PART 14

808 140 21
                                    

"Kak Lee, kau masih tidur?" Edelweiss mengetuk pintu kamar kakaknya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Kak Lee, kau masih tidur?" Edelweiss mengetuk pintu kamar kakaknya. Sudah pukul 10.00 dan lelaki itu masih mengurung diri di dalam kamar. Hari Minggu memang saat yang tepat untuk bermalas-malasan setelah semalam menghabiskan waktu untuk minum alkohol bersama Alfred.

"Kak Lee!" Teriakan Edelweiss lebih kencang dari sebelumnya, tetapi belum ada jawaban juga. "Kalau kau tidak membuka pintunya, aku masuk sekarang, oke?"

Karena tidak ada tanda-tanda Leandro terbangun dari tidurnya, Edelweiss pun memutuskan untuk masuk, kebetulan pintunya tidak terkunci. Edelweiss melongokkan kepalanya, nampak Leandro tidur telungkup dengan wajah menghadap samping. Selimut tebal menutupi tubuhnya sebatas bahu.

"Bangunlah, Kak. Ada yang aku bicarakan denganmu."

"Pengganggu!" dengus Leandro. "Kau tidak lihat aku sedang tidur?"

"Sebentar saja. Seharusnya aku membicarakannya semalam, tetapi kau sibuk bersama Alfred."

"Tidak bisakah sehari saja kau tidak menggangguku?"

Edelweiss duduk di sisi ranjang. "Kau bilang akan mengabulkan apa pun permintaanku kalau aku mau menemanimu datang ke pertunangan Rebecca. Jangan bilang kau pura-pura lupa."

Leandro membuka mata, menatap adiknya malas. "Katakan barang apa yang kau inginkan, setelah itu cepat keluar dari kamarku. Nanti malam aku akan membelikannya."

"Aku boleh meminta apa pun kan?"

"Hem ...."

"Aku tidak menginginkan barang-barang branded."

"Lalu?"

Edelweiss menunjukkan liontin di depan wajah Leandro. "Kau membuang ini di halaman villa, aku mengambilnya. Dan sekarang aku ingin kau menyimpannya. Itu salah satu permintaanku."

"Aku tidak pernah menjanjikan permintaan semacam itu."

"Apa pun. Kau jelas mengatakan apa pun kecuali tentang Albert. Jangan pura-pura lupa, Kak."

"Tapi—"

"Mau aku bocorkan rahasia kita di depan Rebecca?"

"Kau mengancamku?"

"Kau mencoba mengingkari janji."

Leandro mengusap wajah kasar. "Okay, fine! Aku akan menyimpannya. Letakkan saja liontin itu di laci nakas."

Edelweiss membuka laci nakas paling atas dan meletakkan liontin itu di sana. "Jangan dibuang lagi, Mom pasti akan merasa sedih kalau tahu kau tidak mau menerima pemberiannya. Mom selalu menunjukkan bahwa kasih sayang yang diberikan pada kita sama besarnya. Mom tidak pernah menganggapmu sebagai anak tiri, dia menganggapmu seperti anak kandungnya. Kau bahkan merasakan kasih sayang dari Mom sejak kau bayi, kenapa sekarang meragukan ketulusannya?"

"Keluar dari kamarku, Nona Pengacau! Kau merusak hari liburku."

"Wait! Aku masih ada satu permintaan lagi."

My Little Butterfly Onde histórias criam vida. Descubra agora