02

4.6K 429 121
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Setelah perdebatan kecil kemarin. Hari ini Roman harus datang ke rumah Lembah, bersama orang tuanya dengan tujuan yang masih sama seperti yang lalu-lalu.

Membicarakan pernikahan.

Lembah melirik sinis Roman. Dia masih ingat bagaimana Roman membuatnya kesal.

"Umi sama Abi tidak bisa menunggu lama, Nak Tegar. Usia Zulkarnain sudah matang. Adiknya juga sudah ingin menikah. Akan jauh lebih baik jika Zulkarnain yang lebih dulu karena dia abangnya."

Tegar mengangguk.

"Kalau memang Lembah tidak mau menerima pernikahan ini. Kami sebagai orang tua Zulkarnain hanya bisa memaklumi karena setiap orang berhak memutuskan masa depannya," ucap Umi lagi.

"Lembah sudah mau, Umi. Dia sudah cerita ke saya. Katanya dia mau nurut ke Mama dan Papa. Jadi, Lembah sudah sedia dan setuju hari apapun pernikahannya dilangsungkan," jawab Tegar.

Mata Lembah kontan melotot. Kemudian Roman berdehem kecil.

"Karena mahar dan juga segala biaya pernikahan dari saya, maka acara nikahnya cukup sederhana saja. Saya tidak menerima uang dari orang tua saya, sebab yang ingin saya jemput ini istri saya, bukan istri Abi saya. Jadi, segala mahar dan biaya pernikahan berasal dari kerja keras saya. Mohon untuk memaklumi bagaimana pun bentuk acara pernikahannya."

"Nggak ada pesta? Berarti nggak ada acara ngundang teman?"

"Tidak usah," balas Roman.

Lembah memutar bola mata malas. Dia melipat kedua tangannya di dada. Malas dengan sikap Roman yang seenaknya.

Dan hari itu. Dua keluarga memutuskan untuk mengadakan acara pernikahan Lima hari mendatang. Lembah menyerahkan segalanya kepada Roman. Terserah lelaki itu lah maunya bagaimana.

Namun, di akhir pembicaraan. Kedua keluarga memberikan ruang untuk Roman dan Lembah, mana tahu mereka ingin bicara berdua soal pernikahan.

Alih-alih bicara, Roman justru diam ketika di ruang tengah hanya ada mereka berdua.

"Ngapain pake ngobrol berdua kalau semua keputusan bisa kamu putuskan seenaknya," kata Lembah.

"Kamu mau ngundang berapa teman?"

"200 teman. Kalau bisa 500. Temanku banyak. Nggak kayak kamu yang punya teman buku."

Roman mengangguk.

"Bisa nggak?" tanya Lembah memastikan.

Dengan senyum lebar, Roman menggeleng kepala.

"Acara pernikahannya sederhana Lembah. Kalau kamu mengundang 500 temanmu. Ujung-ujungnya kamu yang malu, karena mungkin teman-temanmu bisa berpikir kalau acara pernikahan ini sangat meriah. Kamu mau malu sendiri?"

"Makanya ayo buat pesta besar-besaran, Mas Roman Zulkarnain yang terhormat....."

"Acaranya sederhana saja, yang besar-besaran nanti cinta saya ke kamu saja."

Mata Lembah melotot mendapati kalimat romantis dari Roman. Dia menyipitkan matanya ke arah lelaki itu, lantas dia tertawa sekeras-kerasnya.

Roman menatap datar Lembah yang tertawa.

"Kenapa?" Dia bertanya.

"Masih nanya. Kamu lucu tau nggak. Baru kali ini dengar seorang Roman menggombal."

September is Ours (TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora