bab 18

93 3 0
                                    

[ mata jingga terbuka perlahan ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ mata jingga terbuka perlahan ]

"jingga?" Terukir senyum manis dari bibir rafa

"raf?" jingga menoleh ke arah rafa.

"gue bosen raf" rengek jingga.

"si anjir masih sakit juga" batin rafa.

"yaudah gue tanya ke perawat dulu apa lu boleh gue ajak keliling taman" rafa meninggalkan ruangan jingga.

jingga yang menunggu rafa.

Krekk..
Pintu ruangan jingga terbuka, rafa yang terlihat mendoring kursi roda.

"kenapa raf?" Tanya jingga.

"Lu boleh keluar kamar, gue bantu dorong pake kursi roda" rafa membantu jinggaa.

mereka pun keluar ruangan, rafa mendorong jingga sampai ke tamaan.

Udara pagi yang masih sejuk, membuat nyaman, dengan tanaaman hijau yang membuat segar.

"gue kasana bentar ya jingga?" Rafa menuju bima yang ada di pojok.

Jingga hanya mengangguk.

"raf boleh kan? Gue mau cerita sama jingga" ucap bima.

"Boleh bim, asalkan pelan pelan, karna jingga belum 100% sembuh" ucap rafa.

Bima pun menuju kearah jingga, sedangkan rafa memilih pergi ke kantin, dirinya tak sanggup melihat keduanya.

"raf?" Panggil jingga menoleh ke belakang.

"hai" sapa bima kepada jingga.

"lo lagi?" Kejut jingga.

"sorry, gue mau bicara bentar jingga" ucap bima.

"Apa?" Tanya jingga.

"apa bener lu ga inget gue?" tanya bima mengharapkan sesuatu.

"engga" geleng jingga.

"huh..okay pelan pelan bima" batin bima.

raut wajah bima berubah, entah mengapa hati jingga kasian melihat raut wajah lelaki di depannya menjadi lesu.

"emang kenapa kalo gue ga inget lo?" tanya jingga.

"ya gapapa, mungkin aja ini belum takdirnya" jawab bima.

"maksudnya takdir?" Tanya jingga.

"sebelum lu lupa ingatan, kita selalu bersama bahkan dari kecil, mulai dari pertama kuliah, sampai sampai lu orang pertama yang bisa bikin gue jatuh cinta" jelas bima tersenyum.

"apa? jatuh cinta?" Pekik jingga.

"iya, entah kenapa gue bisa suka saama orang modelan lu" ucap bima.

"apaan sih, gue aja ga suka sama lo" ucap jingga.

"iya itu karna lu, lupa ingatan jingga" jawab bima.

"lo sebenernya siapa sih? Lo kan cuman temen rafa, gue ga kenal samaa lo" air mata jingga menetes, entah mengapa kepala jingga rasanya pusing.

"jingga" bima memegang tangan jingga yang merasa kesakitan.

Bima segera menelfon rafa untuk datang.

"jangan peganng gue, gue kan kenal sama lo" air mata menetes mengalir di pipi jingga.

"bima, lu jauhin jingga dulu" ucaap rafa mendorong bima, rafa segera membantu jingga untuk kembali ke ruangan.

"shit, gue ngerasa bersalah banget sama jingga" ucap bima mengacak rambutnya.

Rintikan hujan mulai membasahi bima, entah mengapa air matanya mulai mengalir, dirinya termenung di bawah derasnya hujan.

rafa yang sudah memanggil dokter, dirinya mengecek bima yang tadi ia dorong.

"bima, bim lu apa apan sih?" Tanya rafa membawakan bima payung.

"Raf gue bersalah sama jingga, gara gara gue dia jadi lupa ingatan, dia lupa sama gue raf" ucap bima.

"bima ini semua tuh butuh proses, lu tuh harus sabar bukannya malah ngeluh terus" ucap rafa membawa bima ke pinggir akar tidak terkena hujan.

"lu tuh buktiin ke jingga bukan kaya gini" ucap rafa.

diruangan.
Jingga yanng sudah sadar, dirinya masih sedikit pusing.

"jingga?" panggil bima.

"lo lagi?" Tanya jingga.

"maaf jingga, soal tadi" ucap bima.

"hmm iya gapapa lupain, tapi tolong jangan paksa gue buat nginget lo" jingga tersenyum.

"iya" ucap bima.

"jadi nama lo bima?" Tanya jingga.

"Iya, arkana bimantara" ucap bima.

"hmm oke, bim? Bisa tolong ambilin tas kecil itu" tanya jingga.

"ini?" bima memberikannya pada jingga.

"makasih yaa" ucap jingga.

Bima menunggu sambil duduk di dalam ruangan jingga.

"mending lu istirahat jingga" ucap bima.
Jingga menganggukan kepalanya.

Bima melihat jingga yang sudah tidur, bima memberanikan diri mengelus rambut jingga.

"jangan lupain gue ya jingga" ucap bima.

Kaki bima menginjak buku kecil, sepertinya buku jingga yang jatuh dari tas tadi.

Bima penasaran, dirinya tak sengaja membuka lembar di dalam buku kecil itu.

[ jikalau nanti aku lupa tentang kita..
jika nanti aku mulai sedikit berbeda..
Dan jika menurutmu aku bukan aku yang kamu kenal..

Maka, buatlah diriku kembali jatuh cinta. Ingatkan aku bahwa kita berdua pernah begitu bahagia. Ingatkan aku bahwa cinta selalu kita usahakan ]

"gue paham, gue harus ingetin jingga bahwa kita berdua pernah bahagia" senyum bima terukir diwajahnya.

BANDUNG DAN KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang