15

4K 355 235
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

"Aku kangen, Joo. Aku kangen sama kamu, Joovan," balas Lembah ikut memeluk erat Joovan.

Lembah tidak lama memeluk lelaki itu. Ia lepas, lalu menatap ke sekitar. Dia mendongak menatap wajah Joovan.

"Kita ngobrol di belakang." Lembah menarik tangan Joovan. Mereka berjalan buru-buru menuju tempat yang paling sepi, nyaris tidak ada orang yang lewat dari sana.

"Kamu sama siapa ke sini?" Tanya Joovan pada saat mereka baru saja duduk di kursi panjang bawah pohon.

"Please jangan nanya aku sama siapa ke sini, dan aku juga nggak mau nanya kamu sama siapa ke sini, ada urusan apa, atau lainnya. Aku cuma mau nanya, kamu kenapa nggak nemuin aku setelah aku blokir nomor kamu?"

Lelaki yang sudah lama menetap di Tokyo itu menunduk lalu berdehem.

"Waktu kamu blokir semua akses komunikasi kita. Aku sempat menghubungi Tegar. Minta supaya aku bisa bicara sama kamu. Tapi, Tegar melarang. Dia bilang kalau kamu udah nggak bisa lagi sama aku. Karena kamu mau nikah."

Lembah menggeleng. Dia memegang tangan Lelaki itu.

"Bang Tegar bohong. Aku masih mau sama kamu. Aku sayang sama kamu, Joo. Aku nggak mau nikah sama orang yang bukan kamu."

"Aku pikir kamu udah nikah, An. Aku nggak mau ngerusak kebahagiaan kamu. Itu kenapa aku nggak datang ke sini buat nemuin kamu. Karena penjelasan Tegar udah cukup buat aku mundur."

Lembah lagi-lagi menggeleng. Air matanya jatuh satu persatu.

"Kamu nggak pernah ngerusak kebahagiaan aku. Waktu aku blokir semua akses komunikasi kita. Saat itu aku benar-benar kalut. Aku marah sama kamu. Dan aku pikir, kamu nggak sayang lagi sama aku karena waktu itu kamu nggak ada usaha buat benahi hubungan kita."

Joovan tersenyum. Dia menatap tangan Lembah, lantas mengangkatnya dan menciumnya.

"Aku cinta sama kamu, An. Aku sayang. Ini hanya masalah komunikasi. Aku benar-benar takut kalau ucapan Tegar waktu dia bilang kamu udah nikah, itu benar adanya. Dan aku nggak mau jadi penghalang masa depan kamu."

Lembah menunduk menatap tangannya yang digenggam erat oleh Joovan.

Bagaimana caranya untuk mengatakan kalau dia memang sudah menikah. Bahkan sudah 4 bulan lebih pernikahannya berjalan.

"An, aku nggak mau kehilangan kamu lagi. Dan satu-satunya cara supaya aku nggak kehilangan kamu. Itu cuma nikah sama kamu."

Joovan menatap wajah Lembah. Penampilan baru perempuan itu sebenarnya membuat Joovan sedikit kaget. Hampir tidak mengenali Lembah yang memakai kerudung.

Saat Lembah menatapnya. Joovan langsung tersenyum dan berkata,

"Will you marry me? Aku mau kamu terus sama aku," kata Joovan dengan tanda tanya di awal.

Lembah tercekat. Detak jantungnya berpacu cepat. Dia menatap wajah Joovan yang terlihat berharap dijawab iya.

"Nggak ada lagi halangannya, kan? Aku bisa bicara sama Tegar. Aku usahakan, An."

Lembah melepas tangannya dari genggaman Joovan. Dia menunduk dan diam.

"An." Joovan mendekat.

"Aku...... Ak....."

September is Ours (TERBIT)Where stories live. Discover now