11

4.8K 495 229
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Pagi hari ketika selesai dengan perkara semalam yang cukup panas dan membuat keduanya mabuk tidak tahu diri. Kini, pada pukul 9 pagi. Baik Lembah mau pun Roman, tengah sibuk bersiap-siap ke toko.

Mereka kesiangan. Tepatnya keduanya bangun jam 8. Heboh. Itu yang terjadi pada rumah dua lantai tersebut.

"Sarapannya di toko saja, Sayang. Ayo, kunci toko tidak ada di Tatang soalnya."

"Jangan panggil aku sayang. Kita hanya akur di kasur. Ingat itu, Mas Roman yang terhormat!" Protes Lembah saat ia tengah fokus memakai hijabnya.

Roman berkacak pinggang saat ia sudah selesai tetapi Lembah masih sibuk di depan kaca.

"Cepat Lembah Manarta!"

"Sabar kenapa sih! Bawel."

"Arghk." Roman lagi-lagi membuat Lembah kesal. Bisa-bisanya lelaki itu mengangkat tubuhnya saat ia masih ingin memperbaiki hijabnya.

"Lepasin! Aku masih mau ngaca. Jilbabku belum rapi."

Roman menendang pintu rumah dan menutupnya tanpa mengunci. Dia lari ke dalam mobil dan memasukkan istrinya ke dalam sana.

"Diam! Saya sudah terlambat dan kamu masih santai."

Roman menyalakan mobil. Ia injak pedal gas dengan kecepatan tidak normal.

"Arghk. Romancing darah tinggi paling nyebelin! Aku masih jelek!"

"Selalu! Kamu selalu jelek, bukan masih!"

Lembah menampar bibir Roman.

"Tidak punya etika mulutmu. Tadi malam doang yang manis!"

Roman melirik sekilas.

"Kamu juga tidak mau akur sama saya. Maunya hanya akur di kasur. Kamu pikir saya ini laki-laki penghibur, ha?"

Lembah memutar bola mata malas. Dia melipat kedua tangannya di dada dan diam tidak menjawab ucapan Roman lagi.

Tidak lama setelahnya mereka sampai. Kedua toko tersebut masih tutup. lembah langsung lari keluar dari mobil dan bergegas membuka toko.

Dan Tatang. Pegawai toko buku yang tubuhnya kurus kering itu sepertinya sudah hampir busuk menunggu di sana.

"Maaf, Tatang. Saya benar-benar minta maaf. Saya kesiangan. Sudah lama menunggu?" Tanya Roman sembari membuka toko.

"Sudah lama, Bang." Tatang berdiri. "Kenapa kesiangan? Tidak biasanya kesiangan."

Pintu toko terbuka. Roman masuk dan disusul oleh Tatang dari belakang.

"Saya ada kerjaan tadi malam. Jadinya begadang."

"Kerjaan. Kenapa Bang Roman seperti habis tawuran? Lehernya merah-merah, bibirnya juga luka. Apakah tawuran di......" Tatang menyengir.

"Plok plok-kah, Bang Roman?"

"Saya pecat kamu, Tayang!"

"Eh ampun."

"ROMAN."

yang punya nama langsung menghela napas panjang saat mendengar teriakan istrinya dari toko sebelah.

"Masih masalah Indomie rasa Pepes ikan, bang?"

Roman menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia berdiri dan berjalan menghampiri Lembah di toko sebelah.

September is Ours (TERBIT)Where stories live. Discover now