Bab 3

33.5K 2.4K 27
                                    

Bintang dan Senja segera menuju kamar Langit karena mendapatkan kabar dari perawat jika Langit sudah sadar, tapi mereka mendengar dari perawat jika Langit sedikit berbeda, mereka penasaran apa  yang terjadi dengan Langit.

"Dia tidur?"Tanya Bintang melihat jika Langit menutup matanya.

Senja hanya bisa menghela nafas melihat luka yang berada ditangan Langit, rasanya sakit sekali hatinya melihat Langit seperti ini, ibu mana yang tidak sakit hati melihat kelakuan anaknya bukan seperti manusia.

"Entah aku berbuat apa dimasa lalu mempunyai anak seperti Langit."Gumamnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Bintang.

"Aku juga tidak mengerti, apa kita selama ini salah dalam mendidik Langit hingga dia menjadi seperti ini."Bintang memeluk pinggang ramping Senja dan memandang sendu pada Langit.

Bintang juga memberi hukuman untuk Langit agar tidak pergi dari mansion ini, entah apa yang dipikirkan oleh Bintang,  melihat saja Langit tidak bisa, bagaimana caranya Langit bisa keluar dari mansion.

"Aneh, tidak seperti biasanya dia seperti ini, biasanya dia akan mengamuk jika disentuh atau diobati oleh perawat." Ungkap Senja.

"Biarkan seperti ini dulu, aku tidak yakin dia akan bisa berdiam diri."Balas Bintang menatap Langit dengan tatapan sulit.

"Bagaimana dengan Angkasa? Apa dia sudah datang?"

"Sebentar lagi, dia harus melakukan operasi."

Senja hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mom?"

Senja dan Bintang mengalihkan pandangan mereka, melihat siapa yang berbicara.

"Kenapa lagi dengan dia?"Ucap Angkasa Pramudita Wijaya, putra pertama Bintang dan Senja, berprofesi sebagai dokter bedah.

Angkasa menatap Langit dengan tidak suka, lagi dan lagi dia harus segera pulang karena ibunya menyuruh untuk memeriksa Langit, apa tidak ada dokter lain yang bisa disuruh, dan lagi pula Langit itu beban, seharusnya dia tidak usah dirawat seperti ini.

"Periksa Langit sayang, dia tadi sadar, tapi mommy takut dia kenapa napa."Ujar Senja sambil memegang tangan Angkasa.

"Kenapa mommy harus mengkhawatirkan dia? Biar saja dia seperti itu, lagian disini juga ada perawat!"Ucap sinis Angkasa.

"Angkasa..."

Angkasa hanya bisa menghela nafas kasar melihat pandangan memohon ibunya, dia bertambah tidak suka pada Langit."Kenapa dia tidak mati saja waktu kecelakaan itu! "Pikirnya.

Angkasa segera mendekati Langit, dengan sangat terpaksa dia memegang tangan Langit, entah kenapa dia merasa jijik jika berada di dekat Langit.

"Dia tidak apa apa."Ucapnya dan langsung pergi kearah kamar mandi, dia mencuci tangannya dengan sabun antiseptik .

Senja dan Bintang hanya bisa mewajarkan saja tindakan Angkasa, dari dulu Angkasa memang tidak suka pada Langit.

"Aku pergi dulu."Ucapnya dan setelah itu pergi dari sana.

"Angkasa benar sayang, seharusnya kita tidak perlu terlalu memanjakan Langit, dia harus menerima apa yang dia perbuat."Ucap Bintang pada Senja.

"Tapi..."

"Tidak usah berdebat denganku Senja, aku melakukan ini adalah hal yang wajar."Tegas Bintang yang membuat Senja terdiam.

Bintang pergi dari sana meninggalkan Senja yang masih menatap sendu Langit.

"Benar ini adalah tindakan yang benar."

* * *

Langit terbangun dan membuka matanya,"apa ini masih di tempat yang sama?"

