16

4.7K 480 125
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Sore hari setelah semua acara pernikahan selesai. Roman buru-buru pulang. Takut jika Lembah butuh sesuatu.

Lelaki yang mengenakan jas hitam serta bawahan sarung tersebut mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar saat ia tidak menemukan Lembah di sana.

"Umi, tadi Lembah ada pamit sama Umi?" Roman mendatangi Uminya ke dapur.

"Tidak. Umi dari tadi di dapur. Mungkin lagi ke luar sebentar. Telpon saja."

Roman mengangguk. Lantas duduk di meja makan dan menghubungi Lembah.

"Hahaha. Enggak. Mana bisa kayak gitu. Buka mulutnya....."

"Aku bisa sakit perut, An."

"Dikit doang. Cabenya tadi dikit. Cepat ih buka mulutnya."

Di ruangan minimalis tepat di apartemen Joovan. Mereka berdua berada. Awalnya, Lembah meminta untuk bertemu di cafe. Tapi, Joovan meminta untuk di apartemen saja.

"Nggak pedas, kan?"

Joovan lari ke wastafel ketika Lembah memasukkan makanan pedas ke mulutnya.

"An......"

"Belajar, Joo. Aku mulai suka yang pedas-pedas. Kamu juga harus suka. Nggak lucu kalau aku masak makanan berbeda-beda setiap harinya."

Joovan melap mulutnya dengan kain kering. Ia mendekati Lembah dan memeluk perempuan itu dari belakang.

"Kamu mulai berani sama aku, ha. Kalau perutku sakit bagaimana? Mau ngerawatnya?"

"Hahaha. Joo, lepasin. Geli banget."

"Kamu duluan cari masalah."

"Aku minta maaf. Nggak lagi. Serius. Tapi lepasin. Rambut aku ketarik sama kancing baju kamu......"

Joovan langsung melepas pelukannya. Dia segera melepas pelan rambut Lembah dari kaitan kancing bajunya.

"Sakit?" Tanya Joovan sambil mengusap rambut Lembah.

"Iy......"

Ucapan Lembah terhenti ketika dering telepon Joovan berbunyi.

"Sebentar, sayang," katanya sembari mengangkat telepon.

"Mana lo. Lama banget buset. Gue udah empat kali ni makan di rumah Roman. Lo kagak balik-balik."

Joovan menepuk keningnya. Ia sampai lupa jika malam ini mereka ada agenda bertemu istri Roman. Sebab diwaktu pernikahan, tidak ada satu pun yang datang di antara mereka.

"Gue datang sekarang."

"Buru! Kado nikahnya juga ada di mobil lo."

"Iya. Gue berangkat sekarang."

Lembah menatap Joovan cukup bingung. Dan begitu Joovan mengakhiri obrolannya, ia langsung menatap Lembah.

"Sayang, aku ada janji sama teman-temanku. Aku antar kamu pulang sekarang, ya? Besok aku jemput ke rumah sekalian ngobrolin soal pernikahan kita ke Tegar."

Mata Lembah membulat. Ia memegang tangan Joovan. Lalu menggeleng.

"Humm. Aku.... Aku belum siap lihat kamu sama Bang Tegar berantem. Please jangan sekarang."

September is Ours (TERBIT)Where stories live. Discover now