06

4.9K 484 220
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Begitu Umi-Abi pamit untuk ke pesantren. Hingga yang tinggal hanya Roman dan Lembah. Di sinilah Lembah was-was jika Roman membalasnya.

"Kenapa diam aja? Marah-marah dong kayak biasanya. Kan aku udah buat kamu malu."

Roman tetap diam. Matanya fokus menatap laptop di hadapannya. lembah mengayunkan kakinya kala duduk di bibir ranjang.

"Mas Roman, kamu ngambek? Kayak cewek ih pake ngambek-ngambek."

Roman menaikkan pandangannya menatap Lembah.

"Pekerjaan saya di kota banyak sekali, Lembah. Banyak reseller yang meminta stok buku baru. Jadi, saya sepertinya harus pulang terlebih dahulu."

"Aku ikut lah masa ditinggal sendiri."

Roman menggeleng kepala.

"Kamu masih harus di pesantrenkan. Tinggal di asrama dulu, belajar agama yang benar, belajar bicara yang sopan. Sekali seminggu saya jemput kamu."

Lembah langsung berdiri dan berlari menghampiri Roman.

"Jangan macam-macam, ya! Aku ini udah 24 tahun. Emang kamu doang yang punya kerjaan? Aku juga punya kerjaan. Toko bunga lebih penting dari ancaman kamu! Lagian, aku nikah itu buat punya suami, bukan cari peran orang tua buat sekolahin aku!"

Roman menatap tajam pada gadis itu.

"Umur dua puluh empat tahun seperti ini?" Roman menatap ujung kaki sampai kepala Lembah. "Tengil?"

Satu pukulan mendarat di lengan Roman.

"Pokoknya aku nggak mau mondok. Aku ini istri kamu. Mana ada pengantin baru yang cowoknya mau LDR sama istrinya. Cuma kamu!"

"Cuma kamu juga istri baru yang setiap hari kerjaannya buat suaminya naik darah."

Lembah menghentakkan kakinya ke lantai. Wajahnya terlihat begitu kesal.

"Jangan tantrum di depan saya kalau kamu tidak mau saya ikat di tiang."

Bicara dengan Roman sama dengan menambah masalah bagi Lembah. Namun, dia tidak akan pernah mau jika harus mondok.

"Pokoknya aku mau pulang sama kamu. Nggak ada yang tinggal-tinggal. Kalau kamu pulang, berarti aku juga harus pulang."

"Mondok, Lembah. Harus mondok dulu baru boleh pulang."

"Enggak mau!"

"Mau kamu bilang nggak mau seribu kali. Saya tetap masukin kamu ke pesantren."

"Aku kabur!" kata Lembah.

Roman langsung menatap Lembah.

"Habisnya kamu ngeselin. Kan bisa kamu yang ngajarin aku di rumah. Nggak usah pakai masuk pondok segala!"

"Saya ngajarin kamu? Dengarin saya ngomong saja kamu tidak mau. Saya bilang A kamu bilang Z. Gimana mau diajarin, ha? Sudah, kamu mondok saja."

Lembah tiba-tiba menarik kerah baju Roman.  Dia melotot menatap lelaki itu.

"Kalau kamu masukin aku ke pondok. Aku mogok makan setahun. Aku juga bakal buat rusuh sampai kamu malu. Sekalian aku godain adek kamu si Rabu. Biar sepaket sekaligus!"

"Lemb....."

"Jangan Lembah-Lembah! Kamu keterlaluan banget. Belum nyentuh aku, belum romantis-romantis sama aku, belum dekat sama aku, kamu udah main masukin aku ke pesantren. Kamu pikir aku ini anak umur 16 tahun?!"

September is Ours (TERBIT)Where stories live. Discover now