Masih gelap, tidak ada yang bisa dia lihat."Kakek aku cuma mau bersama kakek kenapa aku masih berada disini!"

Langit mencoba untuk duduk, punggungnya terasa sakit, mungkin terlalu lama berbaring.

Langit mencoba meraba apa yang bisa dia sentuh, rasa tenggorokannya sangat sakit dan terasa sangat kering.

Dia meraba pada tempat yang dia ingat saat menjatuhkan gelas tadi.

Disana juga tidak ada apa apa, Langit mengurungkan niatnya, biarlah dia tidak minum.

Langit menutup matanya ,buat apa dia membuka mata, jika saat mata terbuka hanya kegelapan yang bisa dia lihat.

Langit ingat saat dia dibully karena tidak bisa berbicara, saat itu dia hanya bisa menunduk dengan takut ,orang orang mulia memanggil dia dengan sebutan bisu, padahal waktu dia kecil dia tidak tahu apa itu bisu, tapi saat sudah beranjak remaja dia tahu artinya apa.

Kenapa semua orang harus menghina orang yang mempunyai kekurangan, apa orang yang mempunyai kekurangan itu hina?

Apa orang yang tidak sempurna itu tidak bisa berada didekat orang lain.

Bahkan mereka memandang dirinya dengan pandangan jijik.

Langit tidak pernah merasa dia diperlakukan berbeda, dia hanya menganggap jika orang yang tidak mau mendekati dirinya karena dirinya tidak dekat dengan orang itu.

Langit juga sering mendegar cacian anak haram yang diperuntukkan untuknya.

Dia juga tidak mau seperti ini.

Langit tidak meminta belas kasihan, hanya saja bisakah  sedikit saja, sedikit saja menganggap dia ada, dia ingin saat dia berada di lingkungan orang orang tidak akan menghindarinya.

* * *

Keluarga Langit sekarang sedang berada diruang makan, mereka makan dengan tenang seperti tidak melupakan sesuatu.

"Tuan nyonya."

Senja dan Bintang segera mengalihkan pandangannya.

"Ada apa ?"Tanya Senja pada perawat Langit yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.

"Itu nyonya, saya mengantar makanan pada tuan muda Langit tapi dia hanya diam dan tidak mau makan."

"Si brengsek itu? Kenapa juga kau melaporkannya pada kami! "Ucap Cahaya anak kedua dari Bintang dan Senja."Biar aja mati sekalian! Nggak usah di suruh makan! Biar cepat mati!"

Senja ingin marah kepada Cahaya tapi tangannya diusap pelan oleh Bintang.

"Biarkan dia seperti itu, sampai kapan dia akan bisa menahan lapar."Ujar Bintang dan melanjutkan makannya.

"Lagian aku heran sama daddy! Kenapa daddy tidak memenjarakan dia saja? Dia itu udah jahat dad, aku nggak mau punya adik brengsek seperti dia!"Ucap Cahaya dengan nada tinggi,"gara gara dia temen aku ..."mata Cahaya berkaca-kaca, dia langsung megusap air matanya kasar,"gara gara temen aku meninggal! Seharusnya dia di hukum!"

"Cahaya..."

"Apa mom! Mommy mau bela dia! Dia itu udah hancurin harga diri temen aku! Dia juga udah buat temen aku meninggal! Seharusnya mommy nggak perlu bela dia! Dia itu pembawa sial !"

"Cahaya!"

"Aku mau kekamar!"Cahaya beranjak dari tempat duduknya, dia berlari tanpa mendegar ucapan dari Senja.

"Aku sudah katakan jangan membahas tentang dia, kau lihat."Bintang juga beranjak dari sana, dia tidak selera untuk makan.

Senja hanya menunduk dengan sedih.

Sedangkan Angkasa dia hanya diam, dia juga beranjak dari tempat duduknya karena sudah  tidak berselera makan.





LANGITWhere stories live. Discover now