PART 24

1K 112 13
                                    

"Jadi benar sekarang kau sudah tidak tinggal dengan kakakmu lagi?" Hilda melemparkan tasnya ke atas ranjang di kamar Edelweiss, lalu mengempaskan tubuhnya dan berbaring di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi benar sekarang kau sudah tidak tinggal dengan kakakmu lagi?" Hilda melemparkan tasnya ke atas ranjang di kamar Edelweiss, lalu mengempaskan tubuhnya dan berbaring di sana.

"Ya, aku tinggal sendiri lagi. Sering-seringlah bermain ke sini, aku kesepian."

"Dan kakakmu juga sudah tidak mengawasimu seperti ketika pertama kali kau datang ke sini?"

"Hehem .... Aku meminta Uncle Dean untuk meyakinkan Kak Lee kalau aku bisa menjaga diri dengan baik, sehingga dia tidak perlu bersikap possessive padaku."

"Kau yakin kakakmu akan berhenti mengawasimu?"

"Why not?"

Hilda menaikkan kedua alisnya. "Menurutku apa yang selama ini dia lakukan bukan karena dia sedang melakukan kewajiban seorang kakak yang melindungi adiknya. Tapi, dia melakukannya sebagai lelaki dewasa yang takut jika gadis yang diam-diam dicintainya terjamah oleh lelaki lain."

"Hei, bicaramu mulai melantur!"

"Kau yakin di antara kalian tidak ada sesuatu?"

"Sesuatu apa? Jangan sembarangan!" Edelweiss melempar bantal ke wajah Hilda.

"Ayolah, semakin ke sini aku merasakan ada yang aneh dengan kalian." Hilda menatap Edelweiss dalam-dalam, seolah sedang menyelami isi hati gadis itu. "Setiap kali kakakmu mengantarmu ke kampus, dia selalu menatapmu dengan penuh cinta, lalu dia juga mengedarkan pandangan untuk memastikan tidak ada pria yang menggodamu. Dan jika ada yang terang-terangan mencuri pandang padamu, kakakmu akan mengeluarkan laser dari matanya untuk menembak pria itu sembari berkata, 'She is mine! Touch her and I'll kill you!' Oh, romantis sekali bukan?"

"Kau terlalu banyak membaca novel."

"Wait! Aku belum selesai bicara! Kau yang menatap kakakmu dengan tatapan mata memuja. 'Oh, My Brother! My Prince! My Love! My Everything!' Yup, aku rasa kau juga memiliki rasa terhadap kakakmu."

"He is my brother! Kau pikir aku segila itu mencintai kakakku sendiri? Please, stop talking about that!" Edelweiss menghela napas kasar. "Mau minum apa? Kopi? Teh? Cokelat?"

"Teh saja. Jangan terlalu banyak gula."

"Oke, aku buatkan sebentar."

Edelweiss buru-buru pergi ke dapur untuk menghindari Hilda yang terus mencecarnya. Gadis itu mengambil dua buah gelas dan meletakkannya di atas meja. Ia menambahkan gula dan teh celup ke dalamnya. Tapi, pikirannya berkelana ke mana-mana.

Edelweiss terduduk di kursi meja makan. Matanya tertuju pada sofa ruang tamu, tempat Leandro duduk ketika kemarin membantunya membereskan barang-barang yang dipindahkan dari apartemennya. Edelweiss masih mengingat dengan jelas setiap kalimat yang diucapkan lelaki itu.

"Aku membebaskanmu seperti permintaanmu," ucap Leandro saat itu. "Tapi, aku memiliki banyak teman yang bisa saja menjadi mata-mata untuk mengawasi di manapun kau berada."

My Little Butterfly Where stories live. Discover now