PART 7

865 136 14
                                    

Suasana di salah satu restoran Westfield Stratford City cukup ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana di salah satu restoran Westfield Stratford City cukup ramai. Hampir seluruh meja penuh oleh pengunjung, baik dari kalangan turis mancanegara maupun warga setempat. Beberapa di antara mereka merupakan keluarga besar yang sedang makan bersama, beberapa yang lain pasangan kekasih, dan ada pula yang datang bersama teman untuk sekadar mengobrol sembari menyantap makan malam. Seperti yang dilakukan dua orang pria di meja paling ujung, duduk saling berhadapan dengan dua cangkir kopi yang mengepul hangat. Axelle dan Dean.

"Sebentar lagi anak-anak sampai." Axelle melirik jam Rolex di pergelangan tangannya.

"Lama tidak bertemu Edelweiss, dia pasti tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti ibunya."

"Dia menjadi salah satu primadona di sekolahnya, dan itu cukup menyulitkanku dalam mengawasi pergaulannya."

"Aku percaya itu. Cantik, baik hati, dan memiliki pribadi yang menyenangkan. Sudah pasti akan banyak lelaki yang terjerat ke dalam pesonanya." Dean menyeruput kopi hitamnya. "Leandro di sini pun tumbuh dengan baik. Di manapun ia berada, ia selalu menjadi pusat perhatian para gadis yang ingin mendapatkan cintanya. Tapi hanya satu orang gadis yang berhasil memenangkan hatinya. Rebecca, aku pernah bertemu satu kali dengannya. Dia wanita yang cantik dan pintar, sangat serasi dengan Leandro."

"Kau masih mengingat perjanjian kita, bukan?"

"Tentu saja."

"Sekali lagi aku ingatkan, jangan katakan pada siapa pun bahwa Leandro bukan anak kandungku, apalagi sampai dia tahu bahwa kau ayah biologisnya. Rahasia ini harus tetap tersimpan dengan rapi, sampai kapanpun."

"Aku mengerti. Tenang saja, lagipula aku juga tidak tega melukai perasaannya dengan memberitahu fakta yang sebenarnya. Melihatnya tumbuh saja aku sudah bahagia, dan aku tidak membutuhkan pengakuan. Aku tahu, meski dia terlihat dingin dengan kalian semua, sebenarnya dia sangat menyayangi kalian."

"Aku titip Edelweiss di sini. Tolong bantu Leandro mengawasi Edelweiss, jangan sampai putriku terjerumus pada pergaulan yang salah."

"Tentu saja. Aku juga sudah menganggap Edelweiss seperti putriku sendiri. Lagipula Leandro pasti akan menjadi bodyguard untuknya. Meski sikapnya dingin, tetapi sejak kecil dia selalu menyayangi adiknya dengan caranya sendiri."

"Ya. Rasa sayang Leandro terhadap adiknya jauh lebih besar dibanding kebenciannya. Aku harap Edelweiss tidak akan merepotkan kalian di sini."

"Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Aku justru merasa senang dengan kehadiran Edelweiss. Seperti yang kau, aku dan istriku saat ini hanya memiliki 2 orang anak laki-laki. Padahal kami juga menginginkan anak perempuan. Jadi, sudah pasti Edelweiss akan menjadi kesayanganku." Dean tertawa.

Seorang gadis berlari-lari menghampiri mereka. Di belakangnya, Leandro membuntuti adiknya dengan malas. Lain halnya dengan Edelweiss yang matanya berbinar dan selalu menampakkan wajah ceria.

My Little Butterfly Where stories live. Discover now