04

4.6K 460 239
                                    


🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Lembah langsung menampar tangan Roman dan menepisnya dari pinggangnya.

"Nggak sopan peluk-peluk. Ih minggir!"

"Kamu nggak mau saya peluk? Ya sudah. Jangan minta-minta saya peluk nantinya." Roman mengambil guling dan meletakkannya di antara mereka.

"Peluk guling ini kalau nanti tengah malam kamu dengar suara aneh. Di rumah Rabu ini biasa terdengar suara anak kecil nangis."

"Mas Roman......" Rengek Lembah.

Roman menahan kedutan senyumnya dan tidur membelakangi Lembah. Sedangkan gadis yang dibuat takut itu benar-benar was-was.

"Mas Roman udah tidur?"

Tidak ada jawaban.

"Mas Roman yang terhormat....."

Tetap tidak ada jawaban, padahal mata Roman masih terbuka segar di sana.

Lembah lalu membuang guling dan mendekat ke sebelah Roman. Dia menatap punggung lebar lelaki itu.

"Peluk nggak ya? Duh, gimana ya. Peluk? Tidak? Peluk? Tidak? Tidak? Ah peluk aja lah. Daripada merinding sendirian."

Lembah melingkarkan tangannya ke tubuh Roman. Menyembunyikan wajahnya di punggung pria itu.

"Siapa yang meluk saya ini, ha? Setan dari mana yang peluk saya? Awas." Dengan iseng Roman menyingkirkan tangan Lembah.

"Mas Roman, aku beneran takut."

Lembah kembali memeluk Roman.

"Tangan kuntilanak dari mana ini? Saya nggak lihat orangnya. Cuma dengar suara sama lihat tangannya. Lepas."

Lembah langsung duduk ketika Roman menyingkirkan tangannya lagi. Dia menatap lelaki yang dengan tenang berbaring di sana.

"Ish, jahat, jahat, jahat. Sialan!" Dia terus memukuli lengan Roman.

"Seram juga rumah Rabu ini. Ada yang mukul saya tapi wujudnya tidak terlihat. Mengerikan."

Bibir bawah Lembah seketika melengkung. Dia turun dari ranjang dan berjalan buru-buru keluar dari kamar. Roman kaget. Lembah benar-benar marah padanya?

Di ruang tengah, Lembah menangis tersedu-sedu. Dia kesal dan merasa kalah sebab Roman terus menakutinya dan tidak mau memberi perlindungan.

Lembah menangis karena kesal.

Di tengah suara tangisan gadis itu. Tiba-tiba saja pintu rumah terbuka. Lembah tambah kaget dan semakin meninggikan suara tangisnya.

"Eh, ini Umi. Ini Umi, Lembah."

Mendengar itu Lembah langsung diam. Dia menatap mertuanya.

"Kenapa di sini? Kenapa nangis, nduk? Roman di mana?"

Lembah menunjuk ke kamar mereka.

Umi menggaruk kepalanya sendiri.

"Itu normal, sayang. Nangis, sakit, perih, itu hal normal. Kamu jangan marah sama suami kamu. Masa kamu tinggalin  dia gara-gara sakit. Sekarang kembali ke kamar ya. Roman juga nggak akan tega kalau kamu sudah tidak sanggup. Balik ke kamar, ya, nduk. Jangan langsung kabur. Kasihan Romannya. Dia juga pasti kaget kenapa kamu nangis. Ini normal, semua orang pasti ngerasain yang sama kayak kamu."

September is Ours (TERBIT)Where stories live. Discover now