yang tubuhnya berikan dengan cepat Salma mengambil kotak obat yang berada dalam lacinya dan meminumnya kemudian kembali pada aktifitas awalnya.

Namun sepertinya obat yang baru saja ia konsumsi tidak memberikan efek apapun, karena kenyataannya perut Salma semakin terasa sakit dan nyeri.

Tangan Salma dengan cepat mengambil ponselnya dan menelfon Kanaya, karena ia tidak mungkin menyuruh Syara untuk kembali.

"Haloo"Sapaan Kanaya dengan jelas terdengar dari sebrang sana.

"Na..y"

"Lo kenapa Sal?"Tanya Kanaya panik.

"Perut gue sakiitt Nay"Rintih Salma.

"Masih di kantorkan? Gue udah dijalan menuju kantor lo, tahan bentar yaa"

✨✨✨

"Sa?"

Panggilan dengan suara yang tidak asing bagi Salma, membut Salma mengangkat kepalanya melihat Rony mendekat ke arahnya.
Sudah pasti ulah Kanaya, tapi persetan dengan itu semua ia hanya ingin rasa sakit diperutnya hilang.

"Ron"

Rony memegang kedua pundak Salma.
"Hei, chill okee. Pelan-pelan nafasnya"

Salma menggeleng, salah satu hal yang ia benci ketika asam lambungnya naik, karena ia bisa benar benar sampai sesak.

Rony memegang kedua tangan Salma yang terasa dingin, dingin sekali.

"Salmaa, Kak Rony"Teriak Kanaya yang baru saja masuk ke dalam ruangan Salma dari raut wajahnya tergambar kekhawatiran.

Rony menoleh ke arah Kanaya.
"Nay, tolong barang-barang Salma ya"

"I..iyaa kak"

"Permisi ya"Ucap Rony sebelum menggendong Salma ala bridalstyle. Salma megalungkan tangannya di leher Rony, untuk kali ini keduanya sama sekali tidak memikirkan manusia mana yang akan melihat keduanya bersama dan gosip apa yang akan muncul nantinya.

Selama perjalanan Salma masih terus mengeluh sakit, sedangkan Kanaya berusaha dengan baik untuk menenangkan Salma. Salma selalu ingin mermas perutnya namun selalu dicegah oleh Rony.

"Remas tangan gue kalau sakit banget"

Nafas Salma semakin memburu ditambah lagi Salma yang kini sudah menangis harus berusaha mengambil nafas dengan sebaik mungkin tentu saja membuat Kanaya dan Rony semakin panik.

Soulmate• S&RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang