08

5.1K 463 236
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋


Pukul 4 pagi, Roman sudah bangun. Dia duduk menyender di kepala ranjang. Iris matanya fokus memperhatikan wajah Lembah yang masih tertidur pulas.

Ketika hendak turun dari ranjang, Lembah melenguh. Roman urung, dia kembali duduk dan mendekati Lembah.

"Eugh, dingin." matanya masih tertutup.

Roman menarik selimut menutupi tubuh Lembah. Dia usap-usap rambut perempuan itu.

"Mas Roman."

"Hum," jawab Roman ketika Lembah membuka mata dan menatapnya.

Lembah menoleh ke kiri dan kanan. Kemudian dia kembali mengarahkan atensinya pada Roman.

"Pagi, sayang. Gimana tidurnya? Nyenyak? Hum?"

Lembah mengucek matanya, lalu mengangkat kepalanya dan menjatuhkannya lagi ke atas paha Roman.

"Masih ngantuk," rengek Lembah.

"Sepuluh menit boleh tidur. Saya tunggu."

"Dua puluh menit, please."

"Sepuluh menit, sayang. Harus shalat. Tutup matanya. Saya bangunkan nanti."

Roman kembali mengusap rambut Lembah. Menjaga tidur perempuan tersebut.

***

Pagi itu ketika selesai salat subuh, Roman bergegas ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Sedangkan Lembah kembali masuk ke kamar mandi untuk berendam sebentar.

Adalah sekitar dua puluh menit, Lembah keluar dari sana. Ia memakai pakaiannya dan segera turun ke bawah.

"Pagi, Lembah." Sapa Roman dengan sambutan senyum lebar.

Lembah tersenyum lalu mencium pipi Roman. "Pagi, Mas Romancintaimu."

"Maaf ya kamu jadi masak gara-gara aku harus berendam."

Roman balas mencium pipi Lembah.

"Masih sakit?" tanyanya.

Lembah menggeleng kepala.

"Sudah mendingan. Kan udah dilap pake air hangat sama kamu tadi malem. Jadi, lebih baiklah."

Roman terkekeh dan kembali mencium pipi perempuan itu.

"Masak apa?" tanya Lembah.

"Nasi goreng udang. Hari ini mau ke toko bunga atau ikut saya ke toko buku?"

Lembah mengetuk dagunya. Berpikir. Kemudian dia menatap Roman.

"Ke toko bunga dulu deh. Mau diskusi sama Kak Rere soal perpindahan toko. Nggak apa-apa, kan?"

Roman mengusap puncak kepala Lembah.

"Tidak pa-pa. Duduk, makan dulu. Pasti lapar kan."

Lembah mengusap perutnya.

"Laper banget, sumpah. Dari semalam sebenarnya."

"Kenapa tidak bilang. Bisa saya masakin tadi malam."

Lembah duduk di kursi makan.

"Aku nggak kuat harus makan sambil ngantuk. Sumpah, capek banget, ditambah ngantuk, ditambah laper lagi."

September is Ours (TERBIT)Where stories live. Discover now