PART 23

720 115 8
                                    

Btw di KaryaKarsa udah tamat ya.. Versi Pdf nanti ada setelah aku publish ekstra part-nya. Oh ya, untuk kalian yang udah beli di KaryaKarsa dari part awal sampai akhir, kalian bisa dapat free Pdf, nanti DM aja ke aku.

Aku juga ada rencana untuk cetak novelnya.. Yang berminat bisa nabung dari sekarang ya ❤️❤️❤️

***

Manis, lembut, dan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Manis, lembut, dan ... membuat Leandro ketagihan. Ya, Leandro bahkan sudah lupa berapa kali ia mencium Edelweiss. Ia yang selalu berpikir itu sebagai ciuman terakhir, tetapi kenyataannya ia kembali mengulanginya. Bibir ranum itu serupa narkoba yang membuat Leandro menginginkannya lagi. Lelaki itu sudah kecanduan dan sulit mengendalikan diri untuk tidak mencicipinya.

Untuk kesekian kali pula, tidak ada penolakan dari gadis itu. Seperti biasa, gadis polos itu selalu pasrah sembari menahan gejolak di dalam dirinya. Namun, kali ini ia merasakan sesuatu yang berbeda dengan ciuman-ciuman sebelumnya. Lelaki itu menciumnya begitu dalam. Mencecap bibirnya yang lembut, untuk kemudian bergerak semakin dalam dan tidak memberikan kesempatan padanya untuk melawan.

Tubuh Edelweiss semakin gemetar, ia mulai kehabisan napas. Jemarinya mencengkeram lengan Leandro kuat-kuat. Di satu sisi ia ingin Leandro mengakhiri ciumannya, tetapi di sisi lain ia juga masih penasaran dengan kenikmatan yang membuat seluruh tubuhnya bereaksi aneh. Inikah yang dinamakan hawa nafsu?

Akhirnya, Leandro mengakhiri ciumannya. Ia tertawa pelan, mengusap bibir basah Edelweiss dengan ibu jarinya. Matanya mencoba menyelami mata biru gadis itu di dalam kegelapan.

"Kau gemetar," bisik Leandro.

"Kau gila? Kita sudah tidak perlu berakting sebagai sepasang kekasih, tetapi kau masih saja menciumku."

"Kau tidak menolaknya." Leandro tersenyum miring.

"Bukannya tidak menolak, aku hanya terkejut sampai bingung harus berbuat apa."

"Sudahlah, jangan memprotes. Aku tahu kau menikmatinya."

"Menikmati apanya? Aku tidak menyukai ciumanmu."

Lagi-lagi Leandro tertawa pelan, kemudian mendekap Edelweiss dan menenggelamkan kepala gadis itu ke dada bidangnya. "Aku seorang lelaki yang sudah berpengalaman. Kau tidak bisa membohongiku. Kau selalu menikmati ciumanku."

"Kembalilah ke kamarmu. Jangan sampai Rebecca berpikir yang tidak-tidak karena kau masuk ke kamarku."

"Apa peduliku? Dia pikir hanya dia yang boleh tidur dengan lelaki lain? Aku juga bisa melakukannya dengan wanita lain."

Edelweiss mencubit perut kakaknya. "Jangan macam-macam, aku adikmu!"

"Aku tahu, karena itu aku mengakhiri ciuman itu. Kalau kau bukan adikku, pasti detik ini kau sudah bukan perawan lagi."

My Little Butterfly Where stories live. Discover